3 | Izin

6.1K 1K 117
                                    

Sekarang Taehyung bingung— gimana caranya tidur berdua Jungkook di atas single bed.

"Dek," bisik Taehyung pada si gembul yang tengah memeluknya seperti koala— kepala disandarkan ke bahu Taehyung, peluk leher kokoh si kakak kelas erat, dan melingkarkan kakinya di pinggul. "Turun dulu, Mas encok ini lama-lama."

"Bacot," cicitnya di tengah ambang kesadaran.

"Gusti... galak banget." Taehyung elus dada. Akhirnya ia taruh si Jungkook di kasur, sempat meregangkan badan, terus balik badan— batal, sudah keburu ditahan sama yang lebih muda. "Opo meneh?"

"Dibilang peluk, kan?" alis sudah menukik, tanda si kelinci gembul masih ngambek.

"Lah kasurnya kecil, kamunya gembrot gini, gimana mau Mas peluk?"

Jungkook tepis tangan Taehyung kasar, peluk guling, balik badan, terus tarik selimut sampai kepala. "Yaudah sana ndak usah peluk."

Taehyung cengo. "Yo wis," singkatnya sebelum membanting badan ke kasurnya di sebelah. "Walah, besok aku harus beli koyo setronton kayanya."

"Bacot," desis Jungkook di sebelah.

"Bebanku berat banget, ngalah-ngalahin kolam ikan koi."

"Berisik, bangsat."

"Nanti aku mau cari istri yang langsing wae lah, biar bisa kugendong kemana—"

"BACOT. Mau tidur, diam!"

Jungkook kembali tarik selimut sampai kepala, sedangkan pria bersurai hitam di sebelahnya tertawa pelan— Taehyung gemas.

[]

Pagi-pagi sudah disuguhin meja makan penuh sama makanan; Jungkook senyum lebar.

"Mas Taehyungg~" pekiknya dari meja, menatap punggung lebar yang tengah memasak telur mata sapi.

Si pemilik punggung lebar tadi menoleh. "Opo?"

"Ini buatku, kan?"

"Gak. Ini yang buatmu," ujarnya seraya meletakkan garam.

"GAK MAU!" Jungkook memekik keras, merampas roti bakar dan susu coklat. "Aku mau ini. Harus boleh."

Taehyung terkekeh, menyentil dahi Jungkook pelan. "Iya, buatmu."

Huum; gumaman pelan sebagai jawaban, sambil anggukin kepala kuat. Jungkook melahap habis sarapannya pagi ini. "Jangan ngamuk terus, kamu cepet tua nanti."

"Bac—"

"Jangan ngomong kasar," tegur Taehyung, menyentil bibir semerah cherry di hadapannya.

"Berisik."

"Nurutnya." Tawa Taehyung pelan. "Calon istri yang baik— harus nurut sama suami, ya?"

"Bacot."

"Astaghfirullah."

[]

Yang paling Jungkook benci adalah jadi pusat perhatian gini. Padahal, dia gak nyoli di tengah koridor, lho— cuma lagi jalan berdua Taehyung.

Toh memang kebetulan mereka berangkat bareng, kelasnyapun searah walau beda gedung. "Dek, kok Mas diliatin?"

"Liatin aku, bukan Mas."

"Liatin kita, kenapa?" Taehyung balas senyum kikuk ke orang-orang yang curi pandang ke dia sekilas.

"Mana aku tau," jawab si Jungkook singkat, lagi sibuk makan chittato soalnya. "Mau?" tawarnya sambil nyodorin chittato.

"Celemotan iku, lho." Yang lebih tua ngusap pipi Jungkook. "Nah gitu, cantik."

Tatapan Jungkook seketika berubah horror, sudah siap ngepalin tangan kanan di depan wajah Taehyung. "Ngomong gua cantik, dapet bogem."

Roommate | Taekook [ discontinued ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang