Bisakah tidak bersikap seakan-akan aku yang teristimewa di hidupmu? Karena jika semua ini hanya salah satu dari bagian permainanmu, akan sangat menyakitkan untuk hatiku yang berhasil sedikit kau runtuhkan.
***
Alfa tidak pernah menyangka, bahwa hal seperti ini akan ia alami di masa remajanya. Jujur, Alfa terkesan dengan cara Alexi untuk meminta maaf terhadapnya, tapi Alfa tak ingin terperangkap dengan permainan Alexi. Bisa saja kan ini salah satu dari bagian permainan Alexi untuk mendapatkan dirinya yang selanjutkan akan bernasib sama dengan gadis-gadis lain? Ya, Alfa yakin memang seperti itu.
Ia masih terdiam, menatap seluruh barang yang ada di atas mejanya. Kotak hadiah yang entah di dalamnya berisi apa, buket bunga mawar yang begitu indah, dan dua tangkai bunga mawar dengan notes disana. Alfa belum menyentuh sama sekali semua hal yang diberikan untuknya.
Sedangkan Alexi, yang sampai saat ini masih berada di hadapan Alfa, tidak melepaskan pandangannya terhadap gadis itu.
"Kalo lo gak mau maafin gue, seengaknya hargai pemberian gue." Ucap Alexi, setelah beberapa menit tidak mengeluarkan suaranya.
Alfa tidak menjawab. Ia melirik Alexi hanya sebentar lalu mengangguk, yang membuat Alexi tersenyum kecil dengan sikap yang ditunjukkan oleh Alfa.
Alexi menggeser tubuhnya, "Yaudah, gue balik." Ucapnya lalu melenggang pergi, yang di ikuti oleh ke dua sahabat Alexi.
Sedangkan Alfa, melihat kepergian dari ketiga kakak kelasnya itu. Alfa berfikir, bagaimana bisa seorang most wanted di sekolahnya sangat ingin mendapatkan maaf dari dirinya. Hei, ayolah Alfa bukan siapa-siapa disini. Ia hanya gadis biasa, dan memang benar ucapan dari temannya kemarin bahwa tidak sepenuhnya Alexi yang bersalah disini.
Jadi untuk apa seorang most wanted yang menjadi idola para gadis di sekolahnya bersikeras untuk mendapatkan maafnya?
Alfa yang semula asik dengan pikirannya sendiri, di kejutkan oleh kedatangan Rebecca yang langsung berteriak histeris ketika melihat semua hadiah yang berada di atas meja Alfa.
Rebecca menganga, dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "OMG! Alfa, lo habis di tembak siapa?!" Ucapnya dengan heboh, menarik perhatian seluruh siswi yang berada di dalam kelasnya.
Kaira meringis, "suara lo beneran buat telinga gue ngilu Re,"
Rebecca tidak memperdulikan ucapan Kaira, ia mengalihkan perhatiannya. "Gimana ceritanya pagi-pagi gini lo bisa dapetin yang manis-manis? Bagi resep dong jangan pelit."
Sementara Alfa yang di tanya, hanya bisa menyengir memperlihatkan deretan giginya.
"Siapa yang ngasih? Lo di tembak? Sama siapa? Cerita dong ih!" Lanjutnya merengek, memaksa Alfa untuk bercerita.
"Bukan pernyataan cinta buat Alfa, tapi permintaan maaf dari most wanted sekolah kita. Minta maaf aja pake bawa seserahan." Kaira menyahuti.
"What?!" Rebecca memekik kaget.
Suara Rebecca, sangat memenuhi ruangan kelas yang membuat perhatian siswi terus tertuju ke arah mereka bertiga. Alfa yang melihat keadaan sekitar, tersenyum ramah kepada siswi-siswi yang sedang duduk di meja mereka masing-masing, namun senyum ramah Alfa di balas dengan tatapan sinis. Alfa tahu, alasan tatapan sinis yang gadis-gadis itu layangkan terhadapnya.
Apa lagi kalau bukan tentang idola mereka, Alexi Abraham.
Semua gadis di sekolahnya mungkin berfikir, jika Alfa sudah menebar pesonanya terhadap kakak kelasnya itu. Mereka semua hanya salah paham tentang Alfa, ia tidak mungkin melakukan hal serendah itu mempertaruhkan harga dirinya hanya untuk mengejar seorang pria yang belum ia kenal dekat. Sambil merapikan semua pemberian dari Alexi, Alfa meminta Kaira dan Rebecca menemaninya menuju locker untuk menyimpan hadiah yang di berikan Alexi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLOWLY FALLING [TERSEDIA DI KUBACA]
Teen FictionSejak awal menginjakan kakinya di SMA Gandhi Jaya, Alfa fikir hidupnya akan tenang hingga ia lulus dari SMA favorit itu tanpa gangguan, ia fikir masa SMA-nya akan berjalan dengan tenang seperti yang di bayangkan, tetapi pikirannya salah. Pertemuanny...