Story In Love

72 11 5
                                    

"Selamanya adalah waktu yang lama. Tapi aku tak keberatan menghabiskan semua itu dengan berada di sisimu"

***

Mentari begitu terang menyinari bumi ini memberikan efek terbakar saat menembus permukaan baju dan mengenai kulit. Pelajaran olahraga kali ini adalah permainan bola besar. Pasti tak asing lagi di telinga kalian ketika mendengar nama permainan ini.

***


Bola yang sekelingnya ada empat garis berwarna hitam serta dengan warna dasar oranye. Sekilas saat sedang haus melihat bola ini sama seperti melihat sebuah jeruk.

Setelah melakukan pegambilan nilai praktek, kami diberikan waktu istirahat.

***


Dengan cepat aku melesat pergi ke kantin, aroma sejuk dan dingin dari dalam kulkas langsung menyentuh kulit. Kuambil sebotol air mineral dan langsung meminumnya, rasanya begitu nikmat saat segerombolan air yang lewat melalui tenggorakkanku ini memberikan sensasi yang begitu dingin.

***

Dengan mengeluarkan uang sepuluh ribu, aku pergi keluar kantin.

"Indi, main basket tuh."

Aku berjalan melalui koridor kelas yang mengarah langsung ke lapangan basket.

Mataku tertuju kepada orang yang ada di depanku, ia sedang menonton permainan basket yang ada di depannya.

"Eh, Dek. Bisa tolong kasihin minum ke orang itu. Jangan bilang dari saya, tapi bilang aja dari kamu ya," mintaku padanya.

"Oke kak," balasnya.

***


Aku melanjutkan langkah kaki ini menuju kelasku. Lelah. Itulah yang kurasakan kini. Aku merebahkan badanku ke kursi setidaknya rasa lelah ini bisa berkurang sedikit.

Langit begitu biru namun setelah beberapa saat semuanya berubah. Tiba-tiba saja angin bertiup dengan sangat kencang, menerbangkan daun-daun dari pohon dan langit begitu gelap sehingga membuat aroma mistis yang terasa begitu kental.

***


Aku langsung menambah kecepatan untuk berlari, tetes demi tetesan mulai berjatuhan. Semakin lama tetesan itu semakin cepat dan sebuah kilatan tajam melintas di depan mataku.

***


Langkahku terhenti sesaat memandang lurus ke depan. Air mata sudah memenuhi kelopak mata membuat penglihatan mataku sedikit kabur. Saat aku memejamkan mata secara perlahan, saat itu juga bulir ini mengalir melintasi wajahku bersamaan dengan tetesan hujan.

***


Tak ada yang spesial dalam diriku. Aku sama seperti yang lain, seorang remaja yang mulai mengerti akan kata suka. Jika boleh memilih aku tak ingin memliki rasa suka tapi sayang semua itu sudah takdir.

"Rendi!!"

Aku langsung menoleh kepadanya, "Enggak usah teriak juga manggilnya, bisa?"

Dia menatap tajam ke arahku dan tiba-tiba tersenyum yang menimbulkan sejuta tanya dalam hati.

"Aku udah panggil kamu lebih dari 10 kali, makanya aku teriak," balasnya. Aku hanya terdiam karena, memang aku tidak mendengar apapun kecuali yang dibagian dia teriak.

"Kamu mikirin apa?" tanyanya. Aku menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan tandanya tidak. Ia menghelah nafas dengan berat, "Apapun itu saya cuma bisa doa yang terbaik," ucapnya.

***

"Ren..saya kangen kamu" ucap Indi, kemudian saya menarik tangan nya secara perlahan dengan tanpa takut saya langsung menciumnya.

"Simpan saja rasa kangenmu, Karena saat bersamamu terdapat kenyamanan yang tidak akan aku dapatkan dari orang selain kamu" bisikan nada dari mulutku.

***

"Maaf jika aku memiliki fungsi lebih dalam hal merindukanmu karena aku tidak bisa untuk mengurangi dan mencukupinya dalam bagiku tidak ada garis pembatas"

Bersambung........






Only LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang