✘ Dua

2.6K 390 57
                                    

"Welcome to The Death Game kiddos."

Tiba-tiba saja speaker di dalam lapangan itu berbunyi, cukup kencang dari biasanya pengumuman dibunyikan. Luke menatap semua wajah teman-temannya dengan bingung, begitupun yang lain mereka menatap satu sama lain dengan tatapan yang sama bingungnya dengan Luke.

"Kalian siap bermain?" Tanya suara asing di speaker itu.

"Luke. Sepertinya kau mengerjai kita. Pasti masih ada orang disekolah ini iya kan?" Ucap Skyvee pada Luke.

Dengan cepat Luke menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku sudah memeriksa semuanya, tapi tidak ada orang dimanapun."

"Lalu siapa yang berbicara di speaker itu Luke? Kau ingin mengajak kita semua bercanda?" Ucap Calum kesal.

Luke menggelengkan kepalanya sambil menatap Calum. "Aku tidak tau jika kita akan disambut oleh speaker Cal." Ucapnya, suaranya terdengar pasrah.

"Oh c'mon. Lalu siapa dibalik speaker itu Luke? Hantu hm?" Tanya Michael lebih kesal.

"Aku sudah bilang. Aku tidak tau." Ucap Luke.

"DIAM!"

Gasp.

Mereka semua terdiam. Menatap satu sama lain lagi. Ketakutan terukir diwajah mereka semua.

"Kalian tidak perlu tau siapa aku. Kalian hanya harus memulai permainan ini."  Suara di speaker itu terdengar marah.

"He can hear us!" Pekik Skyvee kecil.

"O-oke. Apa yang harus kita lakukan?" Ucap Luke agak gugup.

"Kalian hanya harus keluar dari pintu itu dan menyelesaikan permainannya disana. Diluar sana sudah terbentuk ruangan dengan permainan berbeda. Pastikan kalian tetap hidup. Selamat bermain."

Suara dari speaker itu pun berhenti. Sesaat mereka merasa ragu dengan apa yang speaker itu ucapkan tapi akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari lapangan itu untuk memasuki 'ruangan' yang speaker itu bilang.

Luke berada dibarisan paling depan, tangan kanannya sudah mengenggam gagang pintu yang dingin itu. Sejenak Luke menatap tangannya yang sudah menggengam erat gagang itu. Ia teringat dengan peringatan pada lembaran kertas usang itu. Rasa takut mulai menyelimutinya.

"Hey Luke? Tunggu apa lagi?" Tanya Ashton sambil menepuk punggung Luke.

Luke menatap ke 5 teman dekatnya itu, lalu membuang napas panjang yang berat. Perlahan ia mendorong pintu besar dan berat itu. Membuat angin dari luar lapangan berhembus cukup kencang melewati ia dan sahabatnya itu.

"Whoa. Dimana ini?" Ucap Michael pelan.

Mata Luke membulat memperhatikan ruangan asing yang cukup gelap itu. Yang ia lihat disana hanya ada sebuah kursi ditengah ruangan, kursi itu berkarat dan terlihat cukup menakutkan.

"Ruangan ini agak menyeramkan." Ujar Skylaa pelan.

Calum dan Skyvee mengangguk menanggapi ucapan Skylaa yang mungkin hanya terdengar oleh mereka berdua. Selanjutnya Luke berjalan mendekat kearah kursi ditengah ruangan itu, ia menatap kursi itu ngeri.

Tiba-tiba saja mereka mendengar Skylaa memekik ketakutan. Michael yang berada disampingnya pun dengan cepat menyentuh bahu Skylaa. "Ada apa?!"

Skylaa menatap Michael, matanya membesar menatap Michael penuh ketakutan. "K-kau lihat dia?" Tanya Skylaa masih dengan raut wajah yang sama.

Michael menatap Skylaa dengan tampang aneh. "Dia siapa?"

Baru saja Skylaa akan berbicara pintu dibelakang mereka terbuka lebar. Seorang wanita yang memakai sweater memasuki ruangan itu, wajahnya sudah berantakan, kulitnya sudah terlepas dari dagingnya dan menggantung disisa kulit yang menempel.

Mereka semua mundur, menyatu bersama setelah melihat wanita menyeramkan tadi. Wanita tadi menatap mereka semua dengan tatapan kosong. Suhu didalam ruangan lebih dingin dari sebelumnya.

"Ashton Irwin. Silahkan anda duduk dikursi itu."

Betapa terkejutnya mereka mendengar wanita itu berbicara dengan suara yang lirih dan menyeramkan. Dan lebih terkejut lagi saat wanita itu tau nama salah satu diantara mereka. Semua mata menatap Ashton yang terdiam kaku.

"KUBILANG DUDUK DIKURSI ITU!" Teriak wanita itu.

Calum mendorong sedikit tubuh Ashton. "Cepatlah Ash, aku takut dia mengamuk." Ucap Calum disambut anggukan kepala Skyvee yang berada di sisi Calum.

Ashton mengangguk canggung. Ia akhirnya berjalan kearah kursi ditengah ruangan itu. Dengan berat hari ia terduduk di kursi berkarat itu. Tiba-tiba saja tangan nya terikat begitu pula kakinya.

"WHAT THE FUCK! HELP ME!" Pekik Ashton.

"Ash!" Dengan cepat Luke berlari kearah Ashton, berusaha membuka ikatan dari rantai besi itu.

"Silahkan bermain." Ucap wanita itu lalu menghilang.

"Bermain?! Permainan apa ini?!" Teriak Michael, ia juga ikut berlari kearah Ashton diikuti oleh Calum, Skylaa, dan Skyvee membantu Luke yang berusaha membuka rantai itu. Tapi hasilnya sia-sia.

Calum menjambak rambutnya sendiri kesal sembari berdiri didepan temannya yang berusaha membuka rantai yang mengikat tubuh Ashton. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?!"

"Bantu Ashton." Ucap Skyvee sambil berusaha menarik rantai itu dari tubuh Ashton.

"TIDAK ADA GUNANYA!" Teriak Calum.

"APA MAKSUDMU TIDAK ADA GUNANYA CAL? KAU MAU AKU MATI DISINI? KARENA TERIKAT RANTAI BESI BODOH INI?!" Teriak Ashton.

Pada akhirnya Calum terdiam terlihat sedang berpikir keras. Ia berjalan kebelakang tubuh Ashton yang terduduk dikursi sambil menangis meminta tolong. Luke menatap sahabatnya itu, lalu mengikutinya kebelakang Ashton.

"What the heaven you guys doing!" Pekik Skylaa yang masih berusaha.

"Ada cara lain." Ucap Calum pelan.

Ia menatap bagian belakang kursi dan melihat 5 pembuka kunci yang dikunci dengan kode, yang ia yakini untuk membuka rantai yang mengikat tubuh Ashton.Calum pun menatap Luke.Akhirnya Luke menyadari apa yang dimaksud oleh Calum.

"Ada cara lain! Ada cara lain untuk membuka rantai itu!" Teriak Luke pada teman-temannya.

"Terimakasih Calum." Ucap Luke lagi.

Michael berlari melihat bagian belakang Ashton begitu juga dengan Skyvee dan Skylaa. Mereka semua mengangguk dan mulai mendekat kebelakang tubuh Ashton.Tiba-tiba saja terdengar suara kencang seperti pelubang kayu yang sudah dihidupkan diantara kedua leher Ashton. "GUYS!" Pekik Ashton.

Drrrrrrr

"HELP OH MY GOD!" pekiknya lagi.

Drrrrrr

Semakin lama pelubang kayu/bor/ itu semakin dekat kearah leher Ashton, yang siap untuk melubangi leher itu dari sisi ke sisi, meninggalkan lubang yang mengeluarkan banyak darah. Ashton tak henti-hentinya berteriak. Teman-temannya masih berusaha memecahkan kode itu.

Drrrrrrr

"Fuck." Umpat Luke.

Drrrrrrrr

"AARGH!"

***

Ha-ha-ha-ha. aku gatau aku bikin apa. ini absurd dan gak seru. BTW INI AKU GANTUNGIN LOOOOOOOOH:) ASHTONNYA MATI GAK YA MATI GAK YA MATI GAK YA:)))))))
BYE! ILUVNIALLSUWMACH.

-ISA XX

The Death Game ✘ HAS SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang