6. Like This

62.9K 4.3K 53
                                    

Zizi yang kini tengah mengendarai mobil melirik Raka yang ada disebelahnya. Pria itu memejamkan matanya sambil menyenyenderkan tubuhnya dengan bentukan yang sangat lemah.

"Pak Raka baik-baik aja kan? Nggak sakit lagi kan?" tanya Zizi memastikan, terakhir kali Raka sudah merasa lebih baik 'katanya'.

Tanpa membuka mata Raka menggeleng sekilas.

"Pak kita mau ke rumah sakit dulu apa gimana?" tanya Zizi lagi karena mereka sudah sampai di kota mereka lagi setelah melalui perjalanan beberapa jam.

"Pulang saja,"

"Berarti saya bawa bapak ke rumah? Saya nggak tahu rumah bapak,"

Raka mengambil ponsel di sakunya dan setelah tangannya bergerak sebentar dilayar ia memberikannya pada Zizi.

Tanpa banyak komentar Zizi mengambil ponsel itu dan melihat aplikasi yang telah menunjukkan lokasi menuju rumah Raka.

"Bapak tinggal sama siapa? Ada yang bakalan jaga bapak seandainya bapak kenapa-napa kan?"

"Saya di apartemen sendiri,"

Zizi terkejut, "terus nanti kalau ada apa-apa gimana? Bapak bukannya punya asisten ya? Apa perlu saya yang hubungi biar dia sekarang juga jalan ke tempat bapak?"

"Kalau kamu saja gimana?"

"Eh!?" kaget Zizi menoleh pada Raka.

"Kamu sekretaris pribadi saya, saya gaji kamu mahal, beberapa hari kedepan saya gak akan masuk kantor, kamu saya liburkan juga. Gantinya kamu yang jaga-jaga kalau saya ada apa-apa,"

"Tapi kan pak saya...," Zizi tak bisa melanjutkan kata-katanya, ia ingin protes tapi tidak tahu bagaimana alasan yang bisa diterima Raka.

"Apa?"

Zizi diam dan memilih hanya fokus pada jalanan di depannya. Namun dering ponsel mencuri perhatiannya.

"Saya yang ambil, bahaya." Raka menghentikan pergerakan Zizi yang hendak mencari ponsel di dalam tas yang terletak disampingnya.

"Oh, makasih pak..," dengan sedikit canggung Zizi mengambil ponsel yang diberikan Raka padanya setelah mengambilkannya dari dalam tas.

"Halo bi..," jawab Zizi mengetahui telfon dari Bi Diah, tetangganya yang membantu merawat Arvin.

"Arvin Zi..,"

Jantung Zizi langsung berdebar kencang mendengar nama Arvin disebut dengan panik oleh Bi Diah, "ada apa bi?"

Tak lupa Zizi melirik Raka, jangan sampai Raka mengetahui apa yang ia bahas di telpon. Syukurnya pria itu menoleh ke luar jendela.

"Arvin panas tinggi, bibi lagi di rumah sakit,"

"Apa!? Terus sekarang gimana!?" Zizi menahan kekagetannya walau sangat khawatir sekarang.

"Udah ditangani dokter sebenarnya, kamu kapan pulang Zi?? Arvin pasti bakalan rewel dan nyariin kamu,"

"Aku udah pulang kok, aku bakalan kesana secepatnya, kalau ada apa-apa kasih kabar ya bi,"

"Iya Zi, kamu hati-hati ya, bibi tunggu,"

"Iya bi, aku kesana." Zizi meletakkan lagi ponsel miliknya dan menatap jalanan dengan gelisah.

"Kenapa? Kamu terlihat aneh," Raka menyadari aura Zizi berubah sejak menerima telfon.

Zizi kebingungan harus menjawab apa sekarang, otaknya sedang tidak bisa berpikir karena diselimuti kekhawatiran pada keadaan Arvin.

Sweet MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang