6

163 8 0
                                    

".....Sepertinya kau perlu ke salon Inara. Kau sudah cantik, hanya saja aku perlu membuat mu sedikit lebih elegan saja."

...

Dan sekarang disinilah Inara, disebuah tempat yang tidak pernah dikunjungi Inara sebelumnya. Inara sedang duduk di sebuah kursi yang menghadap ke sebuah cermin besar. Beberapa orang mulai menjamah bagian wajah dan rambut Inara. Inara sangat geli dengan semua sentuhan orang orang tersebut, tapi tak ada yang bisa Inara lakukan selain menurut bukan?

Sementara Dian sedang duduk di kursi tunggu dengan majalah fashion yang ada di tangannya. Dian membolak balik lembaran majalah tersebut. Entah kenapa sekarang Dian sedang tidak tertarik untuk melihat lihat majalah. Pikirannya berkecamuk memikirkan tentang percakapannya dengan Gerry dua hari yang lalu. Dia harus melaksanakan tugas Gerry. Merahasiakan tentang perempuan bayaran Gerry, yaitu Inara.

...

Gerry sedang fokus menatap monitor komputer nya. Pekerjaannya di kantor sedang menumpuk sekarang, dan ayahnya juga memusingkan tentang dirinya yang belum menikah. Dan beruntung sekretaris sekaligus adik sepupunya mau membantu. Walaupun pekerjaan kantor semakin menumpuk tanpa kehadiran Dian.
Gerry melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

17.00

Sudah jam lima sore. Dan Gerry kembali memfokuskan tatapan sekaligus pikiran ke pekerjaannya. Entah kenapa Gerry sangat haus bekerja. Dan tidak pernah merasa puas dengan hasil pekerjaannya yang selalu dikagumi klien.

BIP...BIP...BIP

Ponsel Gerry yang berada di atas meja kantornya berbunyi. Dengan malas Gerry mengambil benda pipih tersebut.

Dian is call...

Gerry menggeser layar slide ke warna hijau.

"Hallo Gerry!" Sapa Dian diseberang.

"Ada apa?" Tanya Gerry mendengus malas.

"Nada bicara mu seakan kau malas saja bicara dengan ku. Ingat! Aku menelepon mu bukan karena keinginan ku. Tapi karena perintah bodoh mu itu." Sembur Dian dengan nada marah diseberang.

"Oke baiklah, kau ingin membicarakan apa?" Tanya Gerry akhirnya.

"Kau dimana sekarang? Perempuan mu sudah siap. Cepat jemput dia! Aku akan menunggumu di restoran x." Perintah Dian.

"Baiklah, aku kesana sekarang." Ucap Gerry.

"Apa kau sudah menyabotase data panti asuhan mu? Paman pasti akan menyelidiki latar belakang Inara." Tanya Dian.

"Tenang saja, tugas itu sudah aku serahkan kepada Bara." Ucap Gerry enteng.

"Dan nanti kau jangan terkejut Gerry. Perempuan mu benar benar cantik." Ucap Dian merayu Gerry.
Dian langsung mematikan sambungan telepon sepihak, takut Gerry akan memarahi nya karna sudah merayunya.

Gerry hanya menghembuskan nafas nya kasar mendengar penuturan Dian.
Walaupun Dian bilang perempuan itu cantik, tapi Gerry tidak akan pernah tertarik dengan perempuan itu. Karena perempuan tersebut hanyalah seorang wanita murahan.

Pikiran Gerry menerawang ketika saat dia membujuk Dian untuk mau membantu dirinya.

Flashback on

"Kumohon Dian! Ini pertama kalinya aku meminta tolong kepadamu." Pinta Gerry kepada Dian.

"Tapi Gerry aku tidak bisa, bagaimana mungkin aku bisa membohongi seluruh anggota keluarga kita. Aku tidak akan melakukan nya." Ucap Dian.

"Ooh baiklah kalau kau tidak mau menuruti permintaan ku yang satu ini. Tapi apa kau sudah lupa Dian? Kau juga punya rahasia yang aku ketahui Dian. Dan apa kau masih ingat? Bagaimana dulu kau memohon mohon padaku agar aku mau merahasiakan rahasia mu itu?" Ucap Gerry menatap Dian lekat lekat.

"Rahasia apa? Aku merasa tidak pernah punya urusan dengan mu." Ucap Dian acuh.

"Sepertinya sepupuku yang satu ini sudah lupa bagaimana dia dulu menangis nangis memohon untuk merahasiakan kalau dia hamil diluar nikah dan memilih untuk mengaborsi calon keponakanku." Ucap Gerry yang langsung membuat Dian seakan terbangun dari ketidak sadarannya.

"Shit!" Umpat Dian.

"Bagaimana? Apa kau sudah ingat? Lalu apa yang harus ku lakukan sekarang? Apakah aku harus membeberkan rahasia mu itu kepada keluarga kita?" Tanya Gerry dengan nada polos yang dibuat buat.

"Apa aku mempunyai pilihan lain selain menuruti perintah bodoh mu itu?" Tanya Dian frustasi.

"Sayang nya tidak." Ucap Gerry pendek.

"Huft! Baiklah." Ucap Dian terdengar lelah.

"Good girl!" Ucap Gerry tersenyum smirk.

Flashback off

...

Gerry memarkirkan mobilnya di kawasan restoran x. Keluar dari dalam mobil, dan berjalan masuk ke dalam restoran.
Gerry mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru restoran. Dan melihat Dian yang sedang duduk dengan seorang perempuan yang terlihat datar menanggapi ucapan Dian. Perempuan yang bersama Dian hanya menatap Dian dengan tatapan kosong. Gerry tersenyum miring melihat perempuan itu, tidak terlalu buruk untuk dikenalkan sebagai calon istri.

Dian menyadari kehadiran Gerry, melambaikan tangannya.
Gerry melangkahkan kaki berjalan mendekat ke meja Dian.

"Akhirnya kau sampai juga Gerry. Bagaimana perjalanan mu menuju kesini? Kau pasti haus. Aku pesankan minuman dulu ya." Ucap Dian mencoba mengolok olok Gerry.

"Hentikan omong kosong mu itu, aku tidak ingin berlama lama. Aku sudah tidak sabar untuk menyumpal mulut paman mu itu agar tidak mendesak ku untuk menikah terus." Ucap Gerry datar.

"Sabar lah Gerry, perempuan mu juga tidak akan lari. Benarkan Inara?" Ucap Dian menatap Inara.
Inara hanya menatap Dian datar.
Sementara Gerry menatap Dian dengan tatapan tajamnya.

"Ooooh oke baiklah, melihat tatapan kalian berdua, sepertinya kalian akan menjadi pasangan yang serasi. Sebelumnya, bagaimana pendapat mu tentang Inara, Gerry? Dia cantik bukan?" Tanya Dian semakin membuat Gerry geram. Sedangkan Inara hanya diam dengan tatapan kosong tidak menanggapi ucapan Dian.

"Terima kasih atas kerjasama mu Dian." Ucap Gerry malas, melangkah pergi keluar dari dalam restoran dan memberi isyarat kepada Inara agar mengikuti nya.
Inara mengikuti langkah kaki Gerry yang menuju parkiran.

"Sejak kapan seorang Gerry mengucapkan terima kasih?" Ucap Dian kepada dirinya sendiri.

...

Lusiana, Padang.
21 Oktober 2018

Dark MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang