Chapter 3 : Hope

489 45 0
                                        

"Darimana aja lo?" tanya seorang kakak pada adiknya yang baru saja datang sepulang sekolah dengan nada datar namun tegas.

Dia hafal jam pulang sekolah adiknya itu jam 12 siang, tapi apa ini? Jam 3 sore adiknya baru sampai di rumah.

". . ." Yang lebih muda hanya terdiam dan menunduk menatap datar lantai rumahnya.

"Evhan Reonaldy!" seru yang lebih tua.

Evhan terdiam dan hanya menatap lurus kebawah tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan kakaknya, untuk apa menjawab? Kakaknya tidak akan percaya, justru nantinya dia malah akan dimarahi habis habisan, membolos lah, alasan lah, Evhan sudah tau itu.

Tap

Tap

Tap

Tap

Bugh!

"Jawab! Bukan diam aja! Lo udah pulang telat gua tanya diem aja, gua kasih tau bang Arfin mampus lo"

"Pengadu!" desis Evhan.

"Apa?"

Evhan mendongak menatap tajam tepat di mata yang lebih tua, "Pengadu! Kalau kak Kevin bisa hukum gua secara langsung kenapa gak langsung hukum gua sekarang? Hukum aja gua, pukul gua lagi kayak biasanya" balas Evhan.

Kevin balas menatap mata adiknya yang sedang menatapnya, ia bisa melihat kekecewaan dan emosi dari adiknya, dia bisa melihatnya dengan jelas lewat tatapan matanya.

Kevin membeku di tempat sedangkan Evhan memalingkan wajahnya. "Lo aman kali ini" ucap Kevin dan mulai melangkah menjauhinya.

"Haah...."

Tak tak tak!

Evhan menoleh ke asal suara dan melihat kakak —ah bukan— saudara kembarnya sedang berjalan dengan bantuan tongkatnya, Evhan terus memperhatikannya sampai saudaranya itu berada di depannya.

"Kak Ethan" panggilnya, Ethan berhenti melangkah tapi ia tidak menjawab panggilan Evhan.

"Di bawah ada tangga, berhati hatilah" ujar Evhan dingin lalu memasuki kamarnya dengan sedikit membanting pintu saat menutupnya, dia langsung mengganti pakaiannya dan duduk di kursi meja belajar.

"Haah..." Evhan menghela nafas lelah sambil bersandar di kursi belajarnya dan menatap langit langit kamarnya yang berwarna putih.

"Aargh!" teriak Evhan sambil berdiri dan mengacak acak rambutnya sendiri, kini air matanya sudah mengalir tanpa izin darinya.

"Papa... Mama..." racaunya dengan lirih.

"Sakit... Ini menyakitkan... A-aku ingin mem-membenci kalian, tapi... Aargh! kenapa aku tidak bisa sial!" Evhan kembali duduk dan menelungkupkan kepalanya diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja belajar.

'Papa... Mama... Apa Aku boleh memilih untuk ikut dengan kalian? Jika boleh, maka Aku ingin ikut dengan kalian, Aku lelah... Tapi Aku ingin berharap jika suatu saat nanti Aku akan merasakan kasih sayang mereka lagi, salah satu dari mereka saja, atau.... Sehari saja, itu sudah cukup. Papa... Mama... Bantu Evhan' batinnya sendu lalu tak lama kemudian Dia tertidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang