Iya sejuk...
Sesejuk hembusan lembut angin kala itu, kala aku merasa sesak terjatuh dari hal yang sangat tinggi, namun kau hadir tanpa pinta, kau menawarkan cerita, menawarkan bahu dan menawarkan senyuman yang bahkan sampai detik ini masih kian mengembang di otakku..Iya sejuk...
Sesejuk pandangan matamu yang menatapku kala itu, kala aku sangat terpuruk akan sebuah luka. Kala aku merasa tak ada siapapun yang peduli selain kamu. Iya kamu. Yang saat itu bahkan baru seperkian detik yang lalu kukenal..Dulu, dulu sekali. Terdengar dan teringat jelas. Ketika semua orang memperbincangkanmu, ketika semua orang membicarakanmu dari berbagai segi keistimewaanmu, parasmu, kebaikanmu, semua tentangmu, aku benar-benar tidak peduli. Karna yang ada difikiranku, " untuk apa aku begitu? Aku tau dia bukan setingkatku, aku tau dia jauh lebih dari aku, untuk menyapanya saja tak mungkin, apalagi mengajaknya kenalan" 😁
Sampai suatu ketika keadaan seakan dihebohkan dengan kicauan teman-teman yang berhasil menemukan username instagram kamu. "terus kenapa kalo udah nemu? " pikirku.
Meski begitu, jujur saja, aku normal, tingkat keingintahuan ku juga tinggi. Aku men *stalk-mu pun diam-diam.. Hehehee...Langsung saja, aku tak mau berlama - lama. Karna apa? Aku tak mau waktuku terbuang sia-sia hanya karna membayangkan senyummu pun membuatku melewatkan sarapan. Kenyang.
Saat itu, ya saat itu, kau menyapaku lebih dulu. Meski via dirrect message, Meski hanya bertanya hal sepele, hal yang sangat lumrah, dan yaaa hal yang menurut kita semua, itu hal yang biasa-biasa saja. Bahkan sangat biasa. Tapi apa? Ntah kenapa itu membuatku sedikit girang, meski percakapan hanya sebatas tiga kali tanya jawab dan selesai. Ya sampai disitu sapaan kita malam itu. Tapi kau tau? Fikiran ku Tidak hanya sampai disitu. Bahkan melayang terlalu jauh sampai kalanya aku sadar dan menepuk nepuk pipiku. Hingga berkata khilaf dalam hati.
Saat itu, aku memang memiliki pacar, iya pacar. Dan kamu tau dia. Kamu bahkan tau keseharianku sama dia. Bahkan kamu sering reply story-ku sama dia. Yang ada dipikiranku, kenapa aku tidak malu? Ya karna aku saat itu memang masa bodo denganmu. Aku pikir "toh kenapa memang? Toh dia bukan siapa - siapa ku, toh yaa untuk dekat saja mustahil jadi ya sudah biarlah" .
Menit berganti, tentu nya pagi pun tak selalu pagi, karna malam juga ingin menemani mereka para hati perindu syahdunya langit yang sepi dengan hiasan bulan sabit dan beberapa cahaya mungil yang terpancar dari gemerlip bintang. Sembari mengutarakan rindu yang tak tersampaikan.
Ya. Waktu berlalu memang sangat cepat.
Sampai saat itu, aku, diriku, kehilangan kebahagiaan yang menurutku tak akan hilang. Yang tidak kusadari sesungguhnya sudah lenyap sejak beberapa waktu sebelumnya. Aku benar - benar berada pada titik tersakit, termemilukan, saat dimana aku tak lagi ingin berbuat apapun, tak lagi ingin berkata apapun, bahkan siapapun yang ada disekitarku semua kurasa tak lagi penting. Aku benar - benar berada pada fase terpuruk.
Ya. Kau hadir. Kau mungkin tak sengaja mampir, kau memberiku se cercah kata. Kau.. (Ah rasanya tak ingin melanjutkan cerita. Terlalu indah) .Tak seperti kebanyakan orang, kau datang perlahan, memberiku jutaan kata yang penuh makna, meyakinkan ku bahwa bila aku jatuh aku harus bangun tanpa menunggu uluran tangan orang lain, begitu terus menerus sampai pada akhirnya aku tak lagi merasa sendiri. Seolah aku menemukan secercah harapan. Ya, i find you. Menit itu juga hatiku mulai terpaut..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Love!
Teen FictionSerangkaian kata yang dibumbui sajak yang tidak seberapa rapih, berisi kisah yang mungkin kau juga mengalaminya. selamat membaca!! ♡