Bab 3 Menghubungi Kejora

3.1K 157 6
                                    

          Aku meninggalkan Panjul di gudang, aku merasakan Panjul marah dan loncat kesana dan kemari.

         "Bunda... jangan pergi!" teriak Panjul.

          Sebenarnya ingin aku jawab panggilan Panjul, tapi aku berusaha keras untuk diam. Aku tidak mau dikatakan aneh oleh Suamiku karena bicara sendiri. Cukup kawan-kawanku, dan sahabatku yang dulu mengatakan aku aneh karena sering spontan bicara sendiri saat aku masih kecil sampai dewasa. Aku melihat Suamiku mulai terlelap dan mendengkur, Panjul masih teriak memanggilku, pelan-pelan langkahku membuka pintu kamar dan menuju gudang.

           "Sssstttttt jangan ribut nanti suamiku bangun," bisikku.

          Aku menengok ke kanan dan ke kiri mencari Panjul, suaranya ada tapi wujudnya tidak ada.

         "Bunda, apa yang harus aku lakukan?" ucap Panjul mengagetkan aku.

         "Ceritakan apa masalahnya?" ucapku sangat pelan.

         "Bunda, bayi itu anak Marina, bayi itu akan dijual Ayahnya!" ucap Panjul bercerita.

          Ruangan gudang sangat dekat dengan kamarku, aku penasaran sekali yang dikatakan Panjul. Aku buka pintu belakang dan menuju tempat kandang ayam, aku mulai mencecar pertanyaan pada Panjul.

          "Panjul kalau bicara yang jelas! Marina itu siapa? dan yang mau menjual bayi itu siapa?" tanyaku sangat pelan.

          "Marina saudaraku Bunda, dia ponakan Ayahku, bayinya mau dijual Ayahnya, yaitu kakaknya Marina!" jawab Panjul lantang.

          "Ayahnya, Kakaknya, maksudmu? tidak jelas kamu bicara!" bentakku pelan.

          "Bunda aku pergi dulu, aku mau menjaga bayi itu," teriak Panjul pergi.

          Kepergian Panjul membuatku marah dan menggerutu sendiri, "dasar jin! seenaknya kamu datang dan pergi! bicara tak jelas!" ucapku dalam hati menggerutu. Tapi penasaran juga, akhirnya esok pagi aku hubungi Kejora lewat SMS.

         "Ra, apakah kamu punya ponakan bernama Marina?" tanyaku lewat SMS.

         "Iya ada, kok tahu? apa Panjul yang menceritakannya?" balas Kejora.

         "Iya benar, boleh aku tahu keadaan Marina? apakah benar Marina punya bayi?" tanyaku kembali lewat SMS.

        "Aku telepon saja biar jelas ya, Bun? kebetulan ada yang ingin aku tanyakan juga," balas Kejora di SMS.

          Aku sudah tidak sabar menunggu Kejora bercerita, Kejora mungkin lebih jelas membeberkan masalah Marina, daripada anaknya Panjul.

 ***

Penampakan Arwah (Panjul Part 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang