Pernah kalian merasa punya sahabat itu tidak segitu pentingnya? Seperti Jungkook ini.
Seumur-umur, belum pernah dia punya teman yang biasa dipanggil sahabat itu. Bukan, dia bukan tipe introvert dan menutup diri dari sosial. Hanya, Jungkook pandai sembunyikan sisi tidak mempercayai orang lainnya.
Ah, entah memang kenyataannya begitu, atau dia belum saja temukan yang bisa dijadikan tempat sandar.
Seperti sekarang ini, salah satu sebab kenapa Jungkook susah andalkan orang lain, termasuk Taehyung.
Seingatnya, dia sudah bilang untuk jangan perlakukan dia segimana Taehyung menyikapinya saat di kamar. Namun nihil, rasanya si pria Jogja itu belum paham.
"Dek, tadi Mas bawain susu pisang, kamu nggak bisa lama-lama gak minum ini kan? Sekalian tadi ada biskuit milna," katanya barusan, sebelum dipelototi Jungkook. "Ngopo? Iki lho pangananmu, gelem po ra?"
Si pemilik gigi kelinci itu perhatikan sekitarnya, banyak yang diam-diam tertawa, ada yang kaget; ternyata Jungkook yang manly itu hobi makanin biskuit milna bareng susu pisang.
"Mas." Jungkook mendesis, tanpa basa-basi narik lengan Taehyung ke koridor sepi. "Ngerti ngga sih yang aku bilang kemarin?"
Taehyung mendongak, bikin gestur berfikir. "Oh . . Inget. Kamu bilang, jangan perl—"
"Nah! Itu ngerti!"
"Terus?"
"Ya terus mas kenapa kasih aku ginian?" Suaranya memelan, sedikit mendongak tatap Taehyung.
Pria jangkung di hadapannya tersebut garuk kepala. "Mas cuma mau ngasih kamu ini," lirihnya. "Karna setau mas kamu suka. Maaf, ya sudah disimpan aja." Taehyung tatapi biskuit dan susu di tangannya, lalu senyum ke arah Jungkook.
Jungkook diam, hatinya sedikit terenyuh sebenarnya. Taehyung rela ke gedung kelasnya, cuma untuk kasih makanan dan susu kesukaannya. Tangannya dilipat kebelakang, kaki kirinya digoyang-goyangkan, bibir manyun, lalu kembali dongak, tatap Taehyung yang sudah melangkah kembali ke kelasnya.
"Mas," panggilnya.
"Iya?"
"Sini," kata Jungkook seraya ulurkan tangan. "Adek mau susu sama biskuit dari mas."
"Nih." Taehyung senyum. "Habisin, biar kamu kenyang. Makannya sembunyi-sembunyi, biar nggak malu."
"Makasih mas." Dan satu kecupan di pipi jadi hadiah untuk Taehyung.
Jungkook lari ke kelas. Tidak lupa sembunyikan makanannya di dalam hoodie yang ia kenakan. Sesekali senyum ke arah Eunha—gebetan katanya—di pojok kelas. Ingat Eunha? Yang hampir dia cium di pohon mangga terus keciduk Taehyung itu, lho.
Dia lanjut dengan ponselnya. Tidak ada, Jungkook hanya berusaha terlihat sedang sibuk mencatat materi saja. Tidak ada yang tau kan kalau pemuda manis itu sedang tulis diary kecil di bukunya.
May, 22.
Mas Taehyung; habis kucium pipinya. Dia lucu, sangat.
Begitu isinya, lalu ditutup, kemudian tundukkan kepala. Jungkook sedang beragumen. "Kalau ajari Mas Taehyung patah hati sedikit, asik ya?"
Total lupakan Taehyung yang sedang merona di sana.
[]
Sekarang lagi jam olahraga; jam favorite kedua Jungkook setelah jam istirahat.
Apalagi kalau jam olahraga ini kelasnya Eunha lagi praktek ipa di lab, karna lab lagi direnovasi, jadi duduk di depan atau taman dekat lapangan.
Kalau kata Yugyeom, jadi cowok itu harus pinter modus. Ya sudah, dia nurut. "Kiming, gua udah ganteng belum?"
"Kalo jawab belum, pasti gua lu bogem." Mingyu ngelap keringatnya. "Jadi lu ganteng, ganteng banget."
Jungkook beralih ke Yeri, teman seperjuangan contek-contekannya. "Yer, gua udah ganteng belom?"
"Ganteng kata lu?" Yeri sewot, alisnya menukik gitu. "Muka kaya bebiboi gini ganteng?"
Surai hitam Jungkook dielus, lalu ia senyum. "Kook, lo tuh manis. Ganteng itu ada, tapi banyakan manisnya. Gue aja kalo jadi cowok mau kok gebet lo, sayangnya aj—"
"Cukup, Yer!" pekiknya. "Cukup! Diam! Cukup!"
Alay.
"Gue gasuka dibilang imut," tegasnya. Jungkook berlalu, lari ke arah kelas cewek incarannya.
Bokongnya mendarat tepat di sebelah Eunha. Jelas, sorakan ciee dari anak kelasannya menggelegar. Sedang perempuan yang disoraki hanya bisa menunduk, pipinya merona, sambil sesekali selipkan rambut ke telinganya.
"Kamu ngapain, sih? Malu tau," lirihnya.
Jungkook garuk tengkuknya. "Yaudah, gue—balik, ya?"
"Ih jangan!"
"Oke . . " Jungkook sandaran ke pohon di belakangnya. Pandangannya lurus, ke lapangan, entah—dia sedikit kesal karena sorakan teman Eunha tadi; dia nggak nyaman.
"Kamu ngapain bawa susu sama biskuit bayi?" tanya Eunha. "Aku bukan bayi tau."
"Ini bukan buat kamu." Andai nyalinya kuat buat bilang itu, pasti yang diucapkan bukan; "Eh—iya, ini buat kamu. Gapapa, kamu lucu, soalnya."
Lagi-lagi ia merona. Manis sekali mulut si pemuda Jeon ini, baginya. Diambilnya susu tadi lalu diminum, tiba-tiba ia sodorkan susunya ke bibir Jungkook. "Minum, nih."
"Enggak deh," tolaknya halus. "Itu namanya indirect kiss."
"Ya gapapa kali, santai aja sama aku."
Jungkook tekuk alisnya sembari tertawa canggung. "Dijaga dong, bibirnya. Masa kamu mau ciuman secara gak langsung sama cowok yang—dibilang dekat banget, belum."
Eunha terkikik geli. "Kamu terlalu serius, akunya ngga masalah tuh," katanya. "Ya sudah, aku habisin aja."
"Iya," singkat Jungkook.
Diam-diam dia berterima kasih pada Taehyung, setidaknya bisa dipakai buat modus ke Eunha.
Jungkook total tidak sadar, dari sisi dan radius yang berbeda, Taehyung lihat, lalu beralih tatap Hoseok. "Sok, aku sedih."
"Hm? Kenapa lo?"
Taehyung pasang wajah melasnya. "Dek Jungkook nggak minum susu dari aku, Sok. Sedih sekali ini."
An;
Poor Mas Taehyung . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate | Taekook [ discontinued ]
Fanfictionlocal!au ❝ Mas Taehyung anjing一❞ ❝ Astaghfirullah Dek Jungkook. ❞ top!tae bot!kook