Aklil sedang mempelajari setumpuk berkas yang ada di depannya. Dia benar-benar fokus menyelesaikan pekerjaannya yang sedikit terbengkalai, pasalnya akhir-akhir ini dirinya sering tidak masuk kantor karena menjaga istrinya.
Bukan Aira yang menahannya, untuk tidak bekerja, justru istrinya itu selalu menyuruhnya jika melihat Aklil tidak berangkat ke kantor.Tapi, bukan Aklil namanya.. jika tega meninggalkan sang istri dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, meskipun kehadiran dirinya tidak membantu meredakan mual Aira, setidaknya dengan Aklil di sisinya dia bisa menenangkan istrinya.
Sekarang, usia kandungan Aira sudah lima bulan jalan, masa mual-mual Aira sepertinya telah usai.
Dia tidak pernah mual-mual lagi, hanya saja istrinya itu punya kebiasaan baru yaitu lebih sering tidur. Apalagi di pagi hari Aklil selalu menemukan mata indah istrinya itu terpejam.Aklil mendengar pintu ruangannya terbuka, dia tidak mengindahkannya.. dia sudah tahu siapa lagi yang berani masuk tanpa izin di kantor ini kecuali Ryan.
Tapi.. tumben sahabatnya itu tidak bicara, biasanya setiap kali masuk ke ruangannya tidak pernah diam.
Ahh.. pasti dia ingin membuat lelucon, pikir Aklil.
Aklil jadi penasaran.. pandangannya dia alihkan pada orang yang di kirinya Ryan itu.Mata Aklil terbelalak setelah tahu orang yang masuk ke dalam ruangannya itu bukan Ryan. Ternyata istri tercintanya, yang sekarang sedang tersenyum manis padanya..
Aklil segera beranjak dari duduknya
Berjalan menghampiri istrinya.."Sayang.. kamu sama siapa ke sini?" Aklil meraih kedua tangan Aira, terlihat kecemasan dari nada suaranya.
Aira terkekeh.."Di antar pak Deni, tadi mas gak bangunin aku. Semalam kan aku udah bilang mau ikut.. "
"Iya maaf, aku gak tega bangunin kamu.. "
Aira pun mengangguk sembari tersenyum..
Aklil membimbing istrinya duduk di sofa, mengobrol sebentar. Dia menuju meja kerjanya lagi, karena masih banyak kerjaan yang harus di selesaikan.
"Mas.. "
"Apa sayang?"
Aklil menatap Aira.."Emmmm.... boleh duduk di samping mas gak, aku janji gak bakal gangguin mas.. " Aira mengatakannya dengan sedikit malu.
Aklil mengerutkan keningnya sebentar seolah berpikir,
"Gak boleh ya?" Tanya Aira dengan pelan,
Aklil masih diam, sedetik kemudian dia mengangguk dengan senyuman manisnya..
"Sangat boleh sayang.. "
Aklil beranjak lagi, mengambil kursi yang ada di depan mejanya, memposisikannya menjadi di sampingnya..
Setelahnya menghampiri Aira lagi, membimbingnya untuk duduk di sampingnya,Belakangan ini Aira selalu ingin berdekatan dengan suaminya ini, mungkin karena hormon kehamilannya, dia tidak ingin berjauhan sedikitpun.
Bahkan sifat manjanya sekarang menjadi dua kali lipat,
Seperti biasanya, Aklil selalu sabar menghadapinya.Setelah mereka duduk bersebelahan Aklil melanjutkan kembali kerjanya.
Aira sedikit memiringkan tubuhnya dagunya di sangga oleh satu tangannya yang bertumpu di meja.
Aira memperhatikan wajah suaminya yang sedang serius dengan laptopnya dengan ke sepuluh jarinya bergerak lincah di atas keyboard,
Dia tersenyum, melihat wajah serius suaminya.
Entah kenapa.. Aira selalu terpesona melihat wajah suaminya ketika sedang serius bekerja seperti sekarang.Aklil tidak menyadari di perhatikan oleh istrinya, karena ya seperti yang kita tahu bagaimana seriusnya dia ketika bekerja.
Tiba-tiba terdengar pintu ruangan Aklil di ketuk..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Pengantar Jodohku (END)
Lãng mạn( Pindah ke Dream ) "Aira, seperti yang sudah Ayah katakan barusan, maksud kedatangan saya kesini dengan keluarga, saya ingin meminta restu kedua orang tuamu, untuk mengkhitbahmu. Sejak pertama kali, saya melihatmu ada keyakinan di dalam hati saya...