Langit sudah terang benderang. Namun, kamar itu masih terasa hening. Yang terdengar hanya deru napas penghuninya yang masih terlelap.
Tak lama pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok gadis manis dengan piyama yang masih melekat dan rambut yang dicepol asal. Ia geleng-geleng kepala melihat kelakuan orang-orang di rumah ini.
"Bang bangun!"
"Hngmm"
"Bang"
"..."
"Adek laperr"
"..."
"Bang"
"..."
Orang yang dipanggil 'abang' itu tetap memejamkan matanya. Sesaat suasana kembali hening. Si abang kembali menyelami mimpi indahnya yang sempat terganggu.
Pletak
Belum juga terlelap total, tiba-tiba sebuah handphone menimpuk kepalanya. Ia terlonjak dan mengelus-elus hasil karya adeknya yang membuat kepalanya benjol.
"Lo mau bikin gue geger otak?!" Ia menatap adeknya yang melipat tangannya di depan dada sambil cengengesan penuh kemenangan.
"Oma nelpon tuh"
"Hah?!" Ia segera mengecek handphone yang tadi menimpuk jidat mulusnya. Benar saja, disana terpampang nama 'Oma Syantik Tralala'. Parahnya teleponnya udah diangkat sama si adek, sengaja gak dimatiin biar omanya tahu respon si abang yang susah dibangunin.
Si abang langsung gelagapan. langsung ditempelkannya benda itu ke telinganya.
"H-halo Oma"
"..."
"Hah?! Enggak kok Oma! Alta fitnah ihhh" Si abang menatap tajam si adek dan mengepalkan tangannya, mengancam.
Si adek, Alta, mah cuek aja. Dia udah nahan ketawa waktu lihat muka abangnya langsung pucat waktu dia bilang kalo Oma menelpon.
Si abang nutup telepon. "Adek, lo bilang apa aja sama Oma?" Wajah si abang langsung kelihatan stress sedetik kemudian.
"Adek nggak bilang apa-apa, Adek cuma bilang kalo kemaren abang abis bolos gara-gara cuma mau beli album band kesukaan abang" Si abang mengacak rambutnya frustrasi mendengar penuturan si adek yang kelewat santai.
"Bang, Adek laper. Anterin beli makan yok!" Si abang menatap dia dengan sebal. Pengen deh dia masukkin adeknya ke kardus terus dibuang ke jurang, tapi niatnya urung, untung adek kesayangan.
Pagi-pagi jidatnya ditimpuk handphone sampe benjol. Sekarang dengan tampang tanpa dosa dia minta dianterin beli makan. Gak tau diri emang.
"Sama yang lain aja sana"
"Yeee enak aja! Adek tuh udah susah-susah bangunin abang. Lagian yang lain juga masih tidur. Adek mager kalo harus bangunin kebo lagi".
"Asem gue dikatain kebo".
"Abang ngerasa kalo abang kebo? Bagus deh". Adeknya manggut-manggut seneng kalo abangnya sadar diri.
"Enak aja! Belajar dari mana sih lo ngomong kek begitu?"
"Dari makhluk kebo yang jidatnya benjol kayak dugong" Si adek langsung kabur keburu nanti tinggal nama kalo tetap di kamar abangnya.
"Adekkk! Awas lo ya!" Si abang yang nggak terima dikatain gitu langsung mengejarnya. Adek siapa sih? Kalo ngomong suka bener deh.
Alta alias si adek mendapat pembelajaran kayak gitu ya dari siapa lagi?
Abangnya yang lain tersentak kaget waktu ranjangnya tiba-tiba goyang-goyang. Nggak cuma itu, badannya serasa remuk gara-gara badannya sempat dijadiin oper-operan yang berujung mendarat ke lantai.
"Woii!! Lo pada berisik amat sih!" Teriak abang saat nyawanya sudah mulai penuh.
"Sini lo! Gara-gara lo jidat gue yang mulus jadi benjol"
"Yee itu mah salah sendiri. Makan tuh semprotan Oma"
Si abang yang masih terduduk di lantai bengong melihat kelakuan adek-adeknya. Cobaan apa ini.
Si abang lantas bangun dan berniat menghentikan mereka. Namun, endingnya rambutnya malah jadi berantakan gak keruan karena jadi medan perang dunia ketiga. Untungnya nggak sampai rambutnya dijambak, bisa botak dia nanti.
Si abang pasrah dan memilih duduk di lantai depan pintu sambil natap mereka. Dan kejar-kejaran mereka berhenti saat si adek yang tiba-tiba jongkok megangin perut.
"Lah dek, lo kenapa?" Si abang dua panik melihat adeknya yang seperti menahan sakit.
"Perut adek perih bang". Si adek udah mau ngeluarin air matanya.
"Adek semalem nggak makan emangnya?"
Si adek cuma bisa menjawab lewat gelengan kepala.Si abang lantas membopong si adek dan memindahkannya ke ranjang. Si abang satunya langsung lari ke depan komplek nyari makan. Rasa kesalnya telah tergantikan rasa peduli dan sayang. Kepalanya menengok kesana kemari mencari penjual makanan.
Untungnya ia segera menemukan grobak bubur dan langsung memesan seporsi bubur untuk adek tersayangnya. Setelah membayar tubuhnya langsung melesat kembali ke rumah.
Beginilah abang-abangnya Alta, jahil tapi sayang banget sama dia. Tiga abangnya yang lain? Mereka langsung bangun dan menghampiri Alta dengan muka bantal khas bangun tidur. Masa bodoh sama muka yang penting mereka tahu keadaan adek tersayangnya.
Dan saat si abang sampai rumah dan membuka pintu kamar respon dari yang lain adalah " Jidat lo kenapa, Sa?"
C E K R E K
KAMU SEDANG MEMBACA
~AMAZING MAZE~
Teen Fiction" Biarkan aku membencimu agar aku tidak terlalu membencimu" -- Kalynna Alta Lheadia "Jika kamu berani mencintai, maka kamu juga berani untuk membenci" -- Elath Davao Akanlaka