Minggu ke-1

1.4K 138 5
                                    


22.58

Akhirnya Kongpob membukakan pintu rumahnya untuk Arthit. Raut wajahnya ketakutan, keringatnya memenuhi wajahnya yang masih saja tetap tampan, badannya bergetar ketakutan, kakinya yang menumpu badannya tiba tiba melemas, sontak Arthit langsung memeluknya, badan Kongpob semakin bergetar.

Dia menangis.

Arthit membiarkan Kongpob untuk menangis di pelukannya sembari mengelus punggung Kongpob sekedar ingin menyampaikan "Tenang, aku sudah disini Kong" . Setelah getaran badan Kong memelan, Arthit melepas pelukannya dan memapah Kongpob untuk duduk diruang tamu yang tak jauh dari pintu masuk, tidak lupa ia menutup pintunya terlebih dahulu.

"mau ku ambilkan air minum?"
Kongpob menggeleng kan kepalanya cepat.

"jangan ke dapur p" lanjutnya

"apa mau langsung ke kamar? aku temenin kamu tidur" Arthit menghiraukan penasarannya kenapa dia tidak boleh ke dapur saat itu, padahal Arthit hanya ingin membantu Kongpobnya untuk tenang, setidaknya dengan air putih.

Kongpob menganggukan kepalanya
"Oke" Arthit memapah lagi Kongnya ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Arthit terkejut dengan posisi bantal yang ada dimana-mana, selimut nya seperti terbuang di bawah lantai, kini Arthit tau setakut apa Kong saat ini, dan ini adalah pertama kalinya ia melihat Kong seperti ini setelah menjalin hubungan selama 3 tahun dengan Kong. Padahal yang ia tau, diantara Kong dan dia yang paling penakut adalah arthit sendiri. Penasarannya ia tepis saat ini, Kongpob yang terpenting sekarang.
Arthit mendudukan Kong di tempat tidurnya dan setelah itu ia memungut beberapa bantal dan selimut yang sudah berada di bawah untuk di pakai Kong tidur, tidak lupa ia bersihkan terlebih dahulu dengan tangannya takut itu mengganggu tidur Kong.

"Nah sudah, sekarang tidur ya" Arthit menunjukkan senyum termanisnya ke Kongpob sembari mengelus kepala Kongpob saat itu.

"P tidur sini?" Kongpob akhirnya buka suara.

"Iya, tenang aja. aku ambilin minum dulu ya"

"ngga usah p, p sini aja tidur sampingku peluk aku. aku.. takut.." suaranya memelan di kata-kata terakhir. tangannya menepuk pelan kasurnya mempersilahkan Arthit untuk tidur di sampingnya. Kong sangat butuh Arthit saat ini.

"baiklah" Arthit segera tidur di samping kong, menarik kong ke dalam pelukannya, membiarkan kepala kekasihnya itu bersandar di dadanya. Semoga ini membantu Kong.

"p aku jahat ya?" tanya Kong tiba tiba

"siapa yang bilang?"

"aku sendiri"

"enggak, kamu orang baik. bahkan baaiikk banget sampe aku ga tau gimana caranya balas kebaikanmu" Arthit mengelus rambut kongpob.

"Di saat aku takut P ada disini nenangin aku, sedangkan kemarin p lagi takut aku malah ga bisa nemenin p" Kong mempererat pelukannya.

"hei, aku takutnya ga sampai kayak kamu gini kok, aku cuma sekedar merinding aja kemarin, gausah dipikirin"

"aku bukan pacar yang baik ya" Kong mendongakkan kepalanya, menatap mata Arthit saat itu dengan puppy eyesnya yang masih tersisa bekas air mata disana. Jujur, ini malah menggemaskan.

"kalau kamu bukan pacar yang baik, trus yang ngasih aku sarapan, perhatian waktu aku sakit, nemenin aku tidur di dorm padahal rumahnya jauh, ninggalin pekerjaannya demi aku, kalau gak baik itu apa namanya?" Arthit menghapus bekas air mata di mata Kongpob, dia tidak ingin melihat air mata kekasihnya itu lagi.

"aku akan berusaha lebih baik lagi p"
Arthit tersenyum dengan tangan masih mengelus rambut hitam Kongpob.

"Yaudah kamu tidur aja ya aku temenin"
Kongpob mengangguk pelan, membenarkan posisinya agar lebih nyaman namun tetap berada di pelukan Arthit.

"Jangan seperti ini lagi ya Kong, aku khawatir" Arthit mempererat pelukannya,Kongpob menganggukan kepalanya pelan. Ini sisi lain dari Arthit yang hanya ia tunjukan hanya untuk orang-orang terkasihnya, menjadi penenang yang baik, itulah kenapa orang-orang yang sudah dekat dengan arthit sebenarnya sangat beruntung bisa dekat dengan orang seerti Arthit, walaupun pada kesehariannya Arthit adalah orang yang menyebalkan, selalu menebarkan kesialan,dan bahkan pemarah.

"P'Arthit engga tanya kenapa aku begini?"

"aku udah tanya sebenernya di chat, tapi kamu ga jawab yaudah aku pikir kamu belum siap cerita, jadi aku tunggu kamu siap dulu"

"oh, maaf p aku ga ngebaca aku saking takutnya" suara Kongpob memelan

"gapapa, udah ya tidur aja"

"gak bisa tidur, masih takut p"

"kamu ga nganggep aku disini? kamu takut sama aku? oke, ku lepasin pelukannya loh ini aku pergi" Arthit merenggangkan pelukannya

"Hoiii p!" Kongpob menarik kembalu badan Arthit kepelukannya.

"hehe iyaya enggak, oiya besok ayahmu pulang?" Arthit kembali memeluk Kongpob

"engga, masih lusa p . kenapa? takut ketemu ayah?" Arthit lega bisa mengalihkan pembicaraan tadi.

"iyalah, ntar aku jawab apa? senior apaan yang nginep dirumah juniornya" Arthit kembali menjadi Arthit yang biasanya.

"senior yang di pacari juniornya lah 😁" Kongpob tertawa. Hei, Arthit berhasil.

"Yak! emang ayahmu tau itu?"

"Uda tau sebenernya tapi pura-pura ga tau" Kongpob kembali tertawa. Arthit bahagia dengan ini, tapi bukan bahagia atas pembicaraan ini juga ya.

"lah? kok? jangan bilang gara-gara udah tau makanya ayahmu nyuruh aku jaga kamu?" Arthit menatap mata Kong yang kini sedang mendongak ke arahnya sambil menahan tawa, sembari mengingat bagaimana ayahnya Kongpob mengatakan itu saat seusai meeting dengan perusahaan Ayahnya Kongpob saat itu.

"iyaa hahaha"

"OI KONG!"

Akhirnya tugas Arthit untuk menenangkan Kongpob berhasil, tapi tentang hubungannya yang sudah diketahui Ayah Kongpob a.k.a Calon ayah mertua dia itu sepertinya akan menjadi masalah baru. Hei, hubungan Arthit dan Kongpob bukan hubungan yang normal, bagaimana ayahnya bisa menerima semudah itu? bahkan sikapnya yang sangat baik dan menyanjungnya saat meeting . Apa emang ayah Kongpob sebaik itu makanya sifatnya yang mudah menerima di turunkan ke Kongpob?

Ah, sudahlah yang penting Kongpob sudah pulih dari takutnya. Setidaknya Kongpob sudah lelap di pelukannya ya walaupun tangannya pegal tapi yasudahlah.

___________________________

"Minggu ini sungguh berat, ada 2 kejadian yang sampai saat ini kami tidak tau kenapa itu terjadi pada kami. Jujur, kami masih takut dan masih tidak mengerti. Kenapa harus kami berdua?. Kami masih mencoba untuk melupakan 2 kejadian ini, jika saja kejadian itu tidak terulang pasti kami berhasil melupakannya,tapi sayangnya....

kejadian itu terjadi lagi pada kami"

Siapa? [ Kongpob X Arthit] - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang