Han Rae dengan panik turun dari motornya setelah melepas helmnya, ia kemudian menge cek kondisi pria yang ia tabrak. Kondisinya tidak sadarkan diri, untungnya masih bernafas, kepalanya terluka dan hidungnya mengeluarkan darah.
"Aish, apa yang harus aku lakukan?" dengus Han Rae gusar.
Han Rae berdecak sambil mengacak rambutnya yang sudah kusut.
Han Rae akhirnya membuka dasi pria itu, mengangkat tubuhnya dengan cara dibopong kemudian membawanya ke motor. Tubuh pria itu ringan, jadi mudah bagi Han Rae untuk membopongnya.
Han Rae mendudukan pria itu dibagian belakang, baru ia menaiki motornya dibagian depan.
Han Rae beralih meraih kedua tangan pria itu, melingkarkannya dipinggang, sebelum akhirnya mengikat kedua pergelangan tangan pria itu menggunakan dasinya sendiri.
Han Rae kembali mengenakan helmnya, baru melajukan motornya kembali, menuju kediamannya.
•••
Han Rae mengobati pria itu sambil merokok. Dia agak stress melihat darah, jadi cara membuatnya tenang adalah dengan menyesap rokok. Meskipun sesekali ia harus menjauh dari pria itu, agar abunya tidak mengenai pria itu.
Saat Han Rae hendak membuka jas pria itu, karena melihat kemeja putihnya dibagian bahu kiri berubah menjadi merah. Han Rae malah menemukan sebuah kartu nama di dalam saku jas yang membuatnya memberhentikan sejenak aktifitasnya mengobati pria itu. Han Rae mengambil kartu nama tersebut, kemudian membacanya.
"Lee Taeyong, direktur perusahaan. Wow. Kalau begitu seharusnya tadi aku membawanya ke rumah sakit saja dan meninggalkannya, dia pasti mampu membiayai pengobatannya sendiri. Tapi aku rasa aku bisa memanfaatkannya." Monolog Han Rae sambil menyesap rokoknya, kemudian membuang abunya pada asbak yang berada di sampingnya.
Han Rae meletakan kartu nama itu di sembarang tempat, kemudian melanjutkan acaranya mengobati pria pemilik nama Lee Taeyong itu.
Jari-jari Han Rae sedikit bermain diatas perut Taeyong yang sedikit berbentuk, kemudian ia tertawa kecil melihat reaksi pria itu, yang tampak tak nyaman. Hingga akhirnya, tak lama pria itu membuka matanya.
Taeyong menatap langit-langit dengan pandangan kosong dan bibir sedikit terbuka, untuk beberapa saat. Sampai dia menyadari, jika dia ada di tempat asing. Matanya melirik seorang gadis yang duduk di sebelahnya yang tengah berbaring, gadis berkulit putih pucat, dengan rambut kemerahan yang digulung ke atas, balik menatapnya dengan mata sayu dan tajamnya, sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Kau siapa? Aku dimana?" tanya Taeyong.
"Kau di neraka, dan aku malaikat yang akan menyiksamu." Balas Han Rae dengan nada suara datar.
Taeyong seketika melebarkan matanya dan beranjak duduk.
"Apa?! Aku di neraka? Kenapa aku di neraka?! Kenapa?! Apa salahku?! Apa karena aku tidak menikah-menikah?! Apa yang terjadi?! Aku belum siap mati! Aku belum punya anak! Nanti siapa yang mewarisi wajah tampanku?!"
Han Rae memutar kedua bola matanya sebelum tergelak.
"Direktur tapi bodoh ya?" gumam Han Rae kemudian mematikan rokoknya yang hampir habis di atas asbak.
"Kau ada di rumahku. Aku orang yang menabrakmu." Ucap Han Rae enteng.
Kening Taeyong mengernyit, ia tidak ingat kapan ia ditabrak kendaraan, kendaraan apa pula? Taeyong melirik bahunya yang terasa sakit. Bahunya sudah diperban dengan rapih, ia kemudian memegangi kepalanya yang terasa seperti dililit sesuatu.
"Kau Dokter?" tanya Taeyong.
"Bukan." Balas Han Rae.
"Tapi kau bisa ya mengobati ku." Gumam Taeyong.
"Ya itu karena aku sering terluka." Kata Han Rae.
"Omong-omong kenapa aku tidak dibawa ke rumah sakit saja?" Taeyong kembali bertanya.
"Malas dihakimi." Balas Han Rae.
"Eungg... aku tidak ingat tadi ditabrak. Mungkin karena aku mabuk." Kata Taeyong, yang tidak direspon oleh Han Rae.
"Tidur saja lagi, besok kau bisa pergi dari sini." Kata Han Rae sambil berbaring di atas lantai kayu, di samping kasur tipis yang jadi tempat berbaring Taeyong.
"Kenapa kau tidur disitu? Kamarmu dimana?"
"Kamarku disini. Ini ruang tengah, tamu dan kamar." Han Rae berujar sambil menutup matanya.
Taeyong mengerjapkan matanya. Ia seketika mengedarkan pandangannya ke penjuru ruang. Baru menyadari jika ruangan hanya sepetak, dengan dapur kecil dan kamar mandi disudut ruangan.
"Kau miskin ya?" Han Rae seketika membuka matanya dan menatap Taeyong dengan mata memicing.
Pria ini frontal sekali. Batin Han Rae.
"Kalau iya kenapa?" tanya Han Rae.
"Kasihan." Balas Taeyong dengan tampang watados.
Han Rae rasanya ingin menghajar pria itu saat ini juga, kalau tidak ingat bagaimana kondisinya pria itu sedang terluka karenanya.
"Siapa namamu?" tanya Taeyong.
"Kang Han Rae." Balas Han Rae ketus sambil memejamkan matanya kembali.
"Hhhmmm... dimana keluargamu?"
"Aku anak keluaran panti asuhan."
"Oh, maaf."
"Berapa usiamu?"
"23 tahun."
"Uummhhh... single?"
"Ya."
"Menikah denganku yuk."
"Kau pasti masih mabuk."
°~°
KAMU SEDANG MEMBACA
Business | Lty ✅
Fanfiction"Pernikahan kita hanya pernikahan bisnis, ingat? Jadi jangan jatuh cinta padaku." °start 24.09.18