CHAPTER 3

25 1 0
                                    

Maaf typo bertebaran...

Happy Reading~~~

Dwiyana terus melangkahkan kakinya menuju depan sekolah. Ia sudah menelfon supirnya untuk segera menjemputnya. Kejadian barusan terus terbayang di benaknya. Sakit,sesak yang kini dirasakannya. Ingin sekali ia menangis sekarang,namun ditahannya mengingat ia masih di pinggir jalan. Ia terus melirik jam tangannya,kenapa supirnya lama sekali. Ia menghela nafasnya,tiba tiba ada yang membalikkan tubuhnya dan itu membuatnya terkejut.

"Bayu.." Gumam Dwiyana.

"Plis,dengerin penjelasan aku An." Kata Bayu dengan tatapan memohon.

"Ngga usah,aku ngerti kok,aku ngga papa." Kata Dwiyana sambil menunjukkan senyum sendunya. Ia melepaskan tangan Bayu yang masih memegang pundaknya. Bayu masih terus menatap dalam netra milik kekasihnya itu. Ada bermacam macam emosi didalam mata jernih itu. Marah,kecewa,cemburu,kecemasan,semua Bayu lihat.

"Kamu pasti marah sama aku." Kata Bayu sembari menundukkan kepalanya. Dwiyana kembali menghela nafasnya

"Bohong kalau aku ngga marah sama kamu,bohong kalau aku ngga kecewa sama kamu,bohong kalau aku ngga takut,tapi aku bisa apa Bay? Dia cinta pertama kamu,dia yang bikin kamu susah move on, dia yang bikin kamu jadi sosok dingin kesemua cewe,dan aku juga ngga bakal heran kalau suatu saat kamu bakal balik lagi sama dia,karena dia punya pengaruh besar dikehidupan kamu dari kalian pacaran atau mungkin sampai sekarang." Kata Dwiyana panjang lebar. Air matanya sudah turun. Ia sudah tidak bisa lagi menyembunyikannya
Bayu terdiam. Ia terkejut mendengar kata kata Dwiyana barusan.

"Semua itu ngga bener An. Oke aku akui,dia cinta pertama aku,aku dulu sulit banget buat ngelupain dia,tapi sekarang udah ngga An. Aku udah matiin perasaan aku ke dia sejak dia mutusin aku tanpa alesan yang jelas,jadi apa pun yang terjadi aku ngga bakal balik lagi sama dia. Iya dia yang pertama,tapi bukan yang terakhir buat aku. Jadi plis,believe me,okay?" Jelas Bayu. Dwiyana menatap mata Bayu,berusaha mencari kebohongan di manik azure itu. Namun,hanya ketulusan yang di dapatnya. Dwiyana hanya mengangguk,namun ia masih perlu menenangkan pikirannya. Bayu tersenyum,ia langsung membawa kekasihnya itu kepelukannya. Setelah itu,terdengar suara seseorang memanggilnya

"Nona muda." Ternyata itu supir Dwiyana. Ia segera melepas pelukan Bayu.

"Aku pulang dulu." Kata Dwiyana pelan. Bayu hanya mengangguk sambil tersenyum

"Be carefull babe,aku akan menghubungimu nanti." Kata Bayu sambil mengelus rambut Dwiyana. Setelah itu Dwiyana masuk ke mobil dan mobil itu perlahan melaju meninggalkan Bayu yang masih berdiri di depan sekolah. Bayu menghela nafasnya. Mulai besok hari harinya akan terasa berat.

SKIP>>>>

"Mau makan dulu ngga?" Tanya Eren sembari membuka kaca helm fullface-nya pada kekasihnya yang kini sedang memboncengnya. Saat ini mereka sedang di lampu merah.

"Boleh deh." Kata Dian menjawab dari belakang sambil membenarkan jaket Eren yang menutupi pahanya. Yaa, you know lah, karena rok 10 cm diatas lututnya ia harus menutupinya jika membonceng Eren.

"Mau makan dimana?" Tanya Eren lagi.

"Tempat biasa aja kali ya Ren,soalnya ngga terlalu jauh juga kan." Jawab Dian. Eren hanya mengangguk lalu kembali menutup kaca helmnya dan melajukan motornya saat lampu sudah menunjukkan warna hijau. Sekitar 10 menit mereka sampai.di sebuah cafe yang biasa mereka datangi. Dian turun dari motor lalu ia melepas helmnya. Dian menunggu Eren yang juga sedang membuka helmnya. Tangan Eren terjulur untuk merapikan rambut Dian yang berantakan,setelah itu ia menggandeng tangan kekasihnya itu dan masuk ke cafe. Mereka pun memilih untuk duduk disebelah jendela kaca yang menampilkan kendaraan berlalu lalang.

A Wish And WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang