5. Arabella Terlibat Kesulitan

230 16 0
                                    

ANAK-ANAK baru mulai kerasan, saat hari-hari mulai berlalu. Julian memulai pembuatan gerobaknya seakan ia tukang kayu berpengalaman. Diselidikinya semua gudang yang ada. Dan ia antara lain menemukan sebuah roda karet yang dahulunya adalah roda sepeda roda tiga. Dan dengan membawa bahan-bahan lainnya, papan serta tetek bengek lain, ia pergi ke ruang pertukangan kayu.

Dari luar anak-anak mendengar ia bersiul-siul, sementara palunya berdentam-dentam. Dan tak lama terdengar suara gerobak dorong berjalan hilir mudik.

"Astaga! Cepat benar ia bekerja!" Harry berpandangan dengan yang lain, sangat keheranan. "Sungguh ajaib!"
Tapi ternyata yang bersuara tadi bukannya gerobak, melainkan mulut si Julian. Julian tertawa waktu anak-anak mengintip di pintu. Anak-anak itu pun tertawa, mengelilinginya dengan rasa kagum.
"Julian! Pandai sekali kau! Aku yakin gerobak dorong yang kau buat juga sangat bagus nanti!"
"Siapa bilang aku pandai?" Julian tertawa. "Aku jadi juru kunci minggu ini. Apakah kau tak tahu itu?"
"Tetapi gerobak ini pasti bagus, sebagus gerobak beli," kata Belinda penuh keyakinan.
Julian tak peduli akan pujian ataupun celaan. Ia menertawakan diri membuat gerobak itu bukan karena merasa kasihan pada anak-anak yang bekerja di kebun. Ia membuatnya hanya karena ia tahu ia bisa, dan ia tahu ia akan merasa senang mengerjakannya.

Julian sangat disukai, walaupun ia selalu bersikap tak peduli. Tetapi Arabella ternyata kurang mendapat sambutan. Agaknya ia juga tak mau sembarangan bersahabat. Yang dipilihnya hanyalah si Lembut Hati Rosemary. Bagi Rosemary, Arabella yang selalu cantik dan sopan santun itu adalah seorang puteri. Diikutinya terus ke mana saja, didengarkannya baik-baik semua ceriteranya, dan disetujuinya semua pendapatnya.

"Kupikir ini sekolah tolol," berulang kali Arabella berkata pada Rosemary. "Pikirkan saja betapa gilanya peraturan yang ada. Lebih gila lagi karena peraturan-peraturan itu dibuat oleh murid-muridnya!"
Sebelum itu Rosemary berpendapat bahwa Sekolah Whyteleafe sangat baik karena semua peraturannya dibuat sendiri oleh murid-murid. Tetapi karena Arabella berkata begitu, maka ia setuju saja.
"Ya. Memang ini sekolah tolol!" katanya.
"Terutama peraturan yang mengharuskan mengumpulkan semua uang kita untuk keperluan bersama," kata Arabella.
Sesungguhnya peraturan yang ini juga tak banyak berarti bagi Rosemary. Ia hanya punya uang dua shilling dan enam pence, jadi cukup untung baginya yang kemudian bisa menerima dua shilling setiap minggunya. Memang keluarganya tak begitu berada dan tak bisa memberinya banyak uang. Tetapi tentu saja ia setuju dengan pendapat Arabella.
"Ya, sungguh tolol," katanya, "terutama bagi anak seperti kau, Arabella, yang terpaksa menyumbangkan begitu banyak! Kulihat kau memasukkan uang sepuluh shilling dan dua shilling uang logam. Banyak sekali!"

Arabella menatap Rosemary, dalam hati bertanya-tanya apakah ia bisa mempercayai anak ini. Sebab sesungguhnya Arabella punya suatu rahasia: ia tidak memasukkan semua uangnya! Masih ada uangnya, selembar uang poundsterling. Jadi kini uangnya, dengan uang saku mingguan dari sekolah, ada dua puluh dua shilling! Takkan diberikannya pada siapa pun, disembunyikan dengan rapi di dalam lipatan sapu tangannya, di dalam kotak sapu tangan.

"Tidak," pikir Arabella, "aku takkan mengatakannya pada Rosemary. Ia belum kukenal dengan baik. Walaupun ia sahabatku, kadang-kadang sikapnya sungguh tolol. Tidak. Lebih baik rahasiaku itu tetap rahasia."
Maka ia tak berceritera pada siapa pun. Tetapi hari itu ia dan Rosemary turun ke desa untuk membeli perangko, dan Rosemary ingin membeli jepit rambut. Dan Arabella tak tahan untuk tidak membelanjakan uangnya!

"Pergilah ke kantor pos dulu, untuk membeli perangko. Aku akan membeli coklat di toko kue," Arabella berkata pada Rosemary. Ia tak ingin Rosemary tahu ia membeli coklat yang mahal.
Maka sementara Rosemary pergi ke kantor pos, Arabella masuk ke dalam toko kue yang terbesar dan membeli setengah kilo permen coklat kegemarannya.

SI BADUNG JADI PENGAWAS (THE NAUGHTIEST GIRL IS A MONITOR) 1945 By Enid BlytonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang