- Lagi kupikal derita dari malam yang gelap dan melelahkan. Tanpa memandang keputusasaanku pagi yang acuh tak acuh membangunkanku -
Waktu baru saja menunjukkan tengah malam, namun seorang pria berparas tampan dengan sorot matanya yang dingin baru saja menginjakkan kakinya pada sebuah bangungnan yang biasa di sebut “ Rumah “ oleh kebanyakan orang. Sebuah bangunan yang seharusnya berisi kebahagiaan , sebuah bangunan yang seharusnya penuh dengan kasih sayang dan cinta namun lain halnya bagi seorang remaja bernama Hwang hyunjin, di usianya yang masih haus akan kasih sayang namun tidak pernah ia dapatkan membuatnya tumbuh menjadi laki - laki yang lupa bagaimana caranya tersenyum.
Baru saja beberapa langkah ia memasuki rumah suasana sepi langsung menyambutnya , semua kenangan-kenangan menyedihkan dan memori dimana semua orang menyalahkan keberadaanya memaksa masuk memenuhi isi kepalanya. Semakin ia melangkah semakin ia menyadari bahwa tidak ada yang berubah dari rumah yang lebih tepat di sebut sebuah istana ta-
pa cacat itu, semua masih pada tempatnya tidak ada yang berubah hanya saja tubuhnya yang kian tumbuh dan tinggi.
Ia memasuki kamarnya dan langsung melempar tasnya kesembarang tempat , untuk beberapa saat ia tertegun menatap sosoknya di depan cermin membuat hatinya bertanya “ bagaimana mungkin aku tumbuh secepat ini? Apakah ayah menyadarinya? Apakah ibu baik - baik saja di surga sana? Apakah... apakah..” begitu banyak pertanyaan yang bahkan tak kunjung ada jawabnya membuat ia menghembuskan nafasnya kasar. Hingga matanya menatap fokus pada plester yang menempel pada dahinya“ siapa kau? “ gumamnya memegang plester itu
“ Shua yang sama kah? “
13 years ago
Seorang anak berdiri di bawah pohon dengan senyum cerianya , sorot matanya menunjukkan bahwa ia menunggu seseorang. Ini sudah minggu kedua anak laki - laki itu berdiri di sana menanti seseorang dengan senyum cerah di wajahnya , sebuah senyuman yang bahkan mampu mengalahkan cerahnya sinar sang surya.
Waktu terus berjalan , matahari yang mulanya berada di tengah kini mulai malu - malu kembali pada persinggahannya , sinar oranye dari ufuk barat mulai berubah menjadi gelap bersamaan dengan redupnya wajah berseri seorang anak , memudarnya sebuah senyuman cerah menjadi sebuah tatapan kecewa memaksa langkah kecilnya untuk meninggalkan tempatnya. Hal itu selalu saja terulang untuk hari esoknya , esok dan esok.Detik jam masih setia bergerak dari angka satu kembali lagi keangka dua belas hingga waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi , namun Hyunjin masih enggan untuk terlelap , tubuhnya merasakan penat yang luar biasa akan tetapi malam masih belum mengizinkannya untuk beristirahat hal itu membuat semua pikirannya melayang , hingga satu ingatan tertangkap yaitu ingatan 13 tahuan lalu dimana seorang gadis tersenyum manis padanya di taman.
Entah sihir dari mana mata hyunjin mulai terasa berat membuatnya perlahan terlelap. Ingatan yang menjadi sebuah kenangan yang selalu mampu menjadi pengantarnya ke alam mimpi.^~^
Cahaya matahari yang masuk melalui jendela membuat gadis yang tengah terlalap sedikit terusik.
“shua-ya?! Apa kau tak akan berangkat sekolah hari ini!!“ ibunya berteriak dari lantai bawah
“ ne eomma! Aku akan mandi sekarang!“ jawab shua tak kalah kencang meski matanya masih setengan tertutup
Selesai ia mandi ia bersiap - siap menggunakan seragam barunya , ia sangat bersemangat karena hari ini adalah hari pertama ia masuk ke sekolah barunya meskipun sedikit gugup tetapi ia tetap tersenyum bahagia.
Ia turun kelantai bawah dimana ada ruang makan yang telah lengkap dengan berbagai sajian untuk sarapan sekeluarga
“selamat pagi?“ sapa shua pada ayah , ibu dan kakaknya“pagi“ jawab ayah dan kakaknya
“duduklah dan makan sarapanmu“ kata ibunya
“ne eomma“ jawabnya sambil duduk di kursinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal
Teen FictionSeperti sebuah legenda kuda bercula satu dengan sayap yang menghiasinya. Ia datang bagai penyembuh yang entah sejak kapan menjadi sebuah kekuatan bagiku untuk tersenyum.