Harapan nyata

36 1 0
                                    

Malam itu seusai kutunaikan kewajibanku shalat maghrib, kupandangi cermin didepanku, sembari bergumam pelan "duh pake baju apa yaa ;( " dan ternyata gumaman ku tersebut didengar oleh temanku, ifah.
"Mau kemana sih? Kok daritadi kuperhatiin kamu kayak orang bingung gitu?" Tanya ifah
"Mau keluar bentar aja sih tapi gatau nih mau pake baju apa" jawabku
"Nah keluar bentar doang ribet amat? Biasanya kamu cuma pake jaket plus jilbab udah. Jangan - jangan mau kencan ya? Hayo "
"Dih enggakkk, ngarang"
"Sama siapa si kasih tau dong.. kasih tau ih pelit amat"
"Apaan sih fah brisik!! Orang cuma mau cari jajanan doang kok" aku mengelak
"Oh kalo gitu sama aku juga pingin beli cemilan nih aku ikut ya?" Timpal nya
"Eh eh eh jangan. Kamu keluar sama tuh ruroh aja tuh ruroh" aku mulai panik
"Loh emang kenapa kalo sama kamu? Kan kamu juga sendirian dih biar sekalian"
"Emmm ini, eh gimana ya, gini aku nanti baliknya mau mampir ke kontrakan sodara aku dulu, mamahnya dateng tadi sore. Gaenak kalo ngga nemuin. Gitu"
"Ih yaudah aku ikut ke sana aja, boleh kan?"
Dalam hatiku bergumam, 'yaelah rusuh amat si ni anak, gimana yaaa 😭😭' aku berpikir keras. Tiba2 handphone milik ifah berdering.
"Hah serius? Kenapa mendadak banget? Oke oke aku kesana ya tunggu depan kos. kujemput" ucap ifah berbicara kepada seseorang di sebrang.
"Siapa fah?" Tanyaku heran
"Itu si vita yang telfon, malem ini pleno terakhir katanya, sumpah aku lupa" jawabnya dengan wajah panik.
"Yaelah kamu gimana sih fah, untung belum jadi ikut aku keluar. Yaudah sana siap-siap. Aku juga mau siap-siap" jawabku dengan dada yang sangat sangat lega.
"Eh tapi aku masih curiga kamu mau kemana sebenernya na sumpah" tanya nya
"Yasalaaamm,, masih sempet sempetnya suudzon?"
"Hehe enggak enggak, becanda "
Lalu kami pun bersiap masing-masing.
Sesaat setelah itu, terdengar handphone ku bergetar, kulihat sebaris pesan masuk terpancar dari layar.
"Udah siap belum? Aku tunggu di pertigaan deket tempatmu itu ya? Jangan lama-lama dandan nya, kamu udah cantik."  Aku membacanya sambil menyunggingkan senyum yang kalau sampai ifah tau pasti akan sangat heboh. Dan benar, ifah melihatku.
"Tuhkan, baca chat aja sumringah gitu, curiga gue" lagi-lagi ia melontarkan kalimat yang sangat menyebalkan.
"Apaan sih fah, aku berangkat dulu ya, daaa. Salam buat vita oke. Semangat" ucapku sambil jalan cepat menuju lantai bawah. Menuju pertigaan dimana eki sudah menungguku disana. Dari jarak beberapa meter kulihat punggung nya menghadap arah yang sama denganku. Semakin dekat jarak kami, semakin jelas kucium aroma wangi parfum yang di kenakan nya. Mendengar langkah kakiku yang semakin dekat, ia menoleh.
"Hay na"
"Oh hey, udah lama ya nunggunya?"
"Engga kok aku juga baru nyampe ini. Ayo naik"
"Oh oke oke" ucapku sambil menempati jok kosong di bagian belakang. Lalu ia melajukan motornya.
Semakin kucium aroma parfum yang benar-benar segar. Aku menyukai aroma parfum tersebut.
"Wangi banget kamu ki"
"Kamu wangi banget na"
Seketika kami bersamaan mengucap.
"Eh bisa bareng gitu sih" ucap eki sambil tertawa ringan. Entah sejak kapan aku menyukai gayanya tertawa. Aku melihat kedamaian disana. Dimana saat sudut bibir tersebut mengembang, wajah yang memang sudah tampan tersebut menjadi semakin manis kala ia tertawa. Aku bisa melihat itu melalui spion motornya. Sembari menikmati jalanan jogja yang tidak terlalu ramai malam itu, kami membahas hal-hal kecil dan sesekali bercanda ringan. Hingga tak terasa kami sampai ditujuan yang dipilih eki.
"Ayo turun kita udah sampe" ucapnya.
Lalu kami menuju sebuah kedai tenda dipinggir jalan, disana terbentang kain orange yang bertuliskan "bubur  madura". Kita menghampirinya dan duduk di kursi ymg telah di sediakan. Eki memesan dua porsi bubur madura dingin alias bubur madura pakai es batu gosrok. Membayangkan nya saja sudah nikmat, apalagi menyantapnya. Sambil menunggu pesanan, kami berbincang
"Eh ki tadi mau ngomongin apa?"
"Hah apa emang?"
"Loh gimana sih katanya tadi ada yang mau diomongin"
"Oh itu aku cari alasan aja biar bisa ketemu kamu"
"Ih serius ki, mau ngomong apa ih penasaran nih aku"
"Serius aku cuma pengen ngobrol aja sama kamu"
"Yaelah ki, kirain mau ngomong penting. Eh btw kamu cakep banget pake hoodie itu. Serius"
"Haha alah kamu mah ngada-ngada"
"Serius ki, cakep tau. Bisa pas gitu ya. Pinter berarti aku milih size nya"
"Iya enak banget tau dipake nya. Makasih ya aku suka"
"Alhamdulillaah kalo suka, cakep tau"
"Kamu juga cantik"
"Yeuu apaan sih ki, mentang-mentang aku bilang kamu cakep terus kamu bilang aku cantik"
"Loh cakep mana sama mantanmu? Haha " ucapnya yang seketika membuatku terdiam.
"Udah ah ki gausah bahas hal gapenting kayak gitu" jawabku yang ketus tanpa sadar.
"Eh maaf na, becanda dih. Jangan marah atuh"
"Iya ngga papa kok"
"Na, jangan bete gitu dong, takut aku"
"Siapa yang bete, aku laper aja makanya sensi gini" aku mencari- cari alasan. Karna hal yang paling tidak kusukai apabila dalam obrolan membahas masalalu. Bagiku, segala yang sudah terlewat tidak perlu di perbincangkan, segala yang sudah berlalu tidak perlu di pertanyakan, karna menurutku, masih banyak hal penting didepan sana yang menanti untuk diraih. Jadi untuk apa kita membuang waktu hanya untuk mengingat masalalu? Hidup itu perihal berjuang, kalau tidak sekarang kapan lagi?
"Na, jangan bengong atuh, nih dimakan, keburu leleh esnya" ucap eki sambil menyuguhkan bubur untukku
"Iya ki makasih ya, yuk makan"
Kita melahap bubur madura tersebut dengan lahap. Ya, itu kali pertama aku merasakan bubur madura, sebelumnya tidak pernah. Jadi first impression aku melahap bubur tersebut jujur enak banget dilidah. Seporsi dengan ukuran semangkuk sudah bisa membuat perut kenyang, tidak terlalu manis karna dipadu dengan santan yang juga dengan takaran yang pas.
"Ki, kalo boleh jujur, ini enak banget si buburnya" ucapku seusai menghabiskan bubur tersebut.
"Jangan bilang Kamu baru kali ini makan bubur madura?" tanyanya dengan mimik wajah heran
"Haha iya ki baru kali ini"
"Ya ampun na kemana aja kamu? Serius baru kali ini?"
"Iya ki serius, bisa jadi kalo bukan kamu yang ngajak aku kesini ya aku ngga tau kapan bisa tau rasanya bubur ini hahaha"
"Yaampun naa naaa.. besok kita wisata kuliner ya, kamu harus cobain jajanan jogja yang beginian, jangan makanan yang serba instan mulu. Ngga baik tau."
"Oke besok kulineran bareng kamu ya?"
"Oke siap" ucapnya lalu mengeluarkan dompet dan membayar bubur yang kami beli tadi ke akang penjual. "Yuk na" ucapnya sambil menarik tanganku.
"Loh pulang ki?"
"Udah ayo ikut aja"
Lalu kami melaju menyusuri jalan jogja yang dimana setiap sudutnya menyuguhkan keindahan, ketenangan serta kedamaian yang bisa dirasakan setiap orang yang melihatnya. Sesekali kucuri pandang melalui spion kanan. Kulihat wajah eki yang begitu santai melajukan motornya. Aku hanya dapat melihat area matanya karna sebagian wajahnya tertutup helm. Tak apa, mata itu membuatku cukup tenang, entah mengapa, lelaki ini semakin membuatku tak ingin malam ini cepat berakhir.
"Mau kemana sih ki kita udah jalan jauh loh" tanyaku karna penasaran
"Ya jalan-jalan aja na muter-muter ngabisin bensin haha"
"Ih serius ki aku suka loh jalan-jalan gini. Muter-muter aja kayak gini. Lebih enak bisa ngrasain udara jogja malem-malem gini."
"Iya na sama. Alhamdulillaah kalo kamu suka"
"Iya ki suka, lagian kalo dikamar aku mah cuma apa ya paling cuma ndrakor aja si. Abis gabut banget gitu"
"Hah? Apatuh ndakor?" Tanya nya dengan mimik wajah yang ingin tahu
"Nonton Drama korea, ki. Haha"
"Yaampun, kukira apaan tuh drakor. mending telponan sama aku haha"
"Haha ya kamu sih makanya nelpon. Kalo aku yang nelpon duluan malu tau. Jaim."
"Loh kenapa jaim? Gapapa kali nelpon duluan aku malah seneng"
"Ah nggak ah, tetep aja malu"
"Bukannya aku gamau nelpon kamu na, aku takut aja kamu sibuk atau lagi ngapain gitu, jadi ganggu kan malah ngga enak"
"Ih aku tu nganggur aja tau, aku lagi ga ada kesibukan. Makanya aku habisin buat nonton"
"Yaudah besok-besok aku telpon deh ya biar kamu ga nontonin oppa - oppa mulu"
"Wkwk siap ndan"
"Eh btw kita udah muter-muter sejam lebih nih. Mampir situ dulu yuk aku haus" ucap eki sembari menepikan motornya.
"Eh kamu tunggu di motor aja, aku yang beli kesana" ucapku ketika eki hendak turun dari motor.
"Aku aja na kamu disini aja"
"Engga ki aku aja ya. Udah kamu tunggu sini" ucapku sambil berjalan menuju kedai thaitea yang lumayan ramai tersebut. Beberapa saat aku kembali menghampiri eki yang menungguku sambil memainkan handphone nya.
"Nih ki, kamu suka ngga rasa greentea?" Ucapku menyodorkan cup thaitea rasa greentea
"Ih tau aja sih kalo thaitea aku suka banget yang rasa greentea"
"Wahhh bener-bener deh aku ni hoki mulu kalo sama kamu. Wkakak."
"Serius aku ngga ngada-ngada na, aku suka banget"
"Haha syukurlah ki, gih diminum"
Lalu kita menikmatinya sembari memperhatikan kendaraan berlalu lalang. Sesekali ada pengamen yang menghampiri kami. menyanyikan lagu lagu era 90-an dimana ketika mendengarnya membuat kita seolah kembali ke masa dimana hidup tidak merasakan beban, menangis hanya karna tidak bisa ke taman bermain sebab hujan. Ah masa kecilku, aku rindu.
Tak terasa, malam sudah mulai larut, waktu menunjukkan pukul 21.03. Setelah kami menghabiskan minuman, lalu bergegas meninggalkan tempat tersebut dan eki mengantarkanku pulang. Diperjalanan pulang, tidak sedikit dari kami membahas hal-hal yang tidak seberapa penting. Ringan tetapi menyenangkan. Banyak hal-hal yang ingin sekali kutanyakan. Tetapi aku terlalu terbawa dalam suasana yang syahdu. Hembusan malam kota jogja selalu membiusku. Membuatku tak lagi memikirkan beban yang silih berganti menghamiriku. Jogja, terimakasih telah membuatku selalu bangkit, terimakasih telah membuatku semakin bersemangat menjalani hari. Dan terimakasih juga telah mempertemukan ku dengan sosok ini, eki.
Sebelum tidur, kupandangi langit kamarku, merenungkan kembali apa saja yang kulakukan hari ini, aku bersyukur masih dipertemukan dengan orang-orang baik di sekelilingku. Sesaat ku melamun, handphoneku bergetar, sebaris pesan whatsapp masuk.
"Na, maaf ganggu, udah tidur kah?" Tak lain dan tak bukan, itu adalah pesan dari seseorang yang entah sejak kapan kukagumi. Iya eki. Siapa lagi ;)
"Belum ki, ada apa? Btw makasih ya ki udah ajak aku jalan-jalan malem ini"
"Sama-sama na, makasih juga ya udah mau ku ajak muter-muter tadi"
"Haha iya ki aku suka kok, eh kok kamu blm tidur jam segini?"
"Emmm.. besok kan minggu nih, kamu ada acara ngga? "
"Engga sih ki, kenapa gitu?"
"Besok nonton yuk, ada film bagus loh, bisa ngga?"
"Besok? Besok banget?"
"Iya na besok, kalo ngga bisa ngga papa si lain waktu aja, takutnya kamu bosen baru aja tadi kita jalan, besok udah jalan lagi"
"Eh jangan berfikir gitu atuh ki, insya Allaah besok bisa kok. Jam berapa ki? Biar aku bisa siap-siap"
"Eh serius bisa? Aku ga maksa loh na. Ih aku jadi ngga enak"
"Serius ki bisa, besok pagi kamu kabarin lagi ya mau jam berapa nonton nya. Jangan mendadak, oke?"
"Oke siap ibu negara, sekarang kamu tidur ya, jangan begadang. Good night na Nice dream"
"You too, ki"

Percakapan singkat tersebut membuatku semakin berfikir keras tentang apa-apa yang belum mungkin. Aku bergegas menarik selimutku dan memejamkan mata, aku tak sabar menunggu hari esok, tak lama setelah itu, kuterlelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hey, Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang