Suara teriakkan Skylaa memenuhi ruangan kaca berbentuk kubus itu. Pisau itu memang belum mengenainya namun hanya tinggal beberapa centi lagi dari tubuhnya yang putih pucat itu. Tanpa basa-basi Calum menarik Skyvee untuk menjauh dari alat pembunuh itu dan berlari kearah Skylaa.
"CALUM HELP ME!" Teriak Skylaa ditengah-tengah tangisannya.
"AAAAAAAAAAAAAA!"
Belum sempat Calum mencapai Skylaa, teriakkan kesakitan kembali memenuhi ruangan itu. Calum mematung ditempat. Matanya membulat dan tak berkedip, napasnya berhenti. Seakan otaknya memaksanya untuk memberhentikan semua organ yang ada ditubuhnya.
Merah. Dan bau darah segar ada diseluruh ruangan. Calum masih terdiam ditempat dengan badan berlumuran darah segar yang memancar dari tubuh sahabatnya sendiri. 'Calum, please help me! Calum! Calum!' Suara itu terus berputar seperti piringan hitam yang sudah tua dan rusak.
Berputar berulang-ulang membuat segalanya semakin menyakitkan. Calum tidak bisa mendengar apapun selain suara yang berputar dipikirannya, perlahan lututnya hilang keseimbangan. Ia jatuh ketanah penuh darah.
Semua itu seakan mimpi bagi Calum, tapi rasa bersalah begitu nyata sekarang. Mata Calum mulai berkedip, mengalirkan air mata yang menghapus darah dipipinya, seakan digunakan untuk membersihkan segala kotoran yang ada pada dirinya sekarang.
Perlahan suara disekitarannya pun kembali terdengar. Tangisan, dentuman keras dari arah kanannya, pekikan, dan nama sahabatnya yang mati didepannya diteriaki berulang-ulang.
"Skylaa.. Sky-Skylaa.. SKYLAA!" Calum tau benar siapa pemilik suara itu, suara itu kencang disela tangisannya.
"Skylaa.." Nama itu terus disebut-sebut oleh Skyvee yang menangis sesenggukan dibelakangnya.
Lalu tangisan Ashton terdengar kecil dari samping kirinya. Semua ini terasa menyakitkan baginya. Sahabatnya mati terpotong seperti daging yang ada dipasar. Bau amis menyeruak diseluruh penjuru ruangan, membuatnya semakin sakit.
"Skylaa..." Ucapnya lirih, dengan itu ia mulai menangis kencang.
***
Matanya terbuka perlahan. Tiba-tiba saja rasa perih menggerogoti seluruh bagian tubuhnya, ia menggerakkan kepalanya kearah kanan dan kiri saat sinar kuning membuat matanya sakit. Perlahan ia membuka matanya, yang ia ingat ia tidur diatas kasurnya dan lampu kamarnya dimatikan.
Rasa sakit semakin terasa saat ia merasakan semakin lama ia bangun dari tidurnya. Napasnya mulai tak beraturan begitu rasa perih terasa semakin menusuk, membuat tulang-tulang putih didalamnya ngilu. Perlahan ia melihat kearah bagian dadanya karena semua rasa perih terasa lebih perih dibagian dada, perut, pinggang dan pahanya.
"Oh my fucking god..." Disanalah ia. Terbangun dengan besi yang mengaitkannya dengan dinding abu-abu kotor.
*****
Sorry for the late update, dan maaf kalo chapter gak pernah panjang soalnya susehsuseh ehe. Luvyu x
-isa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Game ✘ HAS Sequel
FanfictionEnam murid Sekolah Menengah Atas bermain permainan yang berbahaya. Permainan ini adalah permainan yang hampir sama dengan permainan yang sebelumnya 'Hide and Seek'. Permainan yang mematikan ini pun berlanjut, membuat satu persatu dari mereka pergi...