4. Jangan

63.1K 4K 26
                                    

Zizi terus berlari setelah melihat posisi mobil Raka sudah berada diluar dan pria itu tengah menunggunya bersandar didepan mobil sambil wajahnya menengadah melihat langit malam.

"Huh.., huh..ada apah huh pak?" napas Zizi masih berantakan saat sampai didekat Raka.

Raka melirik Zizi, ia melirik penampilan wanita itu sekilas, sepertinya ia ingin berkomentar tapi ia lebih memilih diam dan melemparkan kunci mobil pada Zizi.

Hampir saja kunci mendarat mulus di jidat Zizi kalau saja ia tak menangkapnya dengan cepat. Tentunya Zizi masih bingung, Raka tak bicara apapun dan memilih berjalan duluan masuk ke mobil di bangku belakang.

"Mau kemana sih malam-malam dingin begini?" omel Zizi kini ikut memasuki mobil mengambil posisi mengemudi.

"Mau kemana pak?" Zizi kembali memastikan setelah menghidupkan mobil pada Raka yang masih saja diam.

"Terserah,"

"Lah kok??" pastinya wanita bermata besar itu terkejut ditambah bingung.

Raka menghela napas malas, "kemana aja asal saya bisa lihat laut,"

"Maksud bapak saya ambil jalan yang di pinggir-pinggir laut gitu?" Zizi memastikan karena permintaan bosnya yang terdengar aneh.

"Cepat, nggak usah banyak nanya!" tiba-tiba Raka malah emosi.

Zizi mengambil napas dalam menenangkan jantungnya yang berusan seolah akan copot karena Raka mendadak bicara ngegas.

"O.., ok., oke pak,"

*

Zizi terus melajukan mobilnya disepanjang jalan ditepi laut yang tidak begitu ramai. Untung saja Zizi tahu daerah ini, jadi ia bisa memenuhi keinginan Raka yang sedari tadi terus diam dibelakang.

Lewat kaca spion Zizi melirik Raka. Pria itu terus diam sambil melamun menatap pemandangan laut lewat kaca jendela yang ia buka lebar. Apa dia tidak merasa dingin sedikitpun? Heran Zizi yang sejak tadi sudah menggigit-gigit bibirnya menahan dingin karena jendela yang Raka buka.

"Pak, nggak dingin jendelanya dibuka? Nanti masuk angin loh..," Zizi memberanikan dirinya untuk bersuara setelah suasana yang begitu hening sejak mereka pergi tadi.

Tidak menjawab, Raka lebih memilih menutup jendela begitu saja sesuai apa yang Zizi katakan.

Zizi sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Sesekali Zizi kembali memperhatikan Raka yang diam, pria itu kini menyenderkan kepalanya di kaca sebelahnya terus melihat kearah laut.

Sumpah demi apapun Zizi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada Raka? Bukannya tadi dia tersenyum lebar di kamarnya saat mengangkat sebuah panggilan telfon? Tapi sekarang dia seolah kehilangan seluruh kebahagiaannya. Gatal sekali mulut Zizi ingin bertanya.

"Bapak lagi ada masalah ya?" tanya Zizi tak sanggup lagi penasaran lebih lama.

Tidak ada jawaban seperti yang Zizi duga.

Zizi memutar otaknya bagaimana membuat Raka berbicara, diam-diaman seperti sekarang rasanya sungguh tidak nyaman.

"Daripada kita mutar terus, gimana kalau kita turun pak? Lihat lautnya bisa lebih asik dan dengan mendengar bunyi ombak mungkin bisa bikin bapak merasa lebih baik," saran Zizi sambil berdoa agar Raka merespon ucapannya.

Masih tidak terdengar suara beberapa saat sampai terdengar suara pelan dari belakang, "ayo kita berhenti sebentar,"

Senyum Zizi tanpa sadar terkembang, "baik pak!" dengan semangat Zizi mencari tempat yang pas untuk mereka berhenti.

Sweet MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang