8. Akhir Penantian

899 152 89
                                    

"Satu-satunya perempuan yang harus gue jaga dan gue rawat sebaik mungkin, itu cuma lo. Sayang, semesta terlalu jahat untuk enggak mengizinkan gue melakukan itu."

-J






Pepatah bilang, usaha takkan pernah mengkhianati hasil. Meski terdengar sederhana dan klasik, tapi pemuda itu terus menggumamkan pepatah itu di dalam benaknya. Meski sudah berkali-kali juga, ia merasa hasil mengkhianati usahanya. Dan kini yang ia pikirkan hanyalah tentang waktu. Ia mulai membangun kembali semangat dalam dirinya, dan menekankan pada dirinya sendiri bahwa suatu saat waktu akan membawanya pada hasil yang ia inginkan.

Klasik.

Namun begitulah pemikiran seorang Junendra Abraham Prasetya setelah menemukan secarik kertas dibalik ponselnya, yang baginya merupakan suatu titik terang dari penantiannya selama ini.

Ia tidak pernah lupa, ia tahu, gadis itu berada di kota pelajar yang merupakan tempat kakak keduanya tinggal selama ini. Ia juga bukan tak pernah berusaha, ia pernah melakukan hal serupa seperti saat ini. Meninggalkan pekerjaannya dan melarikan diri ke kota itu demi mencari si gadis yang selama ini dirindukannya.

Dulu, setelah gadis itu memutus kontak dengannya, dan saat ia sudah benar-benar tidak dapat lagi menahan kerinduannya, ia pergi ke kota ini. Dengan nol informasi tentang gadis itu. Berhari-hari menghabiskan waktunya seorang diri dan berakhir dengan sia-sia.

Kali ini, ia kembali pergi ke kota ini. Dengan petunjuk yang diberikan gadis itu, ia menghabiskan satu harinya di pantai Parangtritis, pantai yang merupakan ikon kota Jogja. Kali ini ia tidak terburu-buru. Ia menikmati perjalanannya terutama saat tiba di pantai itu. Ia benar-benar menikmati suasana menenangkan yang tidak pernah ia dapatkan di tempatnya tinggal.

Dan sebuah insiden, tanpa sengaja justru malah mempertemukannya dengan gadis itu.

Suatu keajaiban yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.

Namun keajaiban itu seolah sirna, ketika lelaki lain ternyata telah berusaha menempati posisinya dalam hati gadis itu selama ia tak ada.

Dan di sinilah mereka sekarang. Villa kecil milik Evan yang letaknya dipinggir pantai. Duduk dengan canggung di ruang tengah, tanpa suara. Jelas saja, CEO muda itu bingung dengan situasi yang baru saja terjadi. Ketika tiba-tiba pemuda jangkung itu memeluk Rose dengan sengaja di tepi pantai tadi.

Urusan Mira sudah selesai. Gadis itu tadi diobati oleh Evan, dan kini ikut bergabung di ruang tengah dengan plester di dagunya.

"Saya Evan," Evan membuka suara.

"Gue tau," sahut June yang langsung mendapat delikan dari Rose karena pemuda itu tidak seharusnya berkata secara tidak sopan pada orang yang baru ia kenal.

Evan mendengus, mulai merasa tidak nyaman dengan sikap June yang terlihat acuh.

"Jadi, apa hubungan kamu sama Rose?" tanya Evan langsung pada intinya. Membuat Rose menelan ludahnya dengan kasar.

"Gue cowoknya,"

"June!"

"Dulu," sambung pemuda itu sebelum Rose menghujaninya dengan kata-kata hujatan.

Evan merapatkan bibirnya dan terlihat menarik napas dalam-dalam sebelum kembali mengatakan sesuatu.

"Saya calon suaminya,"

One Perfect Rose - I lost her [JUNROS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang