3. Meyana

333 9 0
                                    

"Wow. Nggak usah minta maaf,” katanya, pipinya berubah sedikit merah muda, tapi senyuman terbentuk di wajahnya, menunjukkan dua lesung pipit yang sempurna.

Ini pastilah teman yang mengantar Meyana, dan meskipun Alga ingin tetap dalam posisi ini, dia tidak ingin putri Pras masuk dan melihat mereka seperti ini.

Alga duduk, menariknya bersama dan membantunya turun dari lantai kayu keras. Lengannya langsung melingkari leher Alga, seolah dia berharap tubuh mereka menyatu.

Siapakah Alga sehingga mampu menolak undangan seperti ini dari wanita terpanas yang pernah dia lihat dalam hidupnya?

Alga membalikkan mereka berdua sehingga mereka berada dalam bayangan di lorong, tertutupi kalau-kalau ada orang yang lewat.

Gadis itu menekan pinggulnya ke selangkangannya, sengaja mendorong tubuhnya ke penisnya yang keras.

Kelembutannya sangat cocok bagi Alga. Tingginya sangat kecil dibandingkan dengannya, tapi lekuk tubuhnya membuat Alga tahu dia bisa menangani dirinya.

Alga bukan orang kecil, jadi dia bisa memegangnya dan tidak perlu khawatir. Dia merasakan gejolak panas di antara mereka meningkat dengan cepat, dan Alga perlu tahu lebih banyak tentang cewek ini.

“Jadi, gue nggak harus minta maaf karena telah menjatuhkan cewek cantik?”

“Enggak, kalau elo akan menyapanya seperti ini,” desahnya, menggosokkan tubuhnya ke tubuh Alga sedikit lagi.

Tindakannya berani, tapi pipinya semakin memerah.

Sial, dia terlihat polos kalau seperti itu.

Astaga, siapa cewek ini?

Persetan jika penisnya tidak lebih keras dari yang pernah dia alami dalam hidupnya, dan itu hanya karena dia ditekan ke arahnya. Baunya, kelembutannya, semuanya menarik Alga.

Dia merasa seperti tenggelam dalam hasrat. Mungkin karena sudah terlalu lama dia tidak bersama wanita. Pikirannya begitu terfokus pada pekerjaan barunya sehingga wanita bahkan tidak luput dari perhatiannya.

Beberapa guru telah mencoba menggodanya sejak dia memulainya pelajarannya, tapi dia tidak punya waktu atau keinginan.

Tapi kelembutan kecil yang melengkung ini menarik perhatiannya.

"Meyana?"

Terdengar suara Pras memanggil dari belakang rumah.

Alga merasakan wanita dalam pelukannya membeku, tidak lagi bergesekan dengannya.

“Hei, sebaiknya kita keluar sebelum Meyana masuk. Berikan nomor telepon lo. Gue ingin ketemu Lo lagi,” katanya sambil menunduk dan menatap matanya, tapi kacamata berbingkai besarnya menyembunyikannya.

Bangsat.

Alga tidak ingat kapan terakhir kali dia meminta nomor telepon cewek. Biasanya mereka akan memberikannya padanya, tapi Alga tidak akan membiarkan yang satu ini lolos.

Sesuatu pada dirinya terasa berbeda. Terasa benar.

Gadis itu terkikik dan bersandar pada ujung jari kaki Alga, menjilati lehernya dan menggigitnya kecil, seolah dia ingin tahu rasanya.

Penis Alga terasa penuh dan hampir keluar dari celananya, dan saat dia hendak melakukannya, gadis itu menarik diri, merunduk di bawah lengannya, dan berjalan menyusuri lorong.

Coach (18+) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang