11. Irreplaceable

1.1K 145 46
                                    

Evan menghentikan mobilnya tepat di depan villa miliknya. Seolah mengerti apa yang gadis di sebelahnya inginkan, tanpa banyak berkata apa-apa Evan langsung memutar balik kemudi ke arah tempat di mana gadis itu akan bertemu dengan pemuda yang beberapa saat lalu mengirimkan pesan padanya.



"Evan, emm.. maaf-saya.."

Evan diam menunggu kelanjutan kalimat Rose.

"Saya.. enggak bisa..."

Evan menghembuskan napas kasar.

"June bakal ke sini,"

Dan dengan itu, Evan langsung memutar balik kemudinya.



Dan di sini sekarang mereka berada. Di dalam villa Evan. Duduk berdua dalam diam. Rose dengan gugup memainkan jemarinya. Entah harus berapa lama lagi ia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan seperti ini. Ia tahu Evan sebenarnya kecewa padanya. Tapi ia tidak bisa menahan lebih lama lagi. Bukankah kemarin Evan yang bilang kalau jika dirinya masih ragu, sebaiknya jangan memaksakan diri.

Dan memang itulah yang dirasakannya. Ia masih ragu pada hatinya sendiri. Ditambah June membalas pesannya dan kembali ingin memperjuangkannya. Ia tidak seharusnya membuat June menunggu lebih lama lagi. Ia tidak seharusnya menyakiti pemuda itu lebih lama lagi.

June dan Evan. Ia sadar, keduanya memiliki porsi yang besar dalam hidupnya. Namun biar bagaimanapun, June tetap memiliki porsi yang lebih besar. Plus perjuangannya selama ini yang tidak seharusnya ia sia-siakan. Evan akan mengerti dengan sendirinya. Dan lagi, ada seseorang yang lain yang lebih pantas mendapatkan Evan.

"Evan.."

Pemuda yang sedang berpura-pura sibuk pada ponselnya itu menoleh dan mengangkat alisnya.

"Kamu harus tau sesuatu,"

"Apa?"

"Ada seseorang yang lebih pantas buat kamu,"

Evan mengerutkan dahi, tidak mengerti arah pembicaraan Rose.

"Mira sayang sama kamu,"

Evan tertegun sejenak. Namun kemudian tertawa kecil. "Ya sayang, lah. Saya kan kakaknya,"

Rose menggeleng kuat. "Enggak, Evan. Bukan sayang dari seorang adik ke kakak. Tapi perasaan lain. Dari seorang perempuan kepada laki-laki,"

Evan menautkan alisnya, tidak percaya. "Kenapa bisa?"

Rose menghela napas sebelum memulai ceritanya.

"Kemarin saya ke kamar Mira. Enggak sengaja, liat dia lagi nangis."





Rose baru saja akan mengetuk pintu kamar Mira yang sedikit terbuka ketika terdengar suara isakan dari dalamnya. Gadis itu mengurungkan niatnya dan membuka lebih lebar pintu kamar Mira. Mendapati gadis itu sedang menangis memeluk sebuah album foto di tepi ranjangnya.

Mira belum menyadari kehadiran Rose. Sampai akhirnya gadis itu melangkah masuk dan duduk di samping Mira.

"Mira? Kamu kenapa?" dan jelas saja Mira langsung terlonjak kaget dan buru-buru mengusap pipinya yang basah, lalu menyembunyikan album foto di tangannya ke belakang punggungnya.

Mira menggeleng. Namun jelas ia tidak baik-baik saja.

"Mira, nggak mau cerita sama aku?"

Mira terdiam tidak menanggapi pertanyaan Rose. Gadis itu masih sibuk berusaha menghentikan tangisnya. Sementara tangan Rose terulur ke belakang punggung Mira, meraih album foto yang tadi dipegang Rose.

One Perfect Rose - I lost her [JUNROS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang