BAB 4 - B

332 28 0
                                    

BAB 4 - B

"Aaaaaaa.........!!!" Dewi menjerit keras menutup kedua telinganya sambil membungkukkan badan. Begitu pula dengan Rena melakukan hal yang sama sedangkan Fira jatuh terduduk di lantai berpegangan pada gagang telepon yang terhubung pada ruang kendali pesawat.

"Waaaa........ Aaaaaaa.........."

"Pesawat jatuh... pesawat jatuh...!!!"

"Pegangan... pegangan...!"

"Mati deh gue!"

Berbagai macam lontaran suara, teriakan dan ekspresi wajah yang penuh kepanikan menghiasi seisi ruangan pesawat.

SSSSZZZZZZzzzzzzzzznnnnggg............... Tiba-tiba pesawat terdiam kembali setelah turun beberapa kaki.

Di dalam pesawat suasana menjadi hening.

"Sur, apa kita masih hidup? Coba cubitin pipi gue, sakit kagak?"

Dalam keadaan terduduk di lantai dengan pandangan kosong, Rado berbicara kepada Surya yang jatuh terduduk pula di sebelahnya. Surya pun lalu mencubit pipi kiri Rado dan menariknya dengan kuat.

"Ad..da..da..dauuuww.... aduh... aduuuh! Udah Sur... udah lepasin! Tega banget sih loh. Jangan kencang-kencang dong, mana lama nyubitnya, sakit tau!" pekik Rado yang kemudian mengelus-elus pipinya yang semu merah setelah Surya melepaskan cubitan.

Dengan kalem Surya menjawab seenak udelnya yang bodong, "Kan biar lebih yakin, masih hidup kagaknya."

"Ah dasar lo!"

Di sudut kursi yang lain, Dewi tidak dapat lagi menahan tangisnya ia kini benar-benar dibuat panik. Tubuhnya sedikit bergetar.

"Sudah... sudah... jangan menangis lagi, kita masih hidup kok," ujar Rena yang sedang duduk di samping Dewi sambil membelai-belai lembut rambut panjangnya agar tenang.

"Huu... huuu... huu... Dewi takuk, Mbak."

Dengan sesegukan, Dewi pun membuka kedua telapak tangan yang menutupi wajah cantiknya yang sembab. Dewi langsung menghambur memeluk Rena yang usianya lebih tua dari dirinya.

Rena hanya berdiam diri dan membiarkan dirinya menjadi peraduan Dewi agar dirinya bisa lebih tenang.

Pak Hermawan yang khawatiran melihat kepanikan putrinya mengucapkan terima kasih kepada Rena yang telah berusaha menenangkannya. Rena pun membalasnya dengan anggukkan kepala dan sedikit senyuman.

Pak Tino membenarkan kacamatanya, terlihat salah satu lensa mengalami keretakkan ketika dirinya sempat membentur dinding pesawat sehingga agak mengganggu penglihatannya.

Pak Hermawan lalu menghampiri Fira agar menelepon Stanley untuk menanyakan ada apa sebenarnya yang telah terjadi kali ini. Tidak lama kemudian terdengar suara dari dalam speaker sehingga semua orang yang berada di ruangan itu dapat mendengarnya.

"Sebelumnya saya ingin minta maaf kepada Bapak-Ibu sekalian para penumpang pesawat C-45KK atas serangkaian kejadian yang telah kita alami pada hari ini. Namun sekali lagi saya tegaskan, ini semua bukan karena kelalaian dari saya dalam mengendalikan pesawat ataupun adanya kerusakan pada mesin. Secara teknis semuanya masih berjalan dengan normal," tutur Stanley sebagai pilot utama berusaha memberikan penjelasan.

"Namun yang saya rasakan tadi sepertinya ada sebuah kekuatan besar yang menarik pesawat kita ke bawah. Saya sudah berusaha keras menarik tuas pesawat agar dapat naik kembali tapi ternyata saya tidak dapat berbuat banyak, sepertinya ada sebuah daya tarik magnet besar yang menguasai pesawat kita," lanjut Stanley.

"Jadi...." Belum juga sempat Stanley melanjukan pembicaraannya, sesuatu telah terjadi kembali.

Wuing....wuing.... tiba-tiba pesawat yang sedang diam di udara mulai berputar pelan seperti baling-baling bambu Doraemon.

"Ada apalagi ini?!" Hendrik yang tadinya tampak tenang kini mulai bangkit dari duduknya.

"Waduh macam apa pula ini? Bikin kepalaku makin pening saja," sergah Pak Untung berkomentar.

Semua penumpang di dalam pesawat mulai berpegangan pada kursi sambil mengamati keadaan di luar jendela.

"Wouuw... wouuw... " Mata Rossi mulai kliyengan.

"Surya, perut gue jadi mual lagi nih," Rado memegang kedua perutnya sambil duduk. Pipinya kembang kempis seperti katak mau bertelur.

***

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca dan pemberian bintangnya untuk "Pulau Meneketehe".

PULAU MENEKETEHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang