5. Hidup

62.6K 4K 22
                                    

Setiap langkah Raka diatas pasir meninggalkan jejak yang terus Zizi ikuti, cukup jauh jarak Zizi dibelakang Raka agar dia tidak sadar sedang terus diawasi.

"Yaampun, mau ngapain sih? Emang cowok kalau lagi galau segininya ya?" omel Zizi mulai bosan mengikuti langkah Raka.

"Nah loh, itu ngapain jalan ke laut? Mau bunuh diri!?" Zizi panik seketika melihat dengan gontainya Raka terus melangkah ke laut.

Dan tanpa pikir panjang Zizi berlari berteriak menyadarkan bos nya itu, "Pak!!! Mau ngapain!? Jangan aneh-aneh!!" Zizi meraih tangan Raka dan menariknya sekuat tenaga.

"Hidup nggak harus berakhir cuma karena bapak diputusin!!" Zizi terus mengomeli pria tinggi itu.

"Kamu ngapain sih!?" Raka berusaha melepaskan tangannya dari wanita yang terus ingin menariknya menjauhi air laut.

"Masih banyak cewek yang mau sama bapak, jangan gegabah pak, jangan bunuh diri!!" dan Zizi berhasil menarik Raka dengan kekuatan penuh.

"Astaga siapa yang mau bunuh diri hah!?" Raka melepaskan tangannya dari Zizi hingga membuat gadis bertubuh ramping itu terhuyung hampir jatuh.

"Itu bapak tadi,"

"Saya cuma mau nyentuh air! Emang nyentuh air laut bisa bikin kita mati!?"

Zizi ternganga, "oh? Seriusan? Iya bapak sih bikin orang jantungan aja,"

Raka menghela napas membuang pandangannya, "memangnya kalau saya mati siapa yang peduli?"

"Saya!"

Raka menatap Zizi malas, "kamu takut nggak kerja dan nggak ada yang ngegaji kamu lagi,"

Zizi terkekeh, "nah itu bapak tahu, jadi jangan bunuh diri, hidup saya tergantung sama bapak,"

"Ya begitulah saya, orang-orang membutuhkan saya hanya sebatas itu," Raka bicara sambil mengambil posisi duduk diatas pasir.

Zizi terdiam sambil menggigit bibir bawahnya sekilas melirik Raka, sepertinya ada yang salah dengan ucapannya sehingga membuat wajah bosnya itu tersenyum miris.

Dengan ragu Zizi ikut duduk disebelah Raka, "nggak kok pak, bapak jangan berpikiran begitu. Setidaknya keluarga bapak bakalan sedih kalau bapak mati, dan saya pastikan kalau bapak mati saya selaku sekretaris yang baik bakalan sedih banget,"

Mendengar jawaban Zizi, Raka tertawa sambil menyapu rambutnya kebelakang dengan jari-jarinya.

"Dan bapak tahu? Semua cewek dikantor bakalan sedih terus nangis-nangis histeris kalau bapak mati konyol cuma gara-gara diputusin cewek,"

"Segitunya kah?"

Zizi mengangguk pasti, "bapak tahu kan cewek satu kantor pada naksir bapak?"

Lagi-lagi Raka tertawa, "sekedar seperti itu, mereka hanya melihat saya dari luar saja,"

"Ya gimana mau kenal bapak dari dalam, bapak aja nggak peduli sama mereka," Zizi ikut tertawa karena merasa suasana diantara mereka sudah lebih nyaman.

"Tapi bukannya pacar bapak lagi hamil ya?" Zizi teringat beberapa kali ia mendengar Raka bertengkar dengan wanita di telfon.

"Hamil? Siapa yang hamilin?" Raka terbelalak.

"Eh? Bapak dong? Kok nanya saya?"

"Astaga, kamu fitnah saya? Saya lelaki baik-baik, gak bakal apa-apain anak orang sebelum sah,"

Zizi menggaruk kepalanya yang tak gatal, "terus yang sering nelfon dan berantem sama bapak itu siapa dong?"

Raka mencebik setelah paham dari mana Zizi bisa berpikiran seperti sebelumnya, "itu sepupu saya, dia lagi hamil tapi suaminya nggak peduli sama sekali,"

Sweet MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang