Aku kembali ke sekolah.
Kini, aku melangkah menuju kelasku. Senyumku tak kunjung luntur sedari tadi. Ku sapa setiap orang yang lewat dikoridor. Tak peduli apakah aku mengenalnya ataupun tidak.
Mereka? Mereka hanya menatapku seolah-olah tak percaya aku kembali lagi ke sekolah. Tatapan mereka seakan melihat arwah gentayangan.
Aku belum mati, teman-temanku saja yang gila.
Yang terpenting adalah aku memulai lagi hariku yang baru. Menorehkan tinta pada sticky notesku, lalu meletakannya di lokermu.
Tidak. Itu masih rencana.
Aku tak yakin masih bisakah aku melakukan itu setelah apa yang terjadi?
Kuputar langkahku menuju lokerku. Aku kehabisan tinta pulpen dan sticky notes. Jadi, kuputuskan untuk mengambil persediaan di dalam sana.
Heran, sejak kapan lokerku tak terkunci?
Kubuka pintu lokerku dan meluncur mulus beberapa kertas kecil berwarna dari loker itu.
------------------------------------
hey, do u remember me?
You saved me, when i was
seven year old
nice to meet u♥
캄사합니다
-----------------------------------Aku ingat pesan ini. Ini sticky notesku yang pertama kukirimkan pada Daniel. Mengapa bisa ada disini?
Kuambil kertas kecil berwarna yang berjatuhan tadi lalu membacanya satu persatu.
Benar, ini sticky notesku yang kukirimkan ke Daniel tiap hari. Meskipun sebagian tulisannya sudah hilang karena sudah lama, aku masih bisa mengenalinya.---------------------------------------
Halo, kemarin kau sakit ya?
minumlah susu hangat
yang ada dilokermu.
Semoga cepat sembuh
(^.^)
--------------------------------------Ini sticky notesku yang ke-101.
Kukutip dan kukumpulan sticky notesku yang jatuh berserakan. Saat hendak menaruh tumpukan itu di loker, aku bisa melihat ada yang aneh tergantung di pintu loker. Sebuah sticky notes tertempel disana, dan jelas itu bukan milikku.
-----------------------------------------
hey, do u remember me?
first, i find u.
second, i see u
third, i love u ♥
d
----------------------------------------Aku terbelalak.
Jelas ini bukan sticky notes ku. Aku tak pernah menulisnya. Aku begitu ingat. Aku tak pernah membuatnya.
Jantungku berdegup kencang ketika salah fokus pada huruf 'D' di sticky notes. D? Daniel? Ah, tidak mungkin Danielku. Sadarlah Kim Sejeong, bagaimana mungkin seorang Kang Daniel bisa mencintaimu setelah semua hal gila yang kau lakukan.
Aku lebih memilih pura-pura tak tahu dan segera membereskan lokerku lalu mengenggam kertas itu erat-erat.
Ketika aku sempurna menutup pintu loker, aku dikejutkan oleh sosok pria berbahu lebar tengah bersender di loker yang tak jauh dariku. Sepertinya ia sudah lama berdiri di sana dan pasti ia memperhatikanku.
Aku mengulum senyumku. Entahlah, diri ini merasa tak mampu melihatnya setelah apa yang terjadi. Sudah seminggu semenjak kejadian itu. Kang Daniel berhasil membuatku menuruti perkataannya. Logikaku selalu menyuruhku kembali, tapi hatiku terus memberontak tak ingin kembali.
Akhirnya, berkatnya logikaku menang. Aku membiarkan tubuhku kembali. Kembali pada titik masalahku, dan menghadapinya. Siapa sangka, karena kepergianku orangtuaku menyesal dan akhirnya berbaikan lagi. Setelah aku kembali, gugatan cerai dibatalkan, semua surat tentang penceraian dibatalkan.
Tak terbayang, apa jadinya jika aku tak kembali saat itu. Apa jadinya jika aku tak membiarkan ia menolongku.
Aku berjalan melewatinya berusaha tak acuh padanya walaupun tangan ini bergetar hebat.
Aku terlalu takut, terlalu takut melihatnya, terlalu takut untuk mengucapkan terima kasih padanya. Aku terlalu takut berhadapan dengannya.“Kim Sejeong!”
Ia memanggilku. Dan rasanya aku ingin menangis. Aku terdiam, tak berniat berbalik badan.
Dia mendekatiku, langkah kakinya begitu jelas masuk ke rongga telingaku.
Kini, ia berdiri di hadapanku. Aku tahu ia menunduk agar bisa melihatku karena aku memang lebih pendek darinya. Namun, pandanganku masih lurus ke dada bidangnya.
“Hey, Kim Sejeong coba lihat aku” ucapnya dengan lembut membuat jantungku berdegup tak karuan.
Aku masih tak berani menatap matanya.
Namun beberapa detik kemudian, akhirnya dia yang mengangkat daguku agar aku benar-benar bisa menatap matanya.
“Kau benar-benar kembali ke sekolah. Terima kasih ” ucapnya pelan namun benar-benar terdengar jelas di indra pendengaranku.
Tidak, ia tak perlu berterima kasih. Aku yang seharusnya berterima kasih. Namun lidah ini lagi-lagi kelu untuk sekedar berucap.
“Sudah baca sticky notesku hari ini?” ucapnya lagi lalu ia menurunkan tangannya. Membuat daguku sendiri mendongak untuk menatapnya.
“Yang..yang mana?” tanyaku. Ia tersenyum lebar hingga matanya terlihat segaris.
“Yang ini!” serunya setelah ia berhasil mengambil sticky notes dari genggamanku.
“Kang dd-daniel?” akhirnya aku bisa menyerukan namanya. Ia masih tersenyum lebar.
Tepat setelahnya,aku merasa akan terbang ke langit ketujuh. Ia mendekatkan mulutnya pada telingaku. Ia berbisik,
“Biar kuperjelas Kim Sejeong, first i find you, second i see you, and third i love you ❤.”
Fin.

KAMU SEDANG MEMBACA
sticky note || k.daniel [✔]
Kort verhaalTentang Daniel yang selalu menemukan sticky note dari secret admirer-nya. Play : Hanin Dhiya - Pupus Hanin Dhiya - Suatu saat nanti