08. Perpisahan

933 33 0
                                    

Masa laluku kayak teh tradisional khas Korea. Manis, asam, asin, pahit dan pedas.

Ayu Rosmalina

_____________________________

Boy duduk dengan sedikit rasa tegang kala menunggu kedatangan Ayu. Semua sudah dia atur termasuk tempat pertemuan mereka.
Boy datang setengah jam lebih awal di tempat ini.
Dia sudah memiliki bayangan bagaimana reaksi Ayu saat melihatnya di sini. Ayu pasti bingung. Tentu saja, karena yang ingin Ayu temui adalah pelanggan yang komplain dengan tokonya. Bukan mantan kekasihnya, Boy.

Hari ini, Boy sengaja memakai topi agar saat Ayu melihatnya, Ayu tidak langsung pergi.

"Semoga Ayu ngerti kenapa gue lakuin ini.! " ucap Boy berdo'a.
Tak lama seseorang menyapa Boy dengan suara khasnya.

"Permisi, Pak. Dengan Bapak Rian? " tanya seseorang dari belakang tubuh Boy.
Boy yang sebelumnya menunduk, pelan-pelan mengangkat kepalanya. Wangi parfum Ayu masih sama. Masih amat sangat dia sukai. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Rasanya Boy tidak sabar melihat dengan nyata sosok perempuan yang masih dia cintai itu.

"Hai, Ayu. Apa kabar? " tanya Boy setelah berbalik menghadap Ayu.

Ayu terpaku. Rasanya ini seperti khayalan yang pernah Ayu bayangkan saat awal-awal mereka memutuskan hubungan. Ya, Ayu tidak melupakan Boy begitu saja kala itu. Semua butuh proses.
Ayu menjalin hubungan dengan Boy atas dasar cinta, namun mereka putus karena restu orangtua yang tak kunjung didapat. Bagaimana bisa Ayu dengan mudah melupakan Boy. Kenangan manis yang Boy torehkan membuat Ayu harus bekerja keras untuk benar-benar melupakan Boy.

"Boy! " ucap Ayu singkat.

Boy tersenyum menatap Ayu. Dengan wajah tanpa senyum pun, di mata Boy, Ayu tetap sosok yang sempurna.

"Maaf, aku harus pergi! " Ayu berbalik lalu keluar dari tempat itu.

Boy tidak tinggal diam. Dengan cepat, Boy menyambar tangan Ayu lalu menariknya.

"Lepasin, aku ada urusan.! " tolak Ayu sambil menarik tangannya dari genggaman Boy.

"Iya, aku tau. Please, stay here."

Ayu menghentikan langkahnya lalu berbalik.
"Ini semua rencana aku. Aku yang nyuruh orang untuk komplain ke toko kamu. !" aku Boy jujur.
Dengan tampang syok berlipat, Ayu menatap Boy penuh amarah.

"Maaf. Tapi ini satu-satunya cara untuk bisa ketemu sama kamu, Yu. " jelas Boy.

Wajah memohon yang ditunjukkan Boy membuat Ayu sedikit lemah. Amarahnya sedikit mereda.
"Aku tau ini keterlaluan. Udah buat kamu panik karena ini menyangkut usaha kamu. Tapi, aku bingung gimana caranya untuk bisa ketemu dan bicara sama kamu. !" ucap Boy melanjutkan.

"Oke, kita udah ketemu. Kamu mau ngomong apa? " tanya Ayu tak sabaran.

"Bisa kita duduk? " ajak Boy penuh kelembutan.
"Nggak. Aku nggak mau gara-gara ini ada orang yang neror rumah aku lagi! " ucap Ayu menyindir kelakuan suruhan Papa Boy jika tau Boy masih menemuinya.

Boy segera menggeleng.
"Aku jamin nggak akan terjadi apapun sama keluarga kamu! " ucap Boy yakin.
Tapi, tetap saja Ayu masih tidak tenang .

My Future (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang