1. Pertemuan di malam itu

813 117 24
                                    

Berkemah di hutan identik dengan api unggun dan nyanyi-nyanyi guna menghilangkan keheningan dan dinginnya malam. Ditambah lagi dengann makan-makan, lengkap sudah itu kenikmatan yang haqiqi.

Ya, itu yang dirasakan oleh Eunbi saat ini.

Berkat beres ujian semesteran, Eunbi dan teman belajarnya memutuskan untuk berkemah di hutan sebagai bentuk dari selebrasi. Hal ini sudah direncanakan sebulan yang lalu dan untungnya bukan sekedar wacana. Saat itu celetukan Seungcheol membuahkan hasil rencana kemping. Dan kini mereka tengah menikmati hasil rencananya.

"Yuhuuuu berkat sumbangan daging lima kilogram dari Eunbi stock makanan jadi bertambah," sorak Jaehwan girang menikmati setusuk barbeque. Tak kalah dengan Jaehwan, Hoshi pun melakukan hal yang sama.

"Terima kasih saudara Eunbi, kita bisa berpesta-pesta daging," sahut Seungcheol selaku pencetus rencana.

"Sama-sama. Setidaknya kita sebagai mahasiswa harus saling berbagi kebahagiaan," balas Eunbi.

Semuanya menikmati makanannya. Tak terkecuali dirinya juga ikut senang. Sorak malam itu tambah ramai ketika Jaehwan mulai bernyanyi sembari diiringi petikkan gitarnya.

Tangan melambai keatas layaknya pohon menari. Satu suara mereka menyanyi bersama dengan sang pemeran utama malam ini. Namun ditengah lagu, Eunbi terpaksa harus pergi. Lantaran seseorang tengah menarik lengan bajunya. Eunbi menoleh mendapati tangan temennya udah gelendotan disana.

"Bi, anter yuk ke kamar kecil." Bona merengek padanya.

"Nape lo?" tanya Eunbi lempeng.

"Biasa, panggilan alam gue."

"Eanjir, masa berdua sih? Gue takut."

"Pliss lah bi, gue udah kepepet ini," rengek Bona mukanya udah watir banget.

Sebagai teman yang baik, Eunbi jelas harus menurutinya. Secara dia mikir, gak baik nahan pipis itu. Eunbi  mengangguk, tangannya mengenggam tangan Bona dan mengajaknya ke toilet terdekat.

Mungkin saatnya Eunbi melawan rasa takutnya.

Belum selangkah keduanya pergi, seseorang memanggilnya.

"Mau kemana lo berdua?" panggil Nayoung.

"Kamar kecil Nay."

"Ikutlah." Nayoung menghampiri keduanya. Eunbi dalam hati bernapas lega. Setidaknya sekarang bertiga. Jadi gak terlalu takut.

● ● ●

Sambil menunggu, Eunbi mengedarkan padangannya pada pepohonan didekatnya. Entah apa yang menarik, padahal cuma pohon tinggi aja. Gak ada istimewanya. Mungkin Eunbi sirik, secara dia gak tumbuh lagi sejak SMA.

Atensi dari pohonnya teralihkan pada semak belukar tak jauh darinya. Tanpa sengaja rungunya menangkap suara gesekan dedaunan. Maniknya memincing, berusaha menghilangkan rasa takutnya. Pikirannya masih berpikir positif. Paling cuma angin.

Suara itu kembali terdengar. Eunbi mulai gak yakin itu hanya angin. Apalagi ketika melihat keatas, pohon-pohon didekatnya tak bergoyang sama sekali.

Eunbi bukanlah wanita pemberani. Namun, kali ini ia harus mengusir habis rasa takutnya. Ini demi rasa penasarannya yang tinggi. Kakinya melangkah menghampiri semak-semak itu. Tangan kecilnya menyingkirkan ranting kecil. Maniknya mendelik ketika melihat isi semak itu.

Kosong.

Tiba-tiba ibu-ibu khasidahan entah sejak kapan berada dibelakang Eunbi  menyanyikan lagu khas iklan marahyana. 

Oh My Fox | Minhyun-EunbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang