1 - Aku

655 20 0
                                    


Hidayah itu milik Allah. Dia beri kepada mereka yang mencari. Jika dia ada orang lain yang mencelamu, senyumlah. Katakan pada diri sendiri "Aku berubah karena Allah, bukan karena manusia". Hidayah itu ibarat cahaya, ia tidak akan menyapa kamar yang tidak dibuka jendelanya, dan untukku hidayah itu adalah Cinta. Bentuk kecintan Allah Ta'ala kepada hamba-Nya, yang bisa Dia berikan kapan saja, kepada siapa saja, dimana saja, dan dengan cara yang luar biasa yang Dia kehendaki, tentunya yang telah diatur sedemikian sempurna atas kuasa-Nya.

.......

"Icha, udah pagi. Nanti kesiangan sayang, cepet bangun!!!" Teriak Ummi dari ruang dapur.

"Engg.... iya Ummi, bentar". Jawabku dengan nafas yang berat.

Aku segera bangun dan berjalan ke arah kamar mandi. Saat itu, aku masih mengucek ucek kedua kelopak mataku, sebab aku masih sangat mengantuk. Hingga tanpa kusadari, aku membentur tiang rumah, kebetulan rumahku adalah rumah panggung. Akupun mendengus kesakitan dan menendang tiang itu.

"Aww.... sakit!" pekikku dengan keras

"Eh tiang kok ditendang, kan sakit Icha". Ucap Ummi sambil tersenyum melihat tingkahku yang konyol.

"Abisnya dia nakal sih". kesalku

"Eh memangnya itu makhluk hidup? itukan benda mati". Kata Ummi heran.

"Iya juga sih, hehehe". Balasku cengengesan.

"Sudah, sudah. Cepetan sana mandi". Ucap Ummi.

"Iya Ummi". Jawabku

"Eh, Sudah sholat subuh nggak?" Tanya Ummi lagi.

"Astaghfirullah, hampir kelupaan". Jawabku saraya menepuk kening.

"Ya sudah, wudhu dulu sana nak! " Perintah Ummi kepadaku.

Akupun bergegas masuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Ku rasakan air itu menjalar ke seluruh pori-pori kulitku. Kesegaran yang tiada tandingannya.

"Maa syaa Allah". Gumamku dalam hati.

Setelah berwudhu, aku segera ke dalam kamar dan mengunci pintu. Ku gelar sajadah dan mengenakan mukena. Selang beberapa menit, setelah shalat aku bergegas berjalan keluar menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Setalah mandi, aku berjalan ke dapur dimana Ummi berada.

"Ummi, masak apa? Uhmm kayaknya enak banget deh". Tanyaku sambil memejamkan mata menghirup aroma masakan Ummi

"Ini lagi buat nasi goreng sama pergedel buat sarapan". Jawab Ummi sembari menuangkan nasi goreng ke atas piring.

"Wih, enaknya". Seruku dengan mata yang berbinar-binar.

"Sudah, cepatan sana pakai seragam  terus sarapan". Kata Ummi diiringin senyuman

"Hehehe, iya Ummi sayang". Balasku seraya berjalan meninggalkan ruang dapur.

Setelah berpakaian, akupun memakai jilbab panjang hingga hampir mencapai lutut. Aku bercermin dan bergumam.

"Ya Allah, sungguh aku bersyukur dengan keadaanku yang sekarang. Jika saja seluruh wanita mengenakan ini. Ah... pasti sangat bagus dipandang mata". Gumamku dalam kesendirian.

Akupun segera mengambil ransel berwarna abu-abu yang berada di sudut meja, dan keluar dari kamar.

"Nak, sini makan dulu". Seru Ummi

"Iya Ummi. Wih sedap nih. Ummi memang jagonya masak deh". Gombalku.

"Hadeuh, sudah Icha. Makan dulu, nanti telat". Ucal Ummi

"Cerewet deh". Timpal Kakakku

"Ih biarin!" Gerutuku.

"Hei, makan nak". Lerai Ummi

Selesai sarapan, Akupun menyalami tangan Abi dan Ummi. Kemudian bergegas memakai kaos kaki dan sepatu. Aku segera diantar oleh Kak Akbar, kebetulan dia adalah tata usaha sekaligus sebagai operator di sekolahku. Beberapa menit berselang, Aku pun sampai dan segera turun dari motor. Aku melangkahkan kaki melewati pintu gerbang, tak lupa aku mengucap salam dan basmalah, berharap bahwa setiap langkah kakiku akan menuai berkah dan ridho-Nya.

Sebut saja namaku Icha, lebih tepatnya Aisyah Cahya Ramadhani. Aku adalah salah satu siswi yang menempuh pendidikan di SMA termuka di Wajo, Sulawesi Selatan. Saat ini, aku berada di kelas XI IPA1.

Mengenai penampilanku, Aku agak berbeda dengan siswi yang lain. Bagaimana tidak? Aku satu-satunya siswi yang mengenakan jilbab yang panjang. Mungkin, Bagi sebagian orang hal itu masih terasa asing, tapi bagiku jika niatnya sudah karena Allah, maka hidup akan terasa indah. Maka dari itu, aku memilih mengenakan pakaian seperti itu, dan Aku pun yakin Allah akan selalu bersamaku.

Sudah 1 tahun lebih aku bersekolah di SMA ini, namun aku belum benar benar menemukan sosok seorang sahabat yang bisa berjuang bersamaku di jalan dakwah.

Suatu waktu, Aku bertemu dengan salah satu teman SMPku dulu, yang tidak lain adalah Rina. Awalnya, aku masih agak kaku untuk saling bertegur sapa dengannya. Namun karena dia adalah sosok yang ramah, maka lambat laung aku pun akrab dengan Rina. Kami sering belajar bersama, makan bersama, bercanda bersama, tertawa bersama, hingga menangis bersama. Aku merasa nyaman dengannya, dan Ku harap dia adalah sosok sahabat yang bisa ku ajak bersama hingga ke Jannah-Nya, Amiin.

°°°°°°

Aku Dan Hijrahku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang