Bab 5 aku marah pada Panjul

2.8K 151 6
                                    

          Malam berikutnya saat suamiku lembur bersama anak bujangku, aku mulai memanggil Panjul. Sudah dua jam aku menanti Panjul akhirnya Panjul datang.

          "Bunda...," sapa Panjul.

          "Kalau datang jangan mengejutkan aku, Panjul!" bentakku pelan.

          "Bunda galak!" jawab Panjul lantang.

          "Aku lebih galak kalau kamu nakal dan tidak patuh!" ucapku kesal.

          "Aku tidak nakal Bunda, ada apa Bunda?" tanya Panjul.

          Mataku keliling mencari arah suara, Panjul sadar tidak berwujud di depanku, karena dia tahu aku tidak menyukai bentuk wajahnya.

          "Panjul, apa kamu tahu siapa yang menghamili Marina?" tanyaku penasaran.

          "Kakaknya Bunda!" jawab Panjul singkat.

          "Darimana kamu tahu?" tanyaku heran.

          "Aku melihat sendiri Bunda," jawab Panjul polos.

          "Apa? kamu cuma menonton dan tidak menolong Marina?! ucapku marah.

          "Itu urusan manusia Bunda!" jawab Panjul lugas.

          "Marina saudaramu dan kamu diam saja?!" hardikku pada Panjul.

          "Saya tidak bisa berbuat banyak Bunda!" jawab Panjul enteng.

          "Kalau Ibumu disakiti orang, apa kamu akan diam saja?!" tanyaku ketus.

          "Kalau Ibuku disakiti orang, akan saya bunuh orang itu Bunda!" ucap Panjul spontan.

          "Dasar egois!" ucapku menggerutu.

          "Bunda kenapa marah? Bunda yang mengajarkan aku agar tidak mencampuri urusan manusia!" ucap Panjul mengingatkan aku.

          Aku terdiam sesaat, memang benar apa kata Panjul, jin tetap jin yang bisa diam dan bisa mengganggu, manusia hanya boleh meminta pertolongan pada Allah. Aku dibuat malu dengan pernyataan Panjul.

         "Bunda!" teriak Panjul.

         "Ya! ada apalagi?" tanyaku heran.

         "Orangtua suami Marina mengguna-gunai keluarga Marina, apakah perlu aku balas?" tanya Panjul.

         "Tidak perlu! biar Bunda nanti yang menolong mereka! sekarang jelaskan, bayi Marina disusui jin mana?" tanyaku penasaran.

         "Qorinnya Marina Bunda," jawab Panjul singkat.

         "Lalu saat Marina bunuh diri, apa kamu ada disana?" tanyaku kembali.

         "Dia dipaksa minum racun oleh Kakaknya Bunda!" jawab Panjul lantang.

         "Apa? dipaksa? jadi bukan bunuh diri? keterlaluan Kakaknya!" ucapku gemas.

         "Apa perlu aku balas perbuatan Kakaknya Marina, Bunda?" tanya Panjul.

         "Tidak perlu! kamu jangan lakukan apapun! biar Bunda yang menangani, ya?!" jawabku tegas.

         "Jadi aku tidak boleh melakukan apa-apa ya, Bunda?" tanya Panjul kembali.

         "Ya!" jawabku sangat singkat.

          Aku tidak mau mengajarkan Panjul membalas dendam pada manusia, biarkan tiap perbuatan ditanggung manusia itu sendiri. Aku takut jika membebaskan Panjul membalas dendam pada manusia, semakin banyak mencampuri urusan manusia.

         Masalah sudah jelas, ternyata Kakaknya bukan hanya membunuh, tapi sudah memperkosanya. Aku berpikir keras menolong orangtua Marina yang sakit, karena ulah mertua Marina.

***

Penampakan Arwah (Panjul Part 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang