10. Ceramah Bobby

837 130 61
                                    

Kalau mencari seseorang dengan definisi pura-pura bahagia terbaik, mungkin jawabannya adalah Junendra Abraham Prasetya. Laki-laki berusia matang yang sudah seharusnya tidak memikirkan cinta-cintaan dan hal-hal yang menyangkut kepadanya. Seharusnya ia tinggal melanjutkan hidup dengan uang-uang yang ia hasilkan sendiri, kemudian menikah dengan perempuan yang cantik, kaya, dan ideal.

Tapi, uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Uang juga tidak dapat membeli cinta. Problematika seorang Junendra sejak dulu adalah banyak uang, namun sedikit kebahagiaan.

Padahal kalau dipikir-pikir, seharusnya June tidak menghabiskan hampir empat tahun hidupnya dengan terus-terusan berputar pada Roseanne Abiandra. Dia sendiri yang dulu bilang pada Bobby dan Yoyo kalau ia tidak suka yang namanya romansa.

Dan sekarang, ia terjebak pada romansa yang dulu menurutnya menjijikan.

Mungkin karma sedang bekerja kepadanya.

Sejak dua bulan yang lalu, sebenarnya June bertekad untuk melepaskan hidupnya dari poros Roseanne yang bagai magnet yang selalu menariknya setiap kali ia mencoba menjauh. Sejak dua bulan yang lalu, ia bertekad ingin hidup sesuai dengan jalurnya. Tidak mau memaksa takdir agar berbelok ke jalan yang diinginkannya.

Karena membelokkan takdir agar sesuai kehendaknya, membutuhkan energi dan waktu yang akan menyita seluruh hidupnya.

Kemudian ia mencoba mengubah sikap dan perilakunya pada gadis lain yang menunggunya di rumah.

Mina semakin akrab dengan Erina dan ibunya. Meski gadis itu harus bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket, malamnya ibu June selalu memintanya datang ke rumah. Sekedar ikut makan malam atau bahkan menginap.

June pulang pukul sepuluh malam setelah mengisi sebuah acara hari ini. Ia datang membawa sekotak es krim titipan Erina, dan makanan kecil untuk dirinya sendiri.

"SURPRISE!!!!"

June mematung di ambang pintu ketika mendapati rumahnya ramai tak seperti biasanya.

Ada kawan yang amat dirindukannya. Bobby, Jisya, dan dua anak kembarnya. Sisanya ada Erina dan Mina seperti yang sudah ia duga.

Mars dan Venus—nama anak kembar Bobby dan Jisya—melompat-lompat heboh sambil meniup terompet ulang tahun. Bocah-bocah berusia tiga tahun itu berteriak girang saat melihat June.

Bobby dan Jisya tertawa kencang di samping anak-anaknya. Erina dan Mina datang sembari membawa sebuah kue ulang tahun ke hadapan June.

"Selamat ulang tahun?" Mina bertugas menyodorkan kue itu ke hadapan June. Gadis itu tersenyum padanya.

June masih dibuat bengong di tempatnya. Bahkan ia lupa pada ulang tahunnya sendiri.

"Ciyeee udah tua masih jomblo aja!" Ledek Bobby yang disambut tawa renyah dari Jisya.

June mendengus. Lalu mengalihkan pandangannya kembali pada kue bundar berlapis whipped cream dengan lilin berbentuk angka 72 di atasnya. June mengernyit memandang Mina yang masih tersenyum di depannya. Mina menggedikkan bahunya.

"Biar inget umur! Makanya ditulis 72! Cepetan nikah udah bangkotan juga lo!" celetuk Jisya yang diamini oleh Bobby. Erina cengar-cengir karena ide nyeleneh dari Bobby dan Jisya itu.

June memutar bola matanya malas. "Gue masih dua tujuh, santai aja kali,"

"Yee santai santai! Emang mau tar anak pertama lo lahir lo udah osteoporosis?!" sumpah, Bobby berisik banget.

"Bob, lo ngomong sekali lagi gue bakar titit lo!"

"JUNE!!!" Mina memasang wajah tak suka lalu menggeleng-geleng.

One Perfect Rose - I lost her [JUNROS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang