"Apa yang kau inginkan?" Gelap itu seseorang membawanya dengan mudah masuk kedalam hutan. Minhyun linglung, ia tidak tahu mengapa sekujur tubuhnya tidak mengikuti kehendaknya dan malah mengikuti perintah orang lain. Ia bahkan tidak tahu mengapa tubuhnya bisa seringan kapas hingga pria asing di depannya bisa mengangkat tubuhnya tanpa kedua tangan hingga melayang di udara."Sudah saatnya, Hwang Minhyun."
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Minhyun. Pria di depannya tersenyum miring, ada gerakan kecil ditangannya yang memutar ke udara. Ia mendengar pria tersebut tampak mengucapkan sesuatu dengan bahasa yang tidak dimengertinya sama sekali.
"Aku ingin membunuhmu."
"Membunuhku?" Nada suara Minhyun meninggi. Ia tidak tahu siapa pria di depannya dan tidak tahu alasan mengapa pria tersebut berkata demikian. Tetapi ketika Minhyun menangkap sorot kebencian disana, Minhyun tersadar bahwa nyawanya sedang berada di ujung tanduk.
"Ayahmu membunuh ibuku. Ibuku tidak bersalah! Kenapa ibuku harus dibunuh?!"
Minhyun merasa lehernya tercekik begitu pria tersebut mengepalkan tangannya dan menggertakkan rahangnya. Cekikan itu begitu kuat hingga Minhyun bisa merasakan lehernya akan patah karenanya. Minhyun berusaha mencari celah, berpikir secepat mungkin agar terlepas dari jeratan tak kasat mata pada lehernya.
"Karena ibumu menggoda ayahku."
"Berani sekali kau berkata seperti itu!" Benar, jeratan itu terlepas karena pria itu terkejut mendengar jawaban Minhyun. Jeratannya terlepas dan Minhyun jatuh terhempas ke tanah. Ia terbatuk dan mengambil apapun yang ada di sekitarnya. Ia menemukan batu, batu hitam yang ada disekitarnya. Maka detik itu juga Minhyun melemparkannya dengan tenaga penuh hingga mencapai targetnya.
Batu yang melesat tersebut tiba-tiba terhenti. Minhyun terperangah saat pria tersebut menghentikannya hanya dengan jentikan pada jemarinya. Tangan pria itu terkepal dan terefleksi pada batu yang hancur berkeping-keping. Mata pria itu berkilat marah, emosinya semakin tersulut seiring dengan berjalannya detik.
Pada detik terakhir, pria tersebut tertawa miris. Matanya menatap Minhyun dengan penuh rasa iba. Sungguh perubahan menyeramkan, Minhyun bahkan merasakan dirinya meremang saat mendengar tawanya.
"Membunuhmu sepertinya sia-sia saja. Bagaimana kalau kau kubiarkan disini."
"Aku akan kembali ke istana," jawab Minhyun tanpa gentar. Ada dua detik bersela disana, hingga Minhyun mulai merasakan ada sesuatu yang menjalar pada dirinya. Tubuhnya seperti tertarik kedalam, seluruh sel pada tubuhnya seolah-olah bertempur hebat hingga kepalanya terasa pening.
Semuanya berjalan dalam sekejap mata, dan waktu sekejap yang dialaminya terasa amat begitu sakit saat ia mendapati seluruh tubuhnya perlahan berubah. Minhyun bahkan tidak bisa mendengarkan suara sendiri, ia tidak bisa kembali melawan dan hanya bisa menggeram.
Saat itu juga matanya beralih kembali kepada pria yang tak jauh darinya. Langkah kakinya mendekat kearah Minhyun dan pria itu berjongkok di depannya. Tangannya terulur, mengusap rambut keemasaannya dan tersenyum.
Tunggu, rambut keemasan?
Minhyun belum sempat kembali bertanya atau bahkan mengeluarkan geramannya. Tetapi pria di depannya hanya tersenyum dengan begitu manis padanya.
"Lalu bagaimana caramu kembali ke istana denggan keadaan seperti ini, Pangeran?" Minhyun melihat tepat kedalam mata pria itu. Ada refleksi dirinya yang terpancar dari sana dan Minhyun tak bisa berkutik saat melihatnya.
Itu bukan Minhyun.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Fox | Minhyun-Eunbi
FanfictionTentang Eunbi yang kehidupannya mendadak kacau semenjak kedatangan siluman rubah. +lokal, au semi-baku A project collab with @kayshone_