( 43 ) Sujud Syukur

29K 1.1K 72
                                    

Aklil masih diam dengan tangan yang tidak berhenti mengusap-ngusap punggung Aira, dia memilih menunggu untuk bertanya lagi sampai Aira tenang.

Ryan yang mengerti, keluar sejak tadi Aira masuk dan memeluk Aklil.

Lama mereka dalam posisi seperti itu, dan.. Tangisan Aira pun sudah mulai reda. Hanya tersisa isakan-isakan kecil..

Aklil baru saja bisa bernafas lega, baru beberapa saat tidak melihat tangisan Aira. Dan.. Tangisan itu hanya beranjak sebentar saja, sekarang Aklil sudah melihat lagi wajah istrinya yang bersimbah air mata.
Mata Aira pun masih sedikit bengkak, dan sekarang sudah menangis lagi.

"Kenapa sayang?" tanya Aklil lagi setelah di rasa Aira berhenti menangis.

Aklil pun merenggangkan sedikit tubuh Aira dari pelukannya, lalu mengusap air mata dari pipi mulusnya Aira.
Aira menengadahkan matanya menatap wajah Aklil.
Aira melihat wajah Aklil yang terlihat khawatir padanya.
Dalam hati Aira merasa bersalah sudah membuat suaminya khawatir.

Bukannya dia ke sini ingin memberikan kabar gembira pada suaminya, bukan malah membuat suaminya khawatir.
Air matanya memang selalu mengacaukan segalanya.

Aklil yang melihat Aira hanya menatapnya saja, tanpa bicara apapun. Kedua tangannya bergerak merangkum wajah cantik istrinya.

"Kenapa hmm?" Sorot matanya begitu memancarkan kelembutan,

Aira tersenyum, menyodorkan amplop yang sejak tadi di pegangnya..

Aklil mengernyitkan kening, dia baru menyadari istrinya memegang amplop di tangannya.

"Mas lihat ini..!!" tangan Aira masih memegang amplopnya, karena Aklil tak kunjung mengambilnya.

Aklil mengambilnya, setelah di lihat dari dekat di luar amplopnya terdapat Kop surat SIDIQ HOSPITAL .
Bukankah ini Rumah Sakit milik mertuanya sekaligus tempat Aira bekerja.
Kalau begitu, berarti di dalamnya memberitahukan hal yang berkaitan dengan Rumah Sakit.
Aklil takut isinya hal yang menyangkut dengan kesehatan Aira, sampai istrinya menangis kayak tadi.

Astagfirullah.. Apa yang dirinya pikirkan sekarang, berbaik sangkalah. Batinya meyakinkan dirinya sendiri.

"Apa ini?"

"Buka aja.. " Sahut Aira sambil tersenyum,

Aklil semakin tidak mengerti juga tidak bisa menebak apa isi di dalamnya.
Tadi Aira menangis, sekarang tersenyum.
Tidak mungkin kan.. Kalau isinya kabar buruk tidak mungkin bisa tersenyum ketika memberitahukannya..

Tidak ingin, rasa penasarannya semakin besar.. Aklil membuka amplop tersebut mengambil kertas di dalamnya lalu membacanya,

Aira melihat ekspresi wajah suaminya yang sangat serius membaca surat dari rumah sakit.
Kedua sudut bibir Aira tertarik membentuk senyum, karena merasa lucu melihat wajah suaminya.

Begitu selesai membacanya..
Dunianya seakan berhenti, nafasnya pun seakan berhenti. Apa Aklil tidak mimpi saat ini.. Kalau memang sekarang Aklil sedang bermimpi, sungguh... Aklil tidak ingin bangun lagi.

Aklil melirik ke arah istrinya..

"Sayang.. I...ini ka..kamu?"
Saking kelewat bahagianya mengucapkan satu kalimat pun Aklil kesusahan.

Aira mengangguk seraya tersenyum lebar, Saat itu juga.. Aklil langsung sujud syukur. Aklil tidak bisa menggambarkan rasa bahagianya saat ini.
Jika ada kata yang lebih dari kata bahagia maka itu yang akan di ucapkannya saat ini.

Cukup lama Aklil bersujud, mengucapkan beribu syukur pada Allah, atas kebahagiaan yang begitu berlipat ganda Allah berikan untuknya.

Aklil memeluk Aira kembali, mengecup seluruh permukaan wajah Aira..
Aira yang menerima perlakuan seperti itu tertawa kecil, dia mengerti suaminya ini sedang meluapkan kebahagiaannya,
Begitupun dengan Aira yang sama bahagianya dengan Aklil.

Hijrah Pengantar Jodohku (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang