Part 1

4.6K 429 37
                                    

“ Aku akan panggil appa dulu,” ujar Yeri. Taeyong mengangguk samar, bahkan hampir tak kelihatan kalau dia mengangguk. Tanpa menunggu jawaban Taeyong, Yeri menaiki anak tangga menuju kamarnya. Namun belum sempat Yeri naik ke atas, pria bertubuh atletis dengan memakai celana training dan kaos tipis yang biasa dikenakannya untuk tidur keluar dari kamarnya. “ Hai, appa,” Yeri dengan senyum cerianya dan mata berbinar mendongak menyapa pria tersebut yang berhenti setelah baru saja menutup pintu kamarnya.

“ Kau sudah pulang? “, tanya pria tersebut.

“ Ya. Aku baru saja ingin memanggil appa,”. Pria itu menaikkan salah satu alisnya dan berjalan mendekat ke Yeri.

“ Memanggil? “. Yeri mengangguk.

“ Aku ingin mengenalkan temanku,”

“ Siapa? “, tanya sang appa sambil melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga setelah berhenti sejenak didepan Yeri yang berdiri ditengah-tengah deretan anak tangga menuju lantai dua. Yeri pun mengklaim langkah sang ayah.

“ Dia kakak kelasku. Namanya Taeyong sunbaenim. Kemarin appa bilang padaku kan kalau aku harus memperkenalkan siapapun temanku dan siapapun yang dekat denganku? ”. Ayah Yeri memang pernah mengatakan itu beberapa waktu lalu, jauh sebelum puteri tunggalnya tersebut menginjak bangku sekolah menengah atas. Hanya antisipasi karena biasanya pergaulan saat SMA rentan mengikutcampurkan perasaan dan tidak menjalin hubungaan secara sembunyi-sembunyi lagi.

Ayah Yeri tersenyum, merasa senang karena anak semata wayangnya dapat mengingat pesannya dengan baik.

“ Dan appa berani taruhan kalau kau tidak memanggilnya dengan ‘sunbaenim’,” tebak sang appa. Yeri menunduk menyembunyikan rona di pipinya dan tersenyum malu. Tentu saja Jaehyun pernah mengalami masa-masa SMA, dan semua pria di Hanguk akan lebih suka dipanggil kekasihnya dengan sebutan ‘oppa’.

“ Kenapa kau begitu yakin? “, tanya Yeri salah tingkah. Hanya pertanyaan basa-basi untuk mematahkan kepercayaan diri Jaehyun. Langkah mereka akhirnya sampai di lantai dasar. Taeyong yang sejak tadi enggan duduk disofa –karena sungkan— lekas membungkuk memberi hormat.

“ Halo, Paman. Namaku Lee Taeyong,” ucapnya dan tersenyum penuh pesona. Sejujurnya Taeyong gugup, tetapi ia coba menyembunyikannya sebisa mungkin. Kesan setiap orangtua terhadap kekasih anaknya selalu berbeda-beda, dan kita tidak dapat menebak itu.

***


Senyum yang sejak tadi terpatri di wajah Jaehyun saat berbicara dengan Yeri luntur tatkala senyum lain menyapanya. Senyum yang lebih indah –yang tentu saja Jaehyun tahu senyuman itu hanya topeng dibalik kegugupan— dan memantulkan pesona luar biasa. Jaehyun merasakan jantungnya berdegup kencang. Kedua matanya bahkan tak berkedip.

Appa, kenalkan. Ini Lee Taeyong,”

Jaehyun tak mendengar Yeri yang berbicara padanya. Setelah sekian lama, ia kembali mengalami hal klise dimana saat orang jatuh cinta hanya ada mereka berdua didunia ini. Dan itu yang ia rasakan sekarang.

Tapi tunggu.

Apa yang terjadi?

Mengapa ia bisa-bisanya berpikiran seperti itu? Makhluk didepannya ini adalah seorang namja, dan dia jatuh cinta pada seorang namja? No way! What the hell is this?

Jaehyun menggeleng kepalanya cepat. Mengusir pikiran-pikirin aneh yang menguasainya. Ia tak pernah tertarik kepada seorang namja, dan tidak mungkin dia tertarik kepada seorang namja. Jaehyun tak pernah punya ketertarikan terhadap seorang namja. Belum dan tidak pernah.

THE LAST [JaeYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang