05. Pertemuan awal (2)

58 5 1
                                    

"Kamu,Adalah keindahan favoritku,Mataku selalu tertuju padamu saat senyumnya terulas indah"

-Samudra raka pasai


****

Hari ini cuaca sangat tidak mendukung padahal tadi pagi langit nampak bersahabat namun kini mendung sebentar lagi turun hujan. Gadis manis berjaket merah maroon itu kini berdiri di depan halte menunggu sang Ayah menjemputnya,sudah beberapa kali Qia mencoba menghubungi tapi belum ada respon dari sana. Hari sudah semakin sore,rintik hujan kini membasahi bumi . sudah setengah jam Qia menunggu. Qia bangkit dari duduknya mendekati penyangga halte menengadahkan kepalanya ke atas sesekali tangannya bermain dalam hujan,Qia menghembuskan nafasnya pelan.

Udara dingin serasa menusuk di kulit,dilihatnya jam tangannya sudah jam 4 sore. Qia bertekat dalam waktu 5 menit akan menembus hujan,ia tak peduli kesehatannya yang kini berada di pikirannya ialah sampai rumah.

Dari kejauhan Samudra melihat gadis yang sepertinya ia kenal. Samudra mendekati gadis itu memastikan bahwa penglihatannya benar.

Qia juga melihat seorang lelaki melaju dengan motornya mendekati dirinya,Qia menatap intens lelaki itu dan...

"Belum pulang? Ayo bareng," ucap Samudra saat sudah ada di depan gadis itu. "Lo nunggu siapa?",

"Gue nunggu bokap,dari tadi belum ada kabarnya juga."

"Gue anter pulang ya,udah sore lho!"

"Ga usah,gue bisa nunggu ko." tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk,di lihatnya sang penelpon yang ternyata adalah ayahnya.

"Hallo.." ucap Qia saat panggilan ia angkat.

"Maaf nak,Ayah ngga bisa jemput. Kamu ga papa pulang sendiri kan?"

"Oh gitu,iya ga papa aku bisa pulang sendiri Yah." Qia tersenyum miris mendengar ucapan Ayah. Tanpa basa-basi lagi Qia memutuskan panggilannya dengan wajah murung.

Udah aku duga,Ayah ga akan nepatin janji. Batin Qia

"Kenapa? Mau pulang bareng gue."

"Ngga perlu,gue bisa nunggu angkot."
"Mana ada jam segini angkot lewat, biar gue anter. Ga usah takut gue ga gigit ko." Samudra tersenyum sambil memandang gadis itu.

"Gue ngga mau ngerepotin orang lain."

"Gue orang lain? kita udah kenal kalo lo lupa?!" Samudra mengangkat sebelah alisnya. Sungguh ia tak habis pikir selain suka pergi saat di ajak bicara gadis itu keras kepala juga.

"Ayo pulang. Gue ngga terima P.E.N.O.L.A.K.A.N," ia berbicara dengan penuh penekanan.

Qia bingung di buatnya, ia harus bagaimana ngga mungkinkan kalo ia menerobos hujan yang belum reda. Ini bukan kaya di drama Korea dimana saat ceweknya berlari dalam hujan sang lelaki mengejarnya bukan? Dengan terpaksa Qia menerima ajakan lelaki itu.

Qia menganggukkan kepala sebagai jawaban. Samudra hanya tersenyum melihat respon Qia.

"Ayo naik!"

****

Samudra mengendarai motor ninja hitamnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan di sore hari nampak lenggang di karenakan hujan belum juga berhenti. Samudra menengok ke belakang memastikan gadis di belakangnya yang kini hanya diam sambil sesekali mengigigit kuku nya sampai memutih. Samudra menyeringai menambah kecepatan laju motornya.

Qia yang kaget reflek meluk pinggang Samudra. Qia takut kecepatan tinggi,ia mengeratkan pelukannya tanpa bisa berkata. Qia hamya memejankan matanya di bawah derasnya hujan. Bibirnya bergetar merasakan dinginnya air hujan.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang