Aku melihat ada perbedaan antara kau dan gadis lainnya. Aku enggan menjadikanmu permainan, karena untukku kau sangat berharga.
***
Kini sudah seminggu Alfa bersekolah di SMA Gandhi Jaya, hari ini ia berangkat pagi sekali. Karena kemarin-kemarin hampir setiap harinya Alexi menunggu Alfa di komplek perumahannya untuk mengajak ia berangkat dengan Alexi. Alfa merasa jengkel dan terjadilah hari ini dimana Alfa berangkat sekolah pagi-pagi sekali.
"Udah pak, aku turun di depan aja." Kata Alfa kepada Pak Gusti, sopir pribadi keluarganya.
"Di depan gerbang ini mbak?"
"Iya. Nanti jangan lupa jemput aku ya pak."
"Jam berapa saya jemput mbak Al?" Ucap Pak gusti seraya menghentikan mobil di depan gerbang sekolah.
"Nanti aku telfon. Ok? Daa pak Gusti, hati-hati." Alfa segera membuka pintu mobil.
"Semangat belajarnya mbak Al, saya pamit dulu."
Alfa berjalan sendirian, bisa di bilang Alfa terlalu pagi sampai disekolahnya. Tidak masalah, Alfa lebih senang seperti ini karena tidak ada kakak kelas yang bernama Alexi Abraham mengganggunya.
"Hai manis, selamat pagi. Gimana tidurnya kemarin malam? Udah ada gue mampir di mimpi lo?" Sapa seseorang.
Bukan Alexi yang menyapa Alfa, tidak sama sekali. Alfa kini sudah menginjakkan kakinya di koridor lantai dua. Ia mendenger sayup-sayup suara orang lain yang entah siapa di sapa oleh pemilik suara itu.
Tepat pada saat Alfa berada di depan kelasnya, ia melihat Kaira sedang berdiri di hadapan seorang cowok. Tunggu, sepertinya Alfa kenal wajah itu..
Iya, Alexi Abraham. Dia kakak kelas yang akhir-akhir ini sering mengusik kehidupan Alfa di sekolah. Hari ini, matanya sendiri mendapatkan bukti bahwa apa yang di katakan Rebecca padanya memang benar. Bukan hanya dirinya yang mendapat perlakuan seperti itu, tapi hampir semua gadis di sekolah ini.
"Kaira." Sapa Alfa.
Kaira menoleh ke arah suara, "Gue mau masuk ke dalem kelas, di hadang sama cowok cakep. Gak mampu kaki gue bergerak Al." Jelasnya dengan senyum lebar di bibirnya.
"Eh elo. gue nungguin lo dari jam setengah 6 subuh di depan sini." Sela Alexi.
Ia berjalan ke arah Alfa, menjulurkan sekotak susu dan sebungkus roti, "buat lo. Gue tau lo belum sarapan karena buru-buru pergi dari rumah buat menghindar dari gue." Ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Aku gak di bolehin nerima makanan dari orang asing."
"Yaelah Al, ambil aja itu. Rejeki namanya Al, gak boleh lo tolak." Kata Kaira, yang mengayunkan tangan Alfa.
"Kalo kamu mau mending kamu aja deh yang ambil Kai."
"Aku permisi," lanjutnya.
Kaira heran dengan Alfa, kenapa ada gadis tidak normal seperti temannya itu. Di kejar oleh orang tampan malah keras seperti batu.
Selanjutnya Kaira merampas makanan yang di pegang oleh Alexi, "biar gue yang kasi Alfa nanti kak."
***
Di hari Jumat siang ini, tepatnya jam satu siang, kelas Alexi mendapatkan pelajaran Matematika. Bisa di bayangkan bagaimana membosankannya berada di kelas XI IPA5 saat ini. Sudah cuacanya panas, pelajarannya membuat otak panas, gurunya pun tidak main-main membuat suasana kelas ini semakin panas dengan aura negatifnya. Salah satu aura negatif yang dibawa oleh guru Matematika itu ialah killer.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLOWLY FALLING [TERSEDIA DI KUBACA]
Teen FictionSejak awal menginjakan kakinya di SMA Gandhi Jaya, Alfa fikir hidupnya akan tenang hingga ia lulus dari SMA favorit itu tanpa gangguan, ia fikir masa SMA-nya akan berjalan dengan tenang seperti yang di bayangkan, tetapi pikirannya salah. Pertemuanny...