"Hanya sekilas tapi terasa nyata saat kulihat senyum itu"
-Samudra raka pasai
****
Mentari pagi yang cerah membuat Samudra yang sedang terlelap terusik saat cahaya matahari menembus jendela yang tirainya dibuka sang Mama. Samudra membuka matanya perlahan yang terasa berat,meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat tidur semalam dengan posisi duduk di meja belajar.
Di lihatnya sang Mama yang berjalan mendekat ke arahnya. Samudra tersenyum saat Mama mengusap kepalanya.
"Udah siang,mandi gih nanti kamu terlambat." ucap Mama
Samudra menguap lebar,tangannya terangkat menutup mulutnya.
"Emang sekarang jam berapa Ma? Ko ngga bangunin aku."
"Udah hampir jam setengah 7,sana mandi. Mama tunggu di bawah ya."
Mama meninggalkan Samudra yang kini keberadaannya sudah hilang di ambang pintu. Samudra berdiri melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Kini Samudra telah selesai memakai baju putih abu-abunya yang terbalut blezer. Ia mengemas buku tulis untuk di masukan kedalam tas.
Samudra melangkah pelan menuruni tangga di lihatnya sang mama yang sedang menyiapkan sarapan. Di kursi makan sudah ada Papa yang sedang membaca koran kebiasaannya setiap pagi. Di kursi sebelah kiri adiknya yang berusia 4 tahun duduk manis sambil memakan roti gandum.
Samudra duduk di sebelah adiknya yang kini menatapnya dengan mimik wajah menggemaskan. Ia mengusap kepala sang Adik sambil sesekali tersenyum.
Keadaan seperti ini yang membuat Samudra bahagia lantaran punya keluarga yang harmonis. Baginya keluarga adalah segalanya,Samudra bersyukur terlahir di tengah-tengah kehangatan yang orangtuanya hadirkan setiap saat.
"Ara,makan yang banyak biar gede ya." ucap Samudra menampilkan gigi putihnya saat Ara mengenggam tangannya.
"Abang uga makan yang anyak ya.." Ara membalas dengan suara cadelnya.
Hanya ada suara dentingan sendok beradu dengan keheningan,semua sedang fokus sarapan. Setelah selesai Samudra pamit.
"Aku berangkat dulu Ma Pa." Samudra mengambil tas yang ia letakkan di kursi. Samudra mencium tangan kedua orang tuanya dan tidak lupa mencium kening sang adik.
"Hati-hati bang." Kali ini Papanya yang bersuara. Samudra hanya menanggapinya dengan seulas senyum.
****Di sekolah Samudra melangkahkan kakinya menyusuri koridor yang kian ramai karna jam sudah menunjukkan jam 7 kurang 10 menit. Ia berjalan dengan langkah pelan sambil mendengarkan musik di ponselnya,dan tiba-tiba...
Bugh!
"Aduh.." ringisnya gadis yang tadi tak sengaja ia tabrak gadis itu kini terjatuh dilantai.
"Sorry..sorry gue ga sengaja,lo ga papa?" Ucap Samudra yang kemudian mengulurkan tangannya berniat membantu gadis itu.
Dengan rasa enggan gadis itu menerima uluran tangan,gadis itu menunduk membersihkan seragam sekolahnya yang kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA
Teen FictionKamu adalah puisi-puisi yang ada dalam ingatanku *** Samudra raka pasai ketua basket dan lelaki romantis yang jago buat puisi . sikap arogan yang membuat siapa saja yang melihat takut akan keberontakannya.. Tentang rindu yang mengusik Biarlah menjad...