7

148 9 8
                                    

Gerry melangkahkan kakinya menuju dimana mobilnya di parkir. Sementara dibelakang, Inara mengikuti langkah kaki Gerry dengan tatapan kosong. Setelah berada tepat di samping mobilnya, Gerry langsung membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri dan duduk di kursi kemudi tanpa memperdulikan Inara yang tidak tahu harus melakukan apa. Dengan gerakan kaku, Inara membuka pintu di jok belakang mobil dan duduk dengan canggung. Gerry yang berada di jok depan menatap Inara melalui spion depan, Gerry menatap Inara dengan tatapan tajam. Inara yang menyadari tatapan Gerry merasa terintimidasi.

"Kau pikir aku ini supir mu?" Ucap Gerry sarkastik. Inara mengangkat kepalanya mendengar ucapan Gerry, menatap mata tajam Gerry melalui spion mobil. Gerry mendengus malas melihat gelagat Inara yang terlihat seperti orang bodoh.

"Cepat pindah kedepan!" Titah Gerry tajam.

Inara mengikuti perintah Gerry. Pindah ke jok depan.

....

Inara tidak tahu dirinya akan dibawa kemana oleh orang yang membelinya ini. Inara merasa pegal duduk di dalam mobil tanpa tau harus melakukan apa. Selama dalam perjalanan yang entah kemana ini Inara hanya diam melempar pandang keluar jendela. Sementara orang yang di sampingnya sibuk mengemudi dengan tatapan mata lurus ke depan.
Inara pikir kalau orang yang membelinya ini adalah seorang bangkotan tua hidung belang dengan perut buncit dan kepala botak seperti para pria yang sering dibawa kakak kakaknya ke rumah. Ternyata pikiran Inara sangatlah salah besar. Orang yang membelinya ini sangat jauh dari kriteria yang Inara pikirkan. Tapi mau bagaimanapun orang yang membelinya ini, statusnya sebagai wanita belian tidak akan berubah.

...

Gerry melajukan mobilnya menuju rumah orang tuanya. Gerry hanya diam menatap jalan raya tanpa tertarik untuk mengajak orang yang disampingnya ini berbicara atau sekedar berbasa basi. Ternyata Dian benar, gadis yang bernama Inara ini sangat cantik. Tapi Gerry tidak akan pernah menyukai Inara karna hati Gerry masih sepenuhnya milik Tamara. Mengingat kalau gadis ini adalah seorang perempuan yang dia beli membuat dia muak.

Mobil yang Gerry kendarai berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah. Gerbang rumah yang tingginya hampir menutupi rumah itu sendiri perlahan terbuka. Saat gerbang sudah terbuka sempurna, Gerry kembali melajukan mobilnya memasuki pekarangan rumah yang luas. Gerry memberhentikan mobilnya. Lantas turun dari mobil tanpa menatap Inara sedikitpun. Melirik pun tidak. Inara yang tidak tahu harus melakukan apa dengan canggung juga keluar dari mobil. Seorang lelaki tua yang mengenakan setelan jas dengan setengah berlari mendekati Gerry. Gerry menyerahkan kunci mobilnya ke orang tersebut.

"Parkirkan mobil ku!" Perintah Gerry ke lelaki tua tersebut yang dibalas dengan anggukan hormat. Tanpa menunggu perintah dua kali, lelaki tua tersebut langsung berlalu untuk melaksanakan perintah yang baru saja diucapkan oleh tuannya itu. Setelah pelayan tua tersebut pergi, Gerry beralih menatap Inara.

"Kau sudah tahu apa tugasmu, bukan? Jadi lakukan dengan baik." Ucap Gerry menatap Inara datar namun menusuk.

Inara yang refleks mendengar pernyataan Gerry, spontan mengangguk cepat. Detik selanjutnya Inara mengutuk dirinya yang entah mengapa malah mengangguk merespon ucapan Gerry. Berbanding terbalik dengan apa yang diinginkan hatinya. Sementara itu, Gerry berdecih melihat respon Inara yang terlihat seperti wanita murahan yang sangat menginginkan kondisi ini.
Gerry kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu utama rumah besar tersebut yang diikuti oleh Inara dibelakangnya. Tepat ketika Gerry akan membuka pintu, pintu tersebut sudah dibuka terlebih dahulu dari dalam. Yang memperlihatkan seorang perempuan muda cantik yang berdiri diambang pintu.

"Kakak?" Pekik perempuan tersebut histeris. Sedangkan Gerry hanya datar menanggapi respon adiknya, Tania.

"Kakak mau ngapa_dia siapa kak?" Tanya Tania yang tatapannya langsung beralih menatap Inara yang berdiri disamping Gerry.

"Dimana ayah?" Tanya Gerry langsung.

"Ayah ada didalam. Tunggu sebentar Tania panggilkan. Kakak masuk dulu." Ucap Tania berbalik masuk kedalam rumah meninggalkan Gerry dan Inara yang berdiri didepan pintu.

Setelah kepergian Tania, Gerry menggapai tangan Inara yang menggantung di samping tubuhnya. Menggenggamnya erat, seakan tidak ingin melepaskan tangan itu. Menggandeng Inara masuk ke dalam rumah. Inara tersenyum miris melihat perlakuan Gerry.

"Dramanya dimulai." Batin Inara.

Gerry mengajak Inara ke sebuah ruangan besar dan terdapat beberapa kursi yang mengelilingi sebuah meja persegi panjang besar. Gerry memberikan instruksi kepada Inara agar duduk di kursi tersebut, tepatnya di samping Gerry. Tak lama, seorang pria dan wanita paruh baya datang memasuki ruangan tersebut.

"Sepertinya perempuan ini sangat spesial bagimu Gerry, sampai kau langsung mengajaknya ke ruangan keluarga yang hanya boleh dimasuki oleh anggota keluarga kita." Ucap si pria paruh baya yang diyakini Inara dia adalah ayah dari Gerry.
"Apa maksud kedatangan kau kesini dengan perempuan ini, Gerry?" Lanjut Dimas, ayah Gerry.

"Kurasa ayah sudah tahu apa maksud kedatangan ku kesini. Jangan pura pura lupa, ayah belum setua itu untuk bisa melupakan sesuatu dengan cepat. Untuk apa lagi aku kesini kalau bukan untuk memenuhi keinginan ayah yang sepertinya sudah seharusnya aku penuhi." Jelas Gerry panjang lebar.

"Jangan bilang kalau perempuan ini adalah calon istri mu?" Tanya Dimas seperti meremehkan, dan tersenyum sinis setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Ada apa dengan senyum ayah itu? Ayah tidak percaya dengan ku? Tenang saja, dia wanita baik baik. Tidak seperti yang ada di pikiran ayah. Aku tidak serendah itu untuk menikahi seorang jalang." Ucap Gerry juga tersenyum sinis di akhir kalimatnya.

"Kau terlalu pintar menangkap raut wajah ayah Gerry. Jadi dia benar wanita yang akan kau nikahi? Ternyata kau lebih cepat dari waktu yang ayah tentukan." Ucap Dimas.

"Jadi siapa nama mu, nak? Bisakah kau perkenalkan dirimu?" Kali ini ibu Gerry yang bertanya, yaitu Rahmi Zalre.
Rahmi menatap Inara yang duduk di samping Gerry dengan tatapan lembut.

Inara merasa jantungnya seperti lari marathon ketika mendapat tatapan dari ayah dan ibu Gerry. Dia merasa gugup. Tapi dia harus menetralisir rasa gugupnya karena sekarang waktunya 'Drama dimulai'.

"Namaku Inara, umurku delapan belas tahun. Dan aku berasal dari panti asuhan." Jawab Inara dengan tersenyum ramah.

"Delapan belas tahun? A young girl. Kau berasal dari panti asuhan mana Inara?" Tanya Rahmi.

"Aku berasal dari panti asuhan yang dikelola oleh Gerry. Panti Asuhan Peduli." Jawab Inara.

"Wow ternyata kau memilih perempuan tidak jauh beda dari kriteria wanita yang meninggalkan mu itu Gerry. Sama sama belasal dari panti asuhan keluarga kita." Ucap Dimas sarkas.

Gerry merasa kesal mendengar ucapan dari ayahnya tersebut. Kalau saja yang berbicara seperti itu bukan ayahnya, sudah dapat dipastikan orang tersebut sudah terkapar di rumah sakit.

"Sudahlah Dimas, jangan mengenang peristiwa masa lalu. Gerry sudah punya Inara. Kau membuat Inara merasa tidak nyaman dengan ucapan mu." Ucap Rahmi mencoba menengahi perdebatan kecil yang selalu terjadi antara suami dan anaknya itu.

"Tenang saja! Aku sudah mendengar semua ceritanya dari Gerry." Ucap Inara mencoba membuat suasana kembali cair. Bukankah dia harus mengeluarkan bakat acting nya? Jadi kenapa harus ber-acting setengah tengah? Dia sedang mendalami peran sekarang.

"Oh benarkah? Aku ingin mendengar bagaimana kau bisa mengenal Gerry? Apakah kisah cinta kalian juga sama dengan kisah cinta Gerry dengan perempuan yang mencampakkan nya itu?" Tanya Dimas.

Inara menarik nafas panjang.
Baiklah, sekarang dramanya dimulai.

...

Lusiana, Padang.
27 desember 2019

Dark MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang