Seorang pemuda bertekat untuk mencari nafkah di sebuah kota besar, tanpa berbekal keahlian dan uang sepeserpun. Hanya bekal semangat yang mendorongnya untuk terus maju.
Suatu ketika, dia menjumpai seorang gadis yang sangat cantik menjajakan makanan kecil di tepi jalan. Lelaki tersebut menghampirinya dan membeli sebuah kue manis sambil menyapa gadis tersebut. Terjadilah perbincangan di antara keduanya, sampai akhirnya pemuda tersebut mengetahui bahwa gadis cantik di hadapannya ternyata buta.
Laki-laki tersebut berkata dalam hati, “Dia yang buta saja berusaha untuk bertahan hidup, masa aku yang masih normal saja harus menyerah?” Lalu lelaki itu berpamitan dan pergi meninggalkan gadis tersebut.
Mulai dari hari itulah, setiap sore lelaki itu selalu datang menghampiri si gadis buta penjual kue. Kadang dia memberikan semua penghasilannya hari itu kepada si gadis. Ia rela menyerahkan uangnya, sekalipun jumlahnya hanya cukup untuk membeli makanan 1 kali sehari.
Karena sekian lama bertemu dan bercakap-cakap, akhirnya mereka saling akrab. Terucap dari mulut si gadis, “Andai aku bisa melihat, aku akan memandangmu sampai akhir hayatku. Sayang itu tak mungkin terjadi.”
Laki-laki itu menimpali,
“Jika Tuhan memberikan uang yang banyak kepadamu, kemanakah uang itu akan kamu belanjakan wahai gadis cantik?”
Sang gadis menjawab,
“Akan aku gunakan untuk mengobati mataku, agar semua keindahan wajah dan kepribadian dirimu bisa terlihat oleh mataku”.
Sang lelaki tersenyum mendengar jawaban tersebut lantas meninggalkan sang gadis.
Waktu berjalan, hingga pada suatu hari laki-laki tersebut menolong seorang anak kecil yang nyaris celaka. Ternyata orang tua anak kecil itu sangat kaya. Sebagai rasa terima kasih, mereka memberikan uang yang sangat banyak kepada sang lelaki.
Awalnya sang lelaki bingung dengan uang sebanyak itu. Tapi ia lantas teringat pada sahabatnya, si gadis buta penjual kue. Di saat hujan rintik-rintik dia datang diam-diam dan memasukan uang pemberian orang kaya tersebut kedalam kotak kue dagangan si gadis buta. Ia bergegas pergi sebelum si gadis menyadari siapa yang telah memberinya uang.
Beberapa bulan kemudian nampak lelaki tersebut berjalan dengan langkah gontai. Ia baru saja di-PHK. Di depan sebuah toko kue yang besar, langkahnya terhenti. Ia mendengar suara tawa yang dikenalnya, suara si gadis buta sahabatnya. Si lelaki mencari-cari sumber suara tersebut, hingga akhirnya ia melihat si gadis buta sedang berada di dalam toko roti besar tersebut.
Sejenak laki-laki itu terpana. Rupanya, si gadis buta kini telah dapat melihat kembali, bahkan telah memiliki sebuah toko kue besar. Tidak hanya itu, nampak seorang pria gagah tengah memeluk gadis itu dengan mesra.
Laki-laki itu ingin melihat kebahagiaan sahabatnya dari dekat, maka ia mulai melangkah memasuki toko. Tanpa berkata apapun ia menunjuk sebuah kue yang diinginkannya, lantas membayar harga yang tercantum. Sebelum meninggalkan toko, ia hanya mengucapkan sepatah kata kepada si gadis pemilik toko, yaitu “terima kasih”.
Gadis itu terhenyak karena ia merasa mengenali suara laki-laki tersebut. Beberapa saat kemudian baru ia sadar, suara itu adalah suara sahabatnya. Bergegas ia berlari ke luar toko, tapi sayang, laki-laki itu sudah menghilang dari pandangan.
Sekian lama gadis itu berusaha mencari sahabatnya, namun tidak berhasil. Ia sangat menyesal atas keputusanya untuk menikahi orang lain dan melupakan janjinya kepada lelaki tersebut.
Dari kisah diatas dapat diambil hikmah bahwa : Kebaikan seseorang tidak akan terlihat apabila mata hati kita tertutup, meski dengan mata terbuka sekalipun.
Sesuatu itu baik atau buruk tergantung bagaimana seseorang melihatnya. Keindahan hidup dapat kita rasakan mana kala kita lebih banyak memberi daripada sekedar menerima. Dalam upaya mengasihi sesama, ketulusan dalam memberi memiliki makna yang tinggi. Terkadang tindakan memberi inilah yang tidak ternilai harganya.
Demikian halnya dalam kita bekerja, terkadang kita tidak sadar bahwa apa yang kita lakukan dan kita kerjakan saat ini memberikan impact yang lebih baik bagi kehidupan kita, khususnya segi ekonomi kita. Kebaikan dari apa yang diberikan oleh pekerjaan kita tidak pernah kita lihat yang kita lihat adalah kekurangan-kekurangan yang selalu ditonjolkan dalam pekerjaan ini.
Saai ini kita harus sadar bahwa kerja adalah ibadah, sehingga kita harus bekerja serius penuh dengan kecintaan. Renungkanlah kembali pekerjaan kita, hal-hal yang tampaknya buruk dari pekerjaan kita harus kita geser menjadi rasa syukur karena masih ada pekerjaan yang menghasilkan nafkah bagi kita dan keluarga. Jika hal yang buruk dapat diubah maka ini selalu membawa berkah bagi kita dan keluarga kita sehingga kita akan bekerja dengan baik dan maksimal.