marahan

47 6 0
                                        

"Galeeennn.. selamat pagi sahabatku" kataku girang menyapa Galen yang sedang jalan di koridor.

"Siapa kamu? Kita kenal?"

Ada yang aneh dengan Galen ga biasanya dia badmood. Itu tadi bercandaan kan? Tapi nada suaranya beda. Ga ceria.

"Apaansi kamu bercanda mulu, bales dong aku kan ngucapin selamat pagi"

"Pagi"

"Kamu kenapa Gal? Sakit?"

"Ga"

"Ada masalah? Cerita sama aku"

"Ga ada"

"Terus kamu kenapa?"

"Kamu ga denger bel masuk udah sana cepet ke kelas"

Aneh. Aneh. Dia aneh. Bukan aneh gila seperti biasanya. Dia dingin. Suasananya ada yang beda. Mungkin dia ingin sendiri? Ya sudahlah aku ke kelas saja. Aku berjalan menuju kelas.

"Pagi Dalvy"

"Pagi.. eh kak Gibran"

Dia senyum langsung lanjut jalan. Yaampun senyumnya bikin hati meleleh. Apa aku jatuh cinta sama kak Gibran? Oh tidak tidak. Aku melanjutkan langkahku. Menuju kelas. Mengikuti pelajaran. Istirahat. Belajar lagi. Istirahat kedua aku ke kantin. Sendirian. Galen mana sih? Ga biasanya.

Saat pulang aku bergegas menuju parkiran biasa Galen parkir. Mencari motornya. Disana. Aku menuju kesana. Menunggu sang pemilik datang. Ada yang salah dengan Galen. Aku harus memperbaikinya. Dia datang.

"Gal aku mau ngomong"

"Hm"

"Ayo kesana" aku menarik Galen kepinggir lapangan sekolah kebetulan ada kursi di bawah pohon. Aku ajak dia duduk disana.

"Kamu kenapa sih Gal? Kita ini kan sahabat gausah sembunyi sembunyi-an gini, kalau ada masalah kamu bisa cerita ke aku. Kayak biasanya" jelasku membujuk Galen membuka suara.

"Kita? Sahabat? Memangnya ada sahabat yang bohong sama sahabatnya sendiri?" Katanya datar.

Aku kebingungan. Lemot. Tolong jangan lemot sekarang. Tuhan berikan otakku kelancaran bagaikan internet 4G.

"Kalau kamu mau pulang sama cowok ya bilang aja gausah bohong dengan alasan mau pulang sama Delvy. Bisa kan?" Katanya langsung jalan sangat cepat menuju motornya.

Aku terdiam. Oh! kejadian kemarin. Aku mengejar Galen.

"Gal kalau itu aku bisa jelasin. Kamu cuman gitu doang kok marah sih" aku yakin Galen ga dengar jarak kita cukup jauh.

Aku lihat Galen sudah menjalankan motornya. Duh pinter banget sih kamu Dalvy. Bukannya tahan Galen. Kalau Galen udah marah kayak gini mana bisa diajak ngomong baik baik. Tunggu 3 hari. Ya cuman itu satu satunya cara. Kita berkomitmen untuk ga marahan lebih dari 3 hari. Dia pasti mau mendengarkan penjelasanku nanti. Tapi 3 hari tanpa Galen. Apa aku bisa? Dia penyemangatku. Entahlah kita lihat nanti.

Hufftt.. sekolah udah sepi. Paskibra ga latihan. Pasti Delvy udah ninggalin aku. Minta jemput abang? Ga deh aku takut sama dia sejak kejadian malam itu. Naik angkutan umum aja deh. Aku berjalan menuju halte bis. Menunggu disana berharap bis belum lewat. Aku tidak mau menunggu setengah jam.

10 menit. Ga lewat juga. 20 menit. Masih belum lewat. Aku mengecek hpku. Tidak ada yang penting. 30 menit.

"Kok gaada bis yang lewat sih" kataku kesal.

Aku melihat disebelah sana ada tukang sapu. Aku akan menanyakannya.

"Permisi pak. Maaf mau nanya, bis ke arah sana udah lewat?" Kataku sambil menunjuk arah.

"Hari ini memang gaada bis yang lewat neng. Katanya sih ada pemeriksaan kelayakan bis gitu jadi semua bis ga beroperasi hari ini" jelasnya.

"Oh gitu ya pak. Makasih banyak ya pak" kataku dengan senyum terpaksa.

Ishh kesal. Aku mengecek hp lagi. Bukan untuk melihat notifikasi. Untuk mencari tahu kebenaran bis. Apa benar sedang ada pemeriksaan? Ternyata benar. Kenapa sih aku sesial ini. Terus sekarang aku naik apa? Jalan? Ya jalan pilihan terakhirku. Naik taksi uangku ga cukup. Grab bike juga uangku ga cukup. Tau gini tadi aku ga usah makan biar bisa naik grab. Kenapa sih mama selalu kasih uang pas pas-an? Tau ah kesel.

Aku mengambil earphone di tasku. Ku setel deretan lagu favoritku. K-pop. Kebanyakan dari BTS. Aku mengencangkan ikatan tali sepatuku. Mengikat rambutku. Jika kau perpikir aku akan jalan ke rumahku. Ya. Mau bagaimana lagi? Tidak ada angkutan umum lain yang lewat rumahku. Rumahku jauh? Bayangkan saja jika naik motor bisa menghabiskan waktu 45 menit. Sejauh itu.

Aku mulai berjalan melihat jam kini pukul 15.55 aku sudah menghubungi orang rumah di grup WhatsApp yang berisi keluargaku kalau tidak ada bis. Dan aku akan jalan. Mereka semua sibuk ga ada yang bisa menjemputku. Ga ada juga yang memperhatikanku. Hanya papa yang bertanya 'kuat dek? Hati hati ya kalau ada apa apa hubungin orang rumah langsung' ga lupa dia juga menyemangatiku.

Aku juga ga lupa menghubungi Galen. Baru saja. Sambil jalan tadi.

15.58
Gal kalau aku ga masuk sekolah besok aku sakit, tolong nitip absen ke absensi ya
Aku sekarang jalan dari sekolah mau ke rumah, gaada bis
Soal yang tadi aku bisa jelasin
Yaudah aku lanjut jalan dulu ya
Terkirim


Lama gaada jawaban. Aku hanya menikmati lagu sambil sesekali bernyanyi kecil. Sudah hampir setengah jalan. 16.30. sudah sore. Aku lelah. Aku duduk sebentar. Melihat notifikasi.

16.26
Kamu gila?
Rumah kamu kan jauh
Kamu dimana sekarang?
Aku kesana.
Tunggu disana.

16.30
Aku masih waras
Gpp kok
Aku udah sampai rumah
Kamu ga usah susulin aku.

Aku gamau ngerepotin Galen terus. Aku mau coba jadi anak yang kuat. Mandiri. Ga cengeng.
Tapi pasti aku sakit. Kakiku mulai terasa sakit. Kurasa sudah cukup istirahatnya.
Aku lanjut berjalan. Seseorang menarik earphoneku. Hampir saja aku pukul. Ku kira orang jahat.

================================

Pendek banget ya? Maaf :')
Jika suka silahkan vote dan commentnya
Jika ada krisar dengan senang hati diterima, silahkan comment ya

Gomapchuu <3 -dal

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mental Breakdown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang