-Sampai hari aku membebaskan diri, aku akan terkunci dalam kegelapan di suatu tempat yang sepi-
Kring kring kring..
Bel tanda masuk berbunyi nyaring menggema diseluruh penjuru ruangan membuat Semua remaja yang tengah sibuk dengan aktivitasnya berbondong menuju kelas dan duduk dengan tenang dibangkunya masing-masing, bertepatan dengan itu Seorang guru dengan langkah anggunnya terlihat memasuki kelas
“selamat pagi anak-anak” sapa Irene saem dengan senyumnya.
”pagi saem” jawab semua murid dengan serempak.
“apa semuanya berangkat hari ini?” Irene saem mulai mengedarkan pandangannya.
“siapa yang duduk di pojok sana?” tanya Irene saem.
“Hyunjin saem” jawab ketua kelas.
“apa Hyunjin tidak masuk hari in-”
BRAK!
Ucapan Irene saem terpotong oleh seseorang yang membuka pintu belakang kelas dengan kasar.
“Hyunjin-ah kau tahu jam berapa ini?” Irene saem menatap Hyunjin yang dengan tenang duduk dibangkunya.
“saya tahu” jawab Hyunjin datar.
“jangan ulangi lagi” ucap Irene saem yang tidak ditanggapi Hyunjin yang tengah menatap keluar jendela.
“oke sekian untuk hari ini, setelah ini ada pelajaran Chanyeol saem bukan?” suara Irene saem kembali melunak.
“ne saem” jawab seluruh siswa serempak kecuali Hyunjin yang masih setia pada pandangannya.
“eoh, apa Shua dan Hyunjin sudah mendapat seragam olahraga?” Irene saem kembali bertanya.
“sudah saem” jawab Shua seorang diri.
“oke baiklah anak-anak. Bersenang-senanglah dan ikuti pelajaran dengan baik arraseo?” kata Irene saem yang kembali menampilkan senyumnya.
“ne..” jawab siswa kompak yang kemudian disusul langkah Irene saem yang meninggalkan kelas.
Sepeninggalan Irene saem seluruh siswa siswa mulai keluar kelas untuk mengganti pakaian mereka, tak terkecuali dengan Shua yang tengah beranjak dari kursinya, namun langkahnya terhenti saat melihat Hyunjin yang menanamkan pipi kiri pada lipatan tangannya dan mulai memejamkan matanya.
“Hyunjin-ah? Apa kau baik-baik saja?” suara lembut nan menenangkan itu mampu membuat Hyunjin kembali membuka matanya tanpa merubah posisinya.
“kau sakit?” tangan Shua terulur menyentuh kening Hyunjin yang tetutup oleh rambutnya.
“....” tanpa menjawab tangan Hyunjin memegang tangan Shua yang berada dikeningnya membuat Shua sedikit kaget.
Hyunjin beranjak dari posisinya melepas tangan Shua dan berjalan acuh meninggalkan Shua yang masih berdiri ditempatnya.
“ada apa denganya? Dingin sekali.” Gumam Shua polos.
^~^
Hwang Minhyun tampak sibuk dengan tumpukan-tumpukan kertas yang ada dihadapannya. Sesekali ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.“hahh...” ia menghela nafas kala tak sanggup lagi untuk menatap tulisan-tulisan yang harus ia baca berulang-ulang. Sesekali ia menatap langit-langit ruangan merasa amat lelah setelah satu jam lamanya tak berkutik dari kursi kebesarannya, ia mulai mengedarkan pandangannya hingga ia teringat akan dokumen penting yang harus ia periksa segera.
Hwang Minhyun membuka laci mejanya mencari berkas penting yang berada di antara tumpukan-tumpukan kertas hingga sebuah lembar usang yang sudah berdebu terjatuh membuat minhyun mengalihkan pandanganya pada benda yang sudah tergeletak di lantai itu, tangannya terulur untuk mengambil benda tersebut. Ia mulai menyandarkan punggungnya menatap lembar usang yang menampilkan seorang anak laki-laki yang tengah tersenyum dengan matanya yang menyipit dan gigi yang hampir terlihat semua, Minhyun menatap lekat sosok malaikat kecil yang tampak bahagia pada potretnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal
Teen FictionSeperti sebuah legenda kuda bercula satu dengan sayap yang menghiasinya. Ia datang bagai penyembuh yang entah sejak kapan menjadi sebuah kekuatan bagiku untuk tersenyum.