BAB 5 - B

349 25 0
                                    

BAB 5 - B

Tidak lama kemudian akhirnya Fira datang bersama Rado dan Surya membawa banyak perlengkapan.

"Pak Hermawan ini semua parasutnya. Keseluruhan hanya ada 12 buah," lapor Fira.

Surya dan Rado meletakkan tas parasut di jajaran depan berikut dengan beberapa tas berisi makanan dan peralatan lain yang sekiranya akan diperlukan nanti di daratan.

"Loh memangnya ada berapa penumpang di pesawat ini?" tanya Pak Hermawan kepada Fira.

Fira hanya menoleh menatap Stanley.

"Maaf Pak Hermawan, parasut yang tersedia hanya 12 buah saja. 10 buah untuk keseluruhan penumpang termasuk pilot dan pramugari, sedangkan 2 buah lagi sebagai cadangan. Namun dari rencana yang awalnya hanya untuk 10 awak pesawat, ternyata ada penambahan lagi dua tamu undangan sehingga menjadi 12 orang dan terakhir ada anak bapak juga yang ikut serta. Jadi jumlah keseluruhan yang ada di dalam pesawat ini menjadi 13 orang penumpang, sedangkan parasut yang tersedia hanya 12 buah," jelas Stanley.

"Baiklah tidak apa-apa, itu semua bukan kesalahan kamu, Stanley. Saya yang lupa memberitahukan kalau Dewi akan ikut," ujar Pak Hermawan.

"Jadi rencana selanjutnya bagaimana?"

"Sebaiknya segera bagikan saja parasut itu ke semua penumpang di sini termasuk kamu, Stanley. Biar saya saja yang tetap tinggal di dalam pesawat ini," tutur Pak Hermawan memberikan intruksi.

"Tapi Pak..."

"Kamu tetap harus terjun Stanley. Biar saya saja yang berada di dalam pesawat milik saya ini!"

"Haa...ha...ha.... kalian banyak omong. Kita semua tidak akan ada yang selamat!" teriak Pak Tino mulai tidak terkendali lagi.

Pesawat kembali melakukan perputarannya. Semua penumpang berpegangan kembali agar tidak terombang-ambing. Pak Tino segera duduk memegang erat gagang kursi dengan tubuh gemetar.

"Aduh ini pesawat kenapa sih? Niat gue kan mau naik pesawat terbang bukan komidi putar," ketus Dhani.

"Iya nih, lama-lama rambut gue makin keriting," timpal Rossi yang rambutnya makin kusut.

Setelah melakukan beberapa putaran, pesawat kembali terdiam. Para penumpang saling berpandangan satu sama lain. Kerutan-kerutan dahi tercetak di jidat para penumpang yang tidak habis keheranannya.

"Fira, selagi pesawatnya masih diam cepat kamu bagikan semua parasut itu kepada seluruh penumpang! Saya dan Stanley akan kembali ke ruang kendali," ujar Pak Hermawan kepada Fira.

"Baik, Pak."

"Saya bantu bagikan."

"Terima kasih."

Akhirnya Surya membantu lagi Fira membagikan parasut kepada semua penumpang sekaligus memberitahukan cara penggunaannya agar parasut dapat mengembang dengan sempurna.

Rado kali ini hanya duduk terdiam di kursi sambil mengusap-usap perutnya yang mual. Tubuhnya mendadak lemas dengan kepala yang masih berkunang-kunang.

Ketika sampai pembagian parasut kepada Pak Tino, kericuhan kembali terjadi karena Pak Tino menolak parasut yang diberikan Fira.

"Buat apa pakai parasut segala, percuma. Kita pasti mati juga. Sudah sana kamu saja pakai sendiri!"

"Tapi, Pak..." belum sempat Fira selesai berbicara.

"Sana pergi...!" teriak Pak Tino memotong pembicaraan seraya mendorong tubuh Fira.

Pesawat tiba-tiba berguncang kembali, bergerak seakan ada yang menarik ke bawah.

"Wouw..."

"Aaaaa...."

Penumpang yang berdiri sempat oleng hilang keseimbangan dan bahkan ada yang hingga terjatuh ke lantai pesawat. Para wanita seperti biasa selalu menjerit meluapkan keterkejutannya.

***

Bersambung...

Terima kasih sudah membaca dan pemberian bintangnya untuk "Pulau Meneketehe" di wattpad.


PULAU MENEKETEHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang