Yogyakarta, Memaksamu hidup kembali

99 3 3
                                    

Malam itu, ba'da maghrib tepatnya, ku susuri jalan Yogyakarta yang sangat padat, macet, kujumpai asap kendaraan datang dari berbagai arah, aku harus bersabar tiap kali menjumpai lampu merah, bersama para pengendara lain nya yang mungkin juga ingin secepat nya sampai rumah karna bekerja seharian. kulihat sekitarku, para ojek online berseragam hijau dengan seorang gadis yang sepertinya seusia ku. kedua nya memasang raut wajah lunglai, dan juga tepat disampingku, ada seorang laki - laki yang juga mengendarai sepeda motor, ia mengenakan seragam sekolah menengah, sepertinya dia siswa kelas akhir. "Kasian banget magrib gini masih diluar rumah macet - macetan" ujarku dalam hati. Beruntung selama menjadi siswi dulu jarak sekolah ke tempat tinggal selalu dekat, hanya dengan ditempuh berjalan kaki pun sebentar.
Warna lampu berganti hijau, ku sudahi nostalgia masa dulu ku, ku melaju menyusuri jalan perkotaan jogja. kulihat sekelilingku, kafetaria berjejer rapih, nampak jelas mereka para remaja yang memadati kursi - kursi elite tersebut. Satu dua dari mereka sibuk dengan laptop nya, dan yang lain saling bersenda gurau. Aku dapat  menilainya melalui dinding kaca yang transparan itu. Sesekali kutengok kaca spion lalu ku fokuskan lagi pandanganku ke jalanan depan. Ditengah deburan polusi yang luar biasa pengap, masih saja indra penciumanku tajam, sekilas kuhirup aroma panggangan kebab yang sangat menggoyahkan iman. Ah ternyata mereka tepat di pinggir jalan. Ada tiga kedai berjejeran tepat disisi kiriku. Karna terlalu banyak menghayal, aku tak sadar bahwa ternyata aku sudah sampai di stasiun. Yashhh sampai juga. Kuparkirkan sepeda motorku tepat depan pagar stasiun. Kuletakkan helm ku di spion kanan, dan yang satu ku letakkan di jok belakang.
"terimakasih pak, " ucapku kepada tukang parkir yang memberiku karcis parkir dan  membantuku membenarkan posisi barisan motor.
"sama-sama mba, mau jemput siapa malem-malem gini? "
"Jemput kakak, pak. Ini aman kan pak motor saya disini? "
"aman mba.. jelass.. 24 jam. "
Dan kujawab "hehe" sambil mengacungkan jari jempol dan meninggalkannya.
Lalu aku masuk ke stasiun melalui pintu timur. Kulihat banyak sekali mereka yang berbondong-bondong dengan barang di tangan kanan kiri nya dengan wajah letih. Seperti nya mereka baru sampai jogja beberapa menit yang lalu. Ya benar, ada kerata yang baru saja sampai. Kucari kursi yang masih kosong diantara mereka yang entah sedang menunggu kereta datang atau mereka yang juga sama seperti ku. Kudapati kursi yang masih kosong di sebelah wanita setengah baya yang sedang khusyu dengan ponsel di tangan nya. Aku mendekati nya dan duduk tepat di sebelahnya. Lalu ia mengalihkan pandangan nya kepadaku dan tersenyum sambil mengangguk. Kubalasan senyuman nya itu dengan mengulurkan tangan, menjabatnya. Ya. Rasanya seperti menyentuh tangan ibuku. Lembut dan menenangkan.
" Nunggu siapa bu? " akhirnya aku memulai pembicaraan.
" oh ini lagi nunggu teman saya dari solo, dia ada tugas di jogja dua hari dan saya sarankan dia menginap dirumah saya saja. Kita teman sejak kecil, saya asli solo. Saya di jogja ikut suami. Berhubung suami saya juga lagi dinas diluar, dan saya sendirian dirumah." jawabnya panjang sekali padahal aku cuma tanya nunggu siapa. Tapi ya begitulah sejatinya sebagian besar perempuan. Selalu berusaha memberikan kejelasan sejelas jelasnya tanpa diminta.
" Loh anak ibu dimana? Kok sendirian dirumah? "
" anak saya cuma satu dan dia kuliah di malang"
"oh begituu.. Ngomong - ngomong nanti penumpang yang turun keluarnya ke arah mana ya bu? Saya bener ga kalo nunggu disini? "
" pintu keluarnya ada dua mba timur sama barat, mba nya nunggu siapa? Bilang aja kalo mba nya di bagian timur biar nanti ga cari-carian."
" oh iya bu makasih banyak, baru kali ini saya jemput di stasiun"
" oh atau ngga mba nya berdiri di situ aja, nanti keliatan kok yang keluar" ujarnya sambil menunjuk terasan pagar pembatas di pinggir rel tempat pemberhentian. Tak berapa lama ada sebuah kereta datang. Aku memutuskan untuk berdiri di tempat yang di tunjuk ibu ibu tadi. Kuamati satu persatu penumpang yang turun. Kulihat mereka semua kaum ibu setengah baya. Tak satupun kulihat laki - laki disana.

" mungkin dia lewat pintu barat mba, telfon aja" ibu tadi yang juga tiba - tiba berdiri di sampingku..
" Ah iya bu " saat hendak kubuka ponsel ku, mataku tertuju pada sosok yang sedang jalan tepat di sebrangku, ia memakai hoodie grey, celana jeans cream dan memakai masker. Ku amati baik-baik. 
" ah yaaa itu dia bu" aku asal menyeletuk setengah berteriak sambil menunjuk ke arahnya. Dan dia juga menyadarinya. Ku lambaikan tanganku dan akhirnya kutinggalkan wanita setengah baya tersebut setelah mengucapkan banyak terimakasih kepadanya.
"heiyyyaaaaaaa... Sampe jogja jugaaaa " ucapku saat menghampirinya.
"iya Alhamdulillaah, udah lama po nunggu nya?"
" Emmm.. Engga juga si. Yuk ke parkir"
" Eh nanti mampir makan dulu ya? " ujarnya
" oke oke siap" jawabku semangat. " eh itu kardusnya taruh bawah depan situ aja, tas nya kamu gendong depan. Tas yang satu aku yg bawa aja sini" melihat nya bingung menata barang bawaan nya.
" eh jangan ini tas nya berat"
" iya gapapa kali seberat apa sih sini" akhirnya ia memberikan tasnya karna aku memaksa.  Setelah semua tertata rapi lalu kita melaju perlahan.
"eh kamu tau arah jalan nya kemana kan? " tanya nya
"hah? Lupa - lupa ingat si aku"
"terus gimana dong? Aku gatau jalan, kalo nyasar gimana? " dia panik
" ih yaudah bisa buka maps" Akhirnya aku buka google maps di ponsel ku, tetapi sebelum aku mengarahkan jalan kepadanya, dia sudah belok lebih dulu, kurasa dia hanya pura - pura tidak paham jalan.
" ih kamu bo'ong ya?"
" bo'ong? Bo'ong apa dah?"
"kamu bilang gatau jalan, lah ini tau"
"hehee " ucapnya. Iya hehe doang. Tanpa sadar Kupukul pukul pundak nya karna kesal. Sampai dia mengaduh barulah disitu aku sadar, 'ih kok aku pukul dia' dalam hati.
"jangan pukul dih sakit tau, lagi nyetir nih, nanti kalo kita jatuh gimana coba? " ucapnya yang sambil membenarkan posisi spion kiri. Ssst akhirnya aku bisa melihatnya melalui spion. 'manisnyaaa' ucapku lirih. Kulihat sekeliling, jalanan mulai lengang, tak seramai tadi ketika aku berangkat. Kita berdua saling terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku yang sedang membayangkan betapa tidak menyangka nya duduk dibonceng satu motor dengannya. Ya. Ini pertama kali nya kita bertemu secara sengaja. Dulu kita hanya saling kenal, sebatas kenal. Sekarang? Aku duduk tepat sekitar lima senti di belakangmu boyyy.. Meski ada tas di antara kita, tapi setidaknya itu pembatas aman kalau - kalau doi mengerem motor mendadak. Yap benar, seperkian detik setelah aku membayangkan hal itu, dia mengerem nya. Mendadak.
" ih kenapa ngerem mendadak gitu si? " ucapku.
"eh itu tadi ada bapak gojek mau puter balik tiba-tiba, kaget aku, tapi kamu gapapa kan? maaf ya?"
" gapapa cuma kaget aja kok"
" yee lagian kenapa kamu ga pegangan sih? Malu- malu masa "
" eh iya gapapa kok asal ga ngebut aja kamu nya"
"yaudah aku ngebut ya? Siap - siap. Pegangan. " lalu dia memacu motor lebih cepat daripada sebelum nya.
" ih jangan ih kamu nih" Akhirnya kutepuk - tepuk lagi pundak nya. Lalu ia mengurangi kecapatan.
"hahah iyaaa iyaaa takut amat. Aku juga gamau bawa kamu kebut - kebutan, ntar kalo kita kenapa-napa repot yakan."
" nah itu tauu.. Hih usil tenan" ucapku dengan nada kesal. Yang ternyata ia mengamatiku lewat kaca spion. Sesaat mata kita bertemu, ntah sesuatu apa yang berdesir, seperti ada hembusan angin sejuk yang tiba-tiba datang. Aku seperti terhipnotis dengan tatapan nya yang hanya beberapa detik itu. Hatiku ibarat tersengat arus listrik ribuan volt. Sengatan nya menjalar ke seluruh tubuh melalui adrenalin syaraf. Bedanya kalau sengatan listrik menyisakan nyeri dibagian yang terkena sengatan. Kalau ini menyisakan rasa yang benar-benar tidak dapat dijelas kan dengan apapun. Rasanya bisa dibilang seperti pertama kali jatuh cinta. Hah begitulah, akupun sesekali mengutuk diriku yang tingkat hayalan nya kelewat batas. Keterlaluan memang. Tapi ya sudahlah yang jelas jalanan jogja malam itu menjadi penyempurna kebahagiaan. Itulah jogja, kenangan yang tersimpan didalamnya bisa membunuhmu berkali - kali, namun keindahan nya memaksamu untuk  tetap hidup kembali. ♡

Hey, Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang