5 - Mohon Izinkan Aku

138 9 0
                                    

"Ummi.... Sebenarnya aku ingin bercadar". Ucapku dengan sangat hati-hati.

"Apa? Kamu ingin bercadar? Apa Ummi tidak salah dengar? jika kamu mengenakan cadar, kamu akan kelihatan seperti orang tua, dan akan ada banyak orang yang menjelek-jelekkanmu. lihat teman-temanmu... Mereka sangat cantik tanpa harus menggunakan pakaian seperti itu!!" Jawab ibu dengan nada suara yang tinggi.

Aku kembali terperanjat mendengar perkataan Ummi, lidahku seakan kelu untuk berucap.

"Ummi... Aisyah hanya ingin menjaga kehormatan dengan cara berpakaian syar'i. Ummi.... Ku mohon izinkan aku..."

"Pokoknya Ummi tidak akan setuju!" Tegas Ummi sembari bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkanku.

Badanku terasa sakit, aku menangis dan tak menyangka jika respon Ummi akan seperti itu. Aku berlari ke dalam kamar dan Mengunci pintu. Mengambil buku diary yang cukup usang itu. Aku pun mulai mencurahkan segala kepiluan batinku dan larut dalam kesedihan. aku mulai mengarungi setiap sajak yang menari-nari diatas kertas putih itu. Terkadang ada bulir air mata yang jatuh menumpahinya sehingga membuat sajak sajak pilu yang ku goreskan itu pudar bersama dengan detik waktu yang kian berlalu.

28 Oktober 2018

Dear Diary

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai diriku, apa kabar? masihkah kau setia menunggu?  Ah ku harap begitu

Diary.... aku ingin menumpahkan setiap goresan piluku padamu yang kian hari semakin terasa nyerinya. apa kau tahu bagaimana beratnya berjuang menegakkan pilar-pilar tauhid?
Apa kau bagaimana rasanya saat keinginan besarmu tak bisa dikabulkan?
yah... rasanya kecewa, sedih, gelisah, dan marah. semuanya berbaur menjadi satu dalam satu asa yang kian meredup.
Yah.... Ummi melarangku untuk bercadar. Apa kau tahu Apa alasan utama untukku bercadar? saat itu, ada seorang teman yang memberitahuku jika ada seorang pria terfitnah karena diriku. Astagfirullah, apa kerudung yang lebar ini masih bisa menimbulkan fitnah bagi seorang pria? tak terasa air mata pun mulai mengalir, bukan karena terharu disebabkan oleh seorang yang "ngefans" tapi karena merasa bahwa diri ini adalah sebuah sumber Fitnah, Tidak bisa menyempurnakan hijab, tidak bisa menjaga diri dan lain-lain. mengapa masih ada yang terfitnah? toh aku tak pernah berkomunikasi dengannya. jangankan bicara, senyum pun tak pernah. Apa yang menyebabkan semua itu? Apa???
wajah.... yah, kurasa itulah sumber dari fitnah itu. seketika itu pun diriku bertekad dengan kuat untuk mempelajari hukum cadar. tapi apa? Ummi saat melarangku.

Ummi sayang.... apa yang membuatmu begitu benci dengan cadar? padahal dahulu Aisyah pun mengenakannya. lantas Mengapa aku tidak diperbolehkan? bahkan Ummi sempat menghina Taqwa itu. Apakah Ummi tahu? bahwa mengenakan cadar adalah sunnah, menghormatinya wajib, dan menghinanya adalah haram. Duhai Ummiku.... jika Ummi menghina cadar berarti Ummi juga telah menghina bahkan menyakiti Aisyah dan wanita muslimah terdahulu, dan tentunya Rasulullah secara tidak langsung mendengar perkataan Ummi.... Ummi ku sayang, aku hanya ingin membantumu agar terhindar dari api neraka yang menyala-nyala itu. bukankah di akhiar kelak, orang tua yang paling awal dimintai pertanggungjawaban atas didikan terhadap anaknya? maka dari itu, sebagai anak, Aku berusaha untuk berbakti dan aku ingin menjadi muslimah seutuhnya. Ummi.... ku mohon Percayalah padaku, Dan sungguh aku sangat sedih saat melihat ekspresi Ummi yang begitu marah saat mengetahui jika aku ingin bercadar, seakan akan Ummi sangat membenci sunnah Rasul itu. padahal cadar juga termasuk dalam syariat Islam.

Ummi..... Icha siap menerima hujatan maupun celaan orang di luar sana. Insya Allah, aku akan tegar melalui cobaan itu. aku pun tahu jika akhlaqku belum sempurna. tapi insya Allah, bila Icha bercadar, Icha akan berusaha untuk memantaskan diri, aku tidak peduli dibilang Ninja, teroris, aliran sesat, atau apapun itu.

Ummiku sayang, kumohon Izinkan aku bercadar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Aisyah Cahaya Ramadhani ^_^

Aku Dan Hijrahku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang