“Aku tidak mempercayaimu”
Ucap mereka berbarengan dengan mata tertutup seakan mereka memang tak sanggup mengatakan ini kepada lawan bicara mereka saat itu, tangan mereka sama-sama mencengkram sprei kasur Arthit yang mereka duduki saat itu.Bagaimana bisa mereka tidak mempercayai pasangannya? Kalau tidak saling percaya nggak mungkin mereka pacaran sampai 3 tahun ini kan? Permainan aneh. Merasa sudah memenuhi permainan itu Kongpob segera meraih Handphonenya lagi dan melapor ke si ‘waktu’ bahwa permainannya sudah ia laksanakan.
’sudah’‘tatap matanya bukan menutup mata seperti itu emang aku bodoh’
“SHIT!!” Arthit emosinya memburu.Kongpob pun tak kalah emosi, tangannya mengepal kuat, matanya terpaku pada ponselnya mau apa lagi ini orang?!
‘ga ada di peraturannya woi!’‘peraturan nomor 6’
“P, ini emang harus lapor polisi P” Kongpob makin memperlihatkan kemarahannya
‘sekali lagi membantah, ingat konsekuensinya’
“konsekuensinya kong, inget. Nyawa kita loh taruhannya. Kita gak bisa lapor seenaknya, inget dia ada di sekitar kita , mata-matain kita, kita bener-bener ga bisa gerak sekarang, udah terlanjur”’ Arthit pasrah
“Tapi permainan ini aneh P, baru pertama aja aku harus bilang aku gak mempercayaimu? Itu baru awal loh P, gimana sampe akhir? Sampe kita saling bunuh? Aku gak mau P!” Kongpob benar-benar sedang menahan emosinya saat ini, menekankan nada bicaranya agar tidak terlepas emosinya.
“Kamu pikir aku mau?”
“...”
“jadi untuk perkataan tadi aku minta maaf, aku masih mempercayaimu tenang aja”
Arthit mengalah akhirnya, dia tidak mau menambah masalah di antara masalah, harusnya dia dan kongpob bersatu untuk melawan si ‘waktu’ ini bukan malah berdebat yang akan jadi pertengkaran nantinya.
Line!
‘jangan katakan maaf ingat peraturan nomor 3’
“Bener kan dia masih disini, dia lihat kita” Arthit membuang nafasnya kasar
“kita harus gimana P?”
“Lakuin lagi, tatap aku, oke?”
“.....”
“Oke gini deh, pernah liat Spongebob episode hari kebalikan?”
Kongpob mengangguk
“Anggep hari itu hari ini, bisa?”
“okey”
“mulai ya, 1..2..3”
“Aku tidak mempercayaimu”. Senyum mereka merekah, sedetik kemudian mereka segera meraih Handphonenya lagi dan segera melapor
‘sudah’ ketik mereka berbarengan.
Send
‘bagus’‘untuk permainan selanjutnya akan kuberitahu setelah kalian kerja, selamat bekerja ”
‘ingat, jangan pernah katakan maaf pada lawan bicaramu atau.........’
Kongpob dan Arthit langsung menghela nafas lega, setidaknya mereka akan bekerja dengan nyaman tanpa gangguan makhluk ini lagi untuk sementara waktu,sih.
“Hhh... akhirnya..”
“ini masih permainan pertama p, belum akhir” Kongpob terkekeh
“setidaknya untuk kerja nanti aku tenang kong, aku masi aman minum pink milknya” Arthit segera bangun dari duduknya dan menyiapkan bekal makanan untuk dia kekantor dari makanan yang Kongpob belikan tadi karna memang tadi tidak sempat sarapan.
“Sini ku bantu P, tangan P’Arthit kan masih sakit”
“okey sini”
Mereka pun mempersiapkan bekal makanan untuk di kantor nanti, dan segera berangkat ke Ocean Electric—kantor P’Arthit. Sesampainya disana, mereka segera mempersiapkan diri untuk rapat dengan kantor Kongpob selama 2 jam lamanya, membahas produk baru yang akan di kerjakan oleh 2 perusahaan tersebut dan tentunya dengan khidmat tanpa gangguan si ‘waktu’
.
.
.
.
.
.
“kamu langsungan ke kantor kong?”
“iya P, mau ngasih dokumennya ke Pa”
“Okey, hati-hati ya, titip salam ke Pa mu juga, kalau udah sampe kabarin siapa tau makhluk itu masih berulah”
“Khaabb, kalau gitu aku pulang dulu ya P, ditungguin sama temen kantor juga, bye bye”
Arthit membalas nya dengan lambaian tangan, setelah memastikan Kongnya sudah ke parkiran ia pun segera berbalik ke ruangan nya untuk melanjutkan tugasnya yang lain.Hhh... semoga hari ini kerja nya memang tenang pikirnya.
Sesuai harapan, hari ini kerja mereka sudah normal seperti biasa, Kongpob juga ke kantornya dengan selamat, tapi perlu mereka ingat kalau permainan akan berlanjut setelah mereka seleai kerja, baru kali ini mereka tidak mau segera menyelesaikan tugas kerjanya, tapi apa daya, semua kerjaan mereka memang bisa di kerjakan dengan cepat, ooh memang sepertinya mereka di haruskan bermain sepertinya.
Setelah usai semua pekerjaannya, Arthit segera pulang ka dormnya. Sesampainya disana, ia segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidurnya , memperisapkan diri untuk apa yang akan terjadi nanti. Belum sempet dia selesai mempersiapkan diri, notifikasi linenya sudah berbunyi -- tandanya permainan akan dimulai. Dengan malas ia membuka notifnya tadi, dan benar permainan itu dimulai dan sebalnya lagi permainan dimulai tanpa menunggu Kongpob yang masih perjalanan pulang. Okelah, permainan pertama akan dilaksanakan sendiri. Dan lagi-lagi permainannya sungguh aneh. Ya, semua barang-barang berharga yang isinya kenangan-kenangan dia bersama Kongpob di atas mejanya harus disingkirkan tanpa tersisa apapun, dia gila? Saat itu juga Kongpob membujukku untuk tetap mengikutinya, kata dia setidaknya engga disuruh buang."Okey akan kulakukan" monolog Arthit.
Selesai semuanya, ia telah memasukan semua barang-barang nya ke dalam kardus yang cukup besar dan ia sembunyikan disalah satu tempat amannya di dormnya semoga Arthit akan ingat dia telah menaruhnya disitu. Selanjutnya giliran Kongpob yang melaksanakan, tapi Arthit ikut deg-degan menunggu apa permainan yang akan dilakukan Kongpob.
.
.
.
.
'ambil pisau di dapur'WHAT?!
Reflek tangannya mengetikan kata-kata penolakan disana, dan setelah mengirimnya dan Arthit baru sadar dia sudah melanggar eraturannya untuk kesekian kali. Dan benar, makhluk itu akan memberikan konsekuensinya ke Arthit.
Gimana gak panik? main main sama pisau? Pisau di buat bukan untuk main-main kan?
Kongpob yang membaca kata pisau itupun langsung gemetar, keringat nya tiba-tiba membasahi dirinya tanpa permisi, wajahnya mulai panik, apa yg dia temui kemarin akan terjadi setelah ini?Tidak, tidak akan.
Kongpob tidak akan melakukan itu, untuk apa?
Kongpob segera mengatur nafasnya, mencoba menenangkan dirinya agar tidak panik, dia tidak boleh panik. Dicobanya ia meninggalkan kamarnya, berjalan menuju dapurny dengan perlahan, ia terus meyakinkan dirinya semua akan baik baik saja jika dia tenang, ia terus mengatur nafasnya yang seakan-akan seperti telah berlari 100km. Dipegangnya pisau tersebut kemudian memfoto nya dan mengirimkan nya ke grup. Saat menunggu balasan dari 'waktu' Kongpob masih memegang pisau tersebut bahkan dengan erat sampai tangannya bergetar, ingatannya seputar dirinya akan membunuh P'Arthit itu terus berputar di otaknya.
Tidak akan terjadi, tidak akan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa? [ Kongpob X Arthit] - End
FanfictionTolong aku... siapa dia? aku akan menceritakan padamu semuanya, tapi harus janji beritau aku dia siapa? bisa?