- P a r t 1 -

12.1K 388 69
                                    

Seorang laki-laki terlihat mengendarai mobil sportnya melaju sedikit kencang dan menerobos lampu lalu lintas.

Shittt!!!, laki-laki itu memukul kemudi dan mengumpat keras.

"Dasar jalang!! Semua sudah ku turutin masih aja selingkuh, dasar cewek murahan!! Males gue lama-lama pacaran sama cewek yang umurnya lebih muda dari gue. Tukang ngambek!!" kata Lexuz berbicara kepada dirinya sendiri.

Dengan laju mobil yang sedikit kencang membuat Lex memberhentikan mobil sportnya seketika hingga ban mobilnya berdecit, ketika ia melihat sang Kakak membukakan pintu untuk wanita yang keluar dari dalam mobil sang Kakak.

"Busyettt!! Kak Max sama siapa tuh? Wuiss bohay abis body nya." seru Lex sambil segera menekan tombol pada ponselnya.

Tuttt... Tuttt... Tuttt...

"Halo, Kak!! Lagi di mana nih?"

"Kenapa, Lex? Tumben nelepon? Minta duit lagi lo?" tanya Max memberondong dengan banyak pertanyaan.

"Hahaha... Nggak, Kak!! Aku cuma mau nanya aja, Kakak lagi sama siapa? Cantik banget Kak ceweknya? Mangsa baru, ya?" ucap Lex sambil terkekeh.

"Bukan!! Dia temen kerja Kakak, baru hari ini ketemu. Udah dulu, ya! Kakak udah ditungguin, nanti kita ngobrol lagi."

Klik

"Kak... Kak...!! Yah di tutup." Lex kembali melajukan mobilnya menuju arah pulang.

Tapi selama perjalanan pulang, bayangan wanita yang tadi bersama sang Kakak tidak dapat ia hilangkan.

"Ah, nanti ku minta nomor ponsel wanita tadi sama Kak Max dah, pengen kenalan." kekeh Lex tersenyum membayangkan body sang wanita.

.
🍃🍃🍃🍃🍃
.

Setelah melihat bangunan di lapangan, Veve dan Max sepakat akan mendiskusikan perihal pembangunan project tersebut malam nanti.

"Ve, nanti malam di mana kita membicarakan project ini?" tanya Max sembari menggulung desain dan memasukkan pada tabung tempat lembaran kertas.

"Emh.. Terserah kau aja! Aku nanti malam tidak ada acara."

"Oke, kita bicarakan kerjasama ini di rumahku saja."

"Baiklah." sahut Veve singkat.

"Mari sekarang ku antar kau kembali ke kantormu?"

"Thank's Max tapi aku mau ke tempat lain dulu, jadi aku naik taksi saja." tolak gadis itu halus.

Veve sengaja menolak ajakan laki-laki itu karena ia merasa tidak nyaman berada di dekatnya.

Entah mengapa perasaan Veve merasa gelisah, apalagi nanti malam ia harus kembali bertemu dengan laki-laki itu di rumahnya untuk membicarakan tentang project kerjasama itu.

Veve tiba kembali di kantornya sore hari setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akibat macet kendaraan.

"Sep, kamu sebaiknya pulang saja! Tidak perlu menunggu saya, saya masih lama berada di sini." kata Veve kepada asistennya.

🅓🅔🅢🅟🅔🅡🅐🅣🅔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang