05. Kesempatan

836 34 0
                                    

"Pelan-pelan aja dulu. Kalo udah pasti baru lari. "

Boy William

_____________________________________

Hanya orang bodoh yang mau membuang kesempatan emas ini. Boy akan memanfaatkan semua ini sebaik mungkin.
Tidak peduli akan sebesar apa masalah yang akan dia hadapi nanti. Boy cukup bermain rapi agar keluarganya tidak mengetahui.
Setidaknya untuk sementara ini. Karena Boy yakin, tidak akan ada yang lewat dari pengawasan orangtuanya.

"Bang, gue minta tolong dong! " pinta Boy saat mereka sudah berada di rumah.
"Tolong apa? " tanya Reza.
"Hmmm,,,, " Boy nampak bingung ingin mulai cerita dari mana.
"Jadi gini, masih inget cewek yang selalu gue ceritain? "
"Mantan terindah lo? " tebak Reza.
Boy mengangguk.
"Cewek cantik yang keluar dari mobil si gendut itu, dia orangnya. "
Jujur Boy.
Mata Reza membulat tak percaya.
"Serius? Cewek cantik tadi? "

Boy memicingkan matanya.
"Iya. Jangan naksir ya. She's mine. "
Ucap Boy memperingati.
"Bentar, tapi bukannya pas ribut-ribut tadi lo tidur? "

"Pura-pura. Takut dia malah pergi. Tapi please bantuin ya. Gue nggak mau kehilangan dia lagi. "
Reza tidak langsung menjawab. Dia diam sambil berpikir.
"Bang, " tegur Boy tak sabar.

"Bantuin gimana? "
"

Cari tau aja mereka pacaran nggak. Kalo nggak, gue akan deketin dia lagi! "

"Oke, demi lo."
"Yeayy,, " Boy girang mendapat jawaban Reza. Bahkan, Boy tak segan mendaratkan pelukan hangat pada kakaknya itu.

****

"Nin, buat event minggu depan, aku ikut ya! " Ayu bicara pada Nina yang saat ini sedang ada di ruangannya karena Ayu baru saja meminta laporan.

Nina mengangkat alisnya, "Tumben. " komentarnya.

"Iya. Aku mau liat perkembangan penjualan kita di sana. "
"Kalo bisa sih, buka cabang lagi. "
Lanjut Ayu.
"Wah,,,, si Bos boleh juga nih. Semangat bener. " puji Nina.
"Mumpung masih muda, Nin. Kalo aku udah nikah, belum tentu bisa kerja sebebas ini. "
"Mau nikah sama siapa? " tiba-tiba Nina bertanya.
"Nggak tau. Kan aku bilang 'kalo aku nikah'. "

"Hahaha,,, yang ada di depan mata jangan disia-siakan, Bos. Mumpung dia masih Setia lho. "

"Siapa? A' Ivan? "
" Emang ada selain Ivan? " tanya Nina. Ayu tertawa pelan.
"Nggak tau deh. Aku masih belum yakin. "

Nina menyentuh bahu Ayu, "Ya udah, jangan dipikirin ya Bosku. Kalo kalian jodoh, kalian pasti ketemu. Kalopun nggak jodoh, semoga hubungannya tetep baik. "
"Thanks. "
Ucap Ayu.

Drttt drttt drttt

"Bentar, aku ada telpon masuk. " Ayu menjawab panggilan dari ponselnya . Sementara itu, dengan bahasa isyarat Nina izin keluar.
Ayu mengangguk, lalu fokus pada lawan bicaranya.

"Iya A',  kenapa?"

"Malam ini nonton yuk! "
"Malam ini? "
"Iya, kan gara-gara insiden kemarin kita nggak jadi jalan. "

"Gimana ya A', sebenarnya Ayu lagi ada kerjaan. " ucap Ayu tak enak.

Di seberang, Ivan menghela napasnya. Mungkin kecewa.
"A',,, " panggil Ayu.
"Ya udah, lain kali aja. Maaf ya udah ganggu kamu ."

"A' bentar. Ayu mau. Lagian udah lama nggak nonton. Jam berapa? "

"Jam 7. "

"Oke. Ayu tunggu di rumah. Bye A' "

"Bye Ayy.. "

Sambungan terputus.

Ayu menatap ponselnya. Alisnya berkerut karena memikirkan sesuatu.

"Ayu, Ibu sama Ayah ikhlas kalo kamu menikah sama orang yang kamu cintai. Yang sayang sama kamu dan peduli. Ibu dan Ayah nggak mau karena kamu yang ingin kami berdua bahagia lalu kamu melupakan kebahagiaan kamu. Usia kamu sudah cukup matang. Keuangan juga. Lalu apa yang kamu tunggu? "

Akhir-akhir ini Ayu sering memikirkan hal itu. Ucapan sang Ibu yang menginginkannya untuk segera berkeluarga.

Yang jadi pertanyaannya adalah, dengan siapa Ayu akan menikah?
Orang yang pernah dia cintai sudah tidak dia miliki lagi. Atau dengan orang yang selama ini mencintainya tanpa menyerah?

Terkadang Ayu marah pada dirinya. Kenapa tidak bisa mengendalikan rasa cintanya dengan baik? Memberikan cintanya pada orang yang sangat mencintainya?

Ayu pernah berpikir jika suatu saat dia menikah dengan Ivan, dia akan bahagia. Tapi, entah kenapa Ayu tidak berani mengambil keputusan itu.
Menerima Ivan dan menikah dengannya.

Setiap Shalat, Ayu selalu meminta pada Rabbnya. Meminta banyak hal termasuk jodoh.
Tapi, mungkin Tuhan belum memberikan keinginannya saat ini. Tak apa, Ayu tetap melakukan itu berulang. Mengetuk pintu langit, hingga turunlah keajaiban lalu dia mendapatkan keyakinan bahwa orang yang akan menjadi jodohnya adalah pilihan yang terbaik dari Tuhan.
Semoga .

Tbc

My Future (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang