09. Keputusan

1K 35 0
                                    

Sekeras apapun aku berusaha, jika bukan jodoh, aku bisa apa?

Ivan Gunawan

_____________________________

Setelah kejadian kemarin, Ayu sering melamun sendiri. Seperti saat ini. Dia sedang membuka kenangan lama di ponsel dan menatap benda-benda bersejarah baginya di atas meja di kantor.
Ada sebuah kalung berinisial B dan A, dan foto Boy ukuran 3x4 . Foto kecil yang pernah Boy berikan untuk Ayu.

"Ini contoh foto  yang bakal kita pake untuk ngisi buku nikah.!"
Ucapnya waktu itu.

Ayu melap pipinya yang basah akibat airmata yang begitu lancang terus menerus keluar. Mata dan hidungnya memerah. Ayu bukan tidak merelakan perpisahan mereka kemarin, hanya saja kenangan lalu saat mereka masih bersama terasa enggan pergi menjauh.
Boy satu-satunya lelaki yang mampu membuatnya jatuh hati. Tak pernah sekalipun berlaku kasar dan selalu menunjukkan bahwa hanya Ayu perempuan yang dia sayangi.

"Aku yang ambil keputusan untuk meninggalkan kamu, Boy. Maaf, aku nggak bisa penuhi janjiku sama kamu. " ucap Ayu masih menatap foto Boy sebagai lawan bicaranya.

Ayu pernah berjanji saat mereka bersama dulu untuk tidak meninggalkan Boy apapun yang terjadi. Tapi, rupanya janji itu harus Ayu ingkari sebab tidak mendapatkan restu.
Untuk ke sekian kali, Ayu memang tidak akan bisa melawan keinginan orangtua. Bagi Ayu, orangtua Boy seperti orangtua lainnya. Harus dihargai dan dihormati.

Tok tok tok,,,

Ayu mengalihkan pandangannya pada pintu lalu segera menghapus airmatanya sebelum menyuruh pengetuk untuk masuk.

"Masuk! " ucap Ayu.

"Bos, ada Pak Ivan.! " ucap Nina setelah tubuhnya masuk.

Ayu menautkan alisnya. Tumben Ivan datang tanpa memberitahu.

"Suruh langsung masuk aja, Nin. "

Nina mengangguk lalu keluar kembali.

Ayu berdiri dari kursinya berniat menyambut Ivan namun rupanya Ivan terlebih dahulu masuk.

"A' tumben nggak ngabarin mau ke sini.! " ucap Ayu.

Ivan tersenyum, "Kejutan! " jawabnya.

"Duduk, A'. " perintah Ayu.
Ivan duduk di sofa panjang yang memang tersedia di ruangan, sedang Ayu berjalan ke arah lemari es kecil untuk mengambil minuman dingin.

"Diminum, A'. " ucap Ayu memberikan sebuah gelas berisi sirup di atas meja.

Ivan mengangguk pelan.

"Nggak sibuk emang? " tanya Ayu.

"Lagi nggak, makanya aku ke sini. " jawab Ivan.
"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu, Ayy. " ucap Ivan langsung.

Tiba-tiba Ayu merasa aneh pada Ivan hari ini. Wajahnya tidak sesantai dan bahagia seperti biasa saat mereka bertemu. Ivan seperti menyimpan beban.

"Aku mau ke Bangkok minggu depan.! " ucap Ivan.

"Minggu depan? Ngapain? " tanya Ayu kaget.

"Aku mau menetap di sana.! "

Ayu tertawa. "Becandanya nggak lucu. Terus usaha kamu di sini gimana? Lagian bukannya udah nggak mau lagi ke Bangkok? "

Ayu memasang wajah cemberut, namun wajah Ivan justru serius.

"Aku serius, Ayy. " ucap Ivan.

Kabar apa ini? Belum ada 24 jam Ayu sedih karena meninggalkan Boy, kini dia harus merasakan ditinggal Ivan. Satu-satunya orang yang dia harapkan untuk jadi orang yang akan selalu di sisinya.

Airmata Ayu turun kembali.

"Terus Ayu sama siapa? " Ayu menangis seperti anak kecil di hadapan Ivan.

"Kok kamu tega sih ninggalin aku, A'. Kenapa harus ke Bangkok? Bangkok kan jauh? Gimana kalo Ayu kangen? "
Ucap Ayu manja.

Sumpah demi apapun Ayu tidak ikhlas jika Ivan harus pergi.

"Kita bisa Video Call, Ayy. !" jawab Ivan memberi alternatif.

Ayu membuang muka seperti orang sedang merajuk.
Airmatanya masih mengalir dan dengan sering pula Ayu menghapusnya dengan jari.

"Kok nangis sih? Hey,,, jangan nangis dong! " Ivan menarik tangan Ayu agar mau menghadapnya.

"Kamu jahat. !" ucap Ayu.

"Ayy,,, " panggil Ivan masih berusaha membujuk Ayu.

Ayu justru berdiri dan berjalan ke arah meja kerjanya.

Ivan menyusul Ayu dan tanpa sengaja, matanya menatap pada objek yang tergeletak di atas meja kerja Ayu. Foto Boy.

"Ayy,,,," panggil Ivan lagi.

Ayu masih bertahan dengan sikap tidak setujunya terhadap keputusan Ivan yang tiba-tiba.

"Ayu nggak izinin Aa' pergi. " kata Ayu lagi.

"Kenapa? " tanya Ivan mencoba mendengar alasan kenapa Ayu tidak memperbolehkan dirinya pergi.
"Iya karena,,,, pokoknya Ayu nggak izinin. Titik. " pernyataan Ayu seperti sudah tidak bisa dibantah.

Ivan menghela napas pelan.
"Ayy,, "
"Ayy,,, "
"Ayy,, "

Tidak ada respon dari Ayu. Ayu tetap pada sikap sebelumnya.

"Minggu depan aku berangkat. Aku pulang ya! " ucap Ivan meminta izin.

Ivan berbalik dan melangkah menuju pintu .
Tanpa pikir cepat, Ayu mengejar Ivan lalu memeluknya dari belakang.

Ayu menangis sesenggukan.
Ini yang dia butuhkan. Sebuah tempat nyaman dimana dia bisa melampiaskan apa yang dia rasakan.

"Ayy,,, " panggil Ivan lagi. Ivan berbalik lalu membalas pelukan Ayu sambil mengusap kepala Ayu penuh kelembutan.

Mata Ivan yang sebelumnya memerah kini mengeluarkan airmata.
Sebenarnya keputusan yang dia ambil adalah keputusan terberat. Apalagi harus jauh dari pemilik hatinya, Ayu.
Tapi, mau bagaimana lagi. Semua sudah dia pertimbangkan baik-baik.
Jika saatnya tiba, dia akan memilih jalan ini. Pergi menghindari Ayu agar tidak melihat Ayu bersama orang lain.

Kemarin saat Ivan sedang mengadakan pertemuan dengan rekan kerjanya, tanpa sengaja Ivan melihat Ayu bersama seorang laki-laki  yang dia ketahui adalah Boy. Seketika itu juga rasa nyeri menjalar ke hati Ivan. Apalagi melihat Ayu memeluk Boy dengan amat erat.
Ivan tau sebuah perasaan tidak bisa dipaksakan. Karena jika iya, sudah dari dulu hubungan mereka pasti lebih dari teman.

Semalaman Ivan berpikir, apa yang harus dia lakukan. Tetap tinggal untuk mengikhlaskan Ayu atau pergi untuk melupakan. Dan Ivan akhirnya memilih untuk pergi.

Tbc

My Future (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang