2. Desak

79.5K 4.9K 21
                                    

Zizi berjalan menuju apartemen kecilnya dengan berbagai barang yang tadi ia beli. Ditambah mendadak bosnya memberikan beberapa barang yang ada di dalam mobilnya seperti makanan ringan bahkan bahan masak.

Terkejut sekali Zizi saat melihat isi mobil Raka yang sudah seperti kulkas berjalan, baru kali itu ia melihat mobil yang didalamnya tersusun rapi banyak barang, terlebih seorang pria dan seorang bos sebuah perusahaan besar yang memiliki karakter agak aneh dimata Zizi. Sekedar informasi, Raka yang menawarkan Zizi untuk pulang bersamanya, lagian Zizi bisa hemat ongkos bukan?

Dan alasan Raka memberikan beberapa barang pada Zizi adalah karena takut mubazir karena sudah dekat tanggal kadaluarsa dan Raka merasa kasihan.

Agak jahat memang, tapi Zizi berusaha tersenyum saja, toh semua barang yang diberi Raka banyak berguna dan menghemat pengeluarannya.

Zizi tersenyum saat pintu apartemen dihadapannya terbuka menampilkan seorang wanita berumur hampir enam puluh tahun dengan seorang bayi lucu digendongannya.

"Hai ganteng!" sapa Zizi gemas mencubit sekilas pipi bayi lelaki itu, sepertinya ia baru bangun tidur.

"Wah, kamu belanja banyak," ujar wanita itu melihat kantong plastik bawaan Zizi.

Zizi hanya tersenyum sambil memisahkan sebuah kantong ke arah wanita dihadapannya itu, "ini ada beberapa untuk bibi,"

"Duh, nggak usah repot-repot,"

"Nggak repot kok bi, pasti lelah menjaga Arvin seharian, ini tidak seberapa, aku benar-benar berterima kasih,"

"Kamu ini benar-benar..," wanita itu mendecak malas karena Zizi yang selalu saja terus merasa merepotkan.

"Ma, mah!" Arvin mendadak menggapai-gapai Zizi dengan tangan kecilnya.

Wanita itu tertawa sambil menyerahkan Arvin pada Zizi, "dia pasti sangat merindukanmu,"

Zizi menggendong Arvin sambil mencium Arvin karena toh ia juga merindukan Arvin setelah bekerja seharian.

"Kamu benar-benar akan menjaga Arvin sendiri?" wanita berumur itu bertanya ragu sambil menatap iba wanita muda dihadapannya.

Zizi mendadak terdiam sejenak mendengar pertanyaan itu, "apa aku benar-benar sudah merepotkan bibi?"

"Ah bukan! Bibi tidak bermaksud demikian, Arvin anak yang pintar dan tidak rewel, menjaganya membuat bibi yang kesepian ini senang, hanya saja kamu Zi..,"

Zizi mengerutkan dahinya karena tetangganya itu seolah menggantung kalimatnya.

"Kamu masih muda, banyak hal yang bisa kamu lakukan, dan kamu juga harus menemukan seseorang untuk menjadi pasanganmu seterusnya,"

Tidak ada yang salah dari ucapan wanita itu, bahkan sudah beberapa pria yang mendekati Zizi mundur saat mengetahui keberadaan Arvin.

Hanya sebuah senyum simpul yang bisa Zizi tunjukkan untuk saat ini, "aku masih bisa melakukan banyak hal, dan akan tiba saatnya aku menemukan seseorang yang bisa menerimaku apa adanya, termasuk Arvin."

Wanita itu tak bisa bicara lebih banyak lagi, ia tak ingin mencampuri lebih banyak urusan wanita manis bersurai panjang kecoklatan itu.

"Maaf bi, aku bawa Arvin sekarang ya, terima kasih untuk hari ini," akhirnya Zizi pamit membawa Arvin tak lupa dengan barang-barangnya yang membuat ia terlihat agak kesusahan.

"Mau bibi bantu?"

"Nggak usah bi, makasih aku bisa sendiri kok,"

*

Sweet MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang