MIB | 03

3.6K 131 0
                                    

suasana kantin lumayan padat bisa dibilang sangat padat bahkan ajeng melihat tukang seblak mengantri sangat banyak.

"Rame banget nay, kelas aja yu" ajak ajeng.

"emang di kelas ada tukang jajanan? udah lah itu kita bareng sama mereka aja" ajak nayya menarik lengan ajeng paksa.

"gua boleh gabung ga? Soalnya kursi yang lain udah penuh" pinta nayya.

"Boleh silahkan" ucap putra mengedipkan sebelah mata.

"Oh ya lu anak baru?" Tanya pemuda dengan dasi terikat di kepala.

"Iya"

"kenalin gua arsen dan itu barga kita teman rafi sama putra cuman beda kelas, kita di 12 ips 1" jelas arsen tanpa diminta.

"Ajeng fauziah"

"Omong omong lu mau pesan apa jeng? Biar gua pesenin sekalian" ucap nayya menawarkan.

"Aku samain aja nay" ucap ajeng pelan sambari menundukkan kepala.

Saat ini ajeng sangat tak suka suasana canggung seperti ini, apalagi sikap putra yang terus menerus menggodanya.

"heh bakteri! Lu jangan ngalus mulu dong, ga liat apa ajeng ga nyaman" ucap nayya sembari menaru dua mangkuk baso.

"yaelah, pelit amat" balas putra nyolot.

"Oh ya jeng, kenapa pindah ke sini? lu dulu alumni mana? Bukannya tadi lu yang jalan bareng aca ya? Lu kenal aca?" Tanya barga beruntun.

"Kepo banget lu kaya tetangga" cibir putra.

"Sewot aja lu put" kesal barga " oh ya lu blom jawab pertanyaan gw jeng"

"Ha? Itu ga tau tiba-tiba bunda suruh pindah ke sini, kalo soal aca tadi aku ketemu dia di koridor ga sengaja jatoh juga si" jelas ajeng, tapi mata ajeng tak lepas dari sosok rafi

Dan semua hanya ber "oh" ria

"Ngapain?"

"Lu nanya siapa rap?" Bingung putra, tapi rafi hanya memandang ajeng dengan tatapan tajam.

"Kenapa pada liatin aku sih!" Tanya ajeng bingung, ia segera menoleh ke arah rafi sedetik kemudian mata mereka bertubrukan menimbulkan rasa aneh di dalam hati mereka masing masing.

"Saya menyium bau - bau akan terjadi sesuatu" ucap putra sok menerawang tak lupa dengan gaya sok peramal yang ia tunjukkan.

"Apaan sih! Receh bgt" cibir nayya

" kenapa juga sewot" Kesal putra menjulurkan lidah seakan meledek, sedangkan nayya hanya mengangkat bahu acuh.

Suara kursi yang di geser membuat semua mata fokus kepada sumber suara, itu Rafi. ia beranjak tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Lo suka sma rafi" tanya arsen membuat ajeng tersentak, ajeng hanya merespon dengan gumaan tak jelas.

"Gua saranin jangan mao jeng" usul arsen.

"Kenapa" tanya ajeng dengan dahi berkerut.

"Dia itu dingin banget , kalo suka sma dia percuma aja, dia mah ga perdulian, udah banyak yang nembak dia dan dia tolak juga" ucap lagi arsen sok mengompori.

"Hhm"

"Itu si terserah lo aja si jeng" ucap arsen sambil meminum es jeruknya.

Suara bel bertanda jam istirahat sudah usai terdengar begitu nyaring membuat lamunan ajeng seketika hilang.

"Udah bel masuk yu" Ajak nayya disetujui oleh ajeng, dengan sopan nayya berpamitan kepada teman teman laki laki di sana.

"Duluan ya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Ice Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang